Anda di halaman 1dari 19

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

MANUSIA
KONSEP ISTIRAHAT DAN TIDUR

NS. SEPTI HENDY TELAUMBANUA, S.KEP


A. PENGERTIAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
• Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam
keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat
berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri atau
melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan bahkan menjengkelkan.

• Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan
yang cukup. Tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi,
terjadi perubahan proses fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.
B. FISIOLOGI TIDUR
• Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu Reticular Activating
Sistem (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas batang otak diyakini
memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus
visual, pendengaran,  nyeri, dan sensori raba; serta emosi dan proses berfikir. Pada saat sadar, RAS
melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR .

• Saat bangun RAS mengeluarkan katekolamin seperti norepineprin. Ketika seseorang mencoba  tidur,
mereka akan menutupkan mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus ke RAS  menurun. Jika
ruangan gelap dan tenang, maka aktifitas SAR menurun. Pada beberapa bagian , SBR mengambil alih
dan menyebabkan
C. FUNGSI TIDUR
1. Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru.
2. Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik.
3. Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh.
4. Memelihara fungsi jantung.
5. Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian.
6. Menyimpan energi.
7. Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit.
8. Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik.
D. JENIS TIDUR
Pada hakikatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu
tidur
a. dengan gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement – REM),
b. tidur dengan gerakan bola mata lambat (Non-Rapid Eye Movement –
NREM)
 . Tidur rem
• Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal tersebut berarti
tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya
bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot – otot kendur, tekanan darah
bertambah, garakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak – balik), sekresi lambung
meningkat, ereksi penis pada laki – laki, gerakan otot tidak teratur, kecepatan jantung dan
pernapasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan metabolisme meningkat.
• Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala –
gejala sebagai berikut:
 Cenderung Hiperaktif.
 Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil).
 Nafsumakan bertambah.
 Bingung dan curiga
 Tidur NREM
• Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM
gelombang otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sabar atau
tidak tidur. Tanda – tanda tidur NREM antara lain : mimpi berkurang,
keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan pernapasan turun,
metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.

• Tidur NREM memiliki empat tahap yang masing – masing tahap ditandai
dengan pola perubahan aktivitas gelombang otak.
TAHAHAP TIDUR NREM
 Tahap I
Tahap I merupakan tahap transisi dimana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Pada tahap I
ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas, kelopak mata
menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan, kecepatan jantung dan pernapasan
menurun secara jelas, pada EEG terlihat terjadi penurunan voltasi gelombang – gelombang alfa.
Seseorang yang tidur pada tahap I ini dapat dibangunkan dengan mudah.
 Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai dengan
kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot berlahan – lahan berkurang,
serta kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas. Pada EEG timbul gelombang beta
yang berfrekuensi 14 – 18 siklus/detik. Gelombang – gelombang ini disebut dengan gelombang
tidur. Tahap II berlangsung sekitar 10 – 15 menit.
 Tahap III

Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara menyeluruh. Kecepatan
jantung, pernapasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf
parasimpatis. Pada EEG memperlihatkan perubahan gelombang beta menjadi 1 – 2 siklus/detik.
Seseorang yang tidur pada tahap III ini sulit untuk dibangunkan.

 Tahap IV

Tahap IV merupakan tahap tidur dimana seseorang berada dalam keadaan rileks, jarang bergerak
karena keadaan fisik yang sudah lemah lunglai dan sulit dibangunkan. Pada EEG tampak hanya
terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekuensi 1 – 2 siklus/detik. Denyut jantung dan
pernapasan menurun sekitar 20 – 30%. Pada tahap ini dapat terjadi mimpi. Selain itu, tahap IV ini
dapat memulihkan keadaan tubuh.
Selain keempat tahap tersebut, ada satu tahap lagi yakni tahap V.
Tahap kelima ini merupakan tidur REM dimana setelah tahap IV
seseorang masuk ke tahap V. Hal tersebut ditandai dengan
kembali bergeraknya kedua bola mata yang berkecepatan lebih
tinggi dari tahap – tahap sebelumnya. Tahap V ini berlangsung
sekitar 10 menit, dapat pula terjadi mimpi..
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur NREM, maka akan menunjukkan
gejala – gejala sebagai berikut :
o Menarik diri, apatis dan respons menurun
o Merasa tidak enak badan
o Ekspresi wajah layu
o Malas bicara
o Kantuk yang berlebihan

Sedangkan
apabila seseorang kehilangan tidur kedua – duanya, yakni tidur REM dan
NREM maka akan menunjukkan manifestasi sebagai berikut :
o Kemampuan memberikan keputusan atau pertimbangan menurun.
o Tidak mampu untuk konsentrasi ( kurang perhatian ).
o Terlihat tanda – tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.
o Sulit melakukan aktivitas sehari – hari.
o Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran.
E. POLA TIDUR BERDASARKAN TINGKAT PERKEMBANGAN
ATAU USIA

• Bayi Baru Lahir


Tidur 14–18 jam sehari, pernapasan teratur, gerak tubuh sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu
tidurnya dilewatkan pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-60 menit.
• Bayi
Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari dan punya pola
terbangun sebentar.
• Toddler
Tidur sekitar 10-11 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur pada malam hari, terbangun dini hari
berkurang, siklus bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun.
• Pra Sekolah
Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada
umur 5 tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.
• Usia Sekolah
Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu tidur relatif konstan.
• Remaja
Tidur sekitar 8,5 jam sehari, 20% tidur REM
• Dewasa Muda
Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur tahap I, 50% tidur tahap II, dan 10-
20% tidur tahap III – IV.
• Dewasa Pertengahan
Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin mengalami insomnia dan sulit untuk dapat
tidur.
• Dewasa Tua
Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV nyata berkurang kadang – kadang
tidak ada. Mungkin mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur malam hari.
G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ISTIRAHAT DAN TIDUR
• Penyakit - Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal.
Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya
pada pasien dengan gangguan pernafasan seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan
penyakit persarafan.
• Lingkungan - Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
• Motivasi - Motivasi dapat memengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap
bangun dan waspada menahan kantuk.
• Kelelahan - Apabila mengalami kelelahan dapat memperpedek periode pertama dari tahap REM.
• Kecemasan - Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
mengganggu tidurnya.
• Alkohol - Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alcohol dapat
mengakibatkan insomnia dan lekas marah.
F. GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR
 Insomnia

• Insomnia adalah ketidak mampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa. 
• Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah. 
• Ada tiga jenis insomnia:
 Insomnia inisial : Kesulitan untuk memulai tidur.
 Insomnia intermiten : Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga.
 Insomnia terminal : Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
• Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lain dengan mengembangkan
pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin, menghindari ransangan tidur di sore hari,
melakukan relaksasi sebelum tidur (mis; membaca, mendengarkan musik),dan tidur jika benar-benar
mengantuk.
 Parasomnia

Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini
umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (mis; tidur berjalan,
night terror), gangguan transisi bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM
(mis; mimpi buruk), dan lainnya (mis; bruksisme).

 Hipersomnia

Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada siang hari.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan sistem saraf, gangguan pada hati
atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (mis; hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia
dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung  jawab pada siang hari.
 Narkolepsi

Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari.
Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui.
Diduga karena kerusakan genetik sistem saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode
tidur REM. Alternatif pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti; amfetamin atau metilpenidase,
hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramin hidroklorida.

 Apnea saat tidur

Apnea saat tidur atau sleep apnea adalah kondisi terhentinya nafas secara periodik pada saat tidur. Kondisi
ini diduga terjadi pada orang yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia,
mengatuk berlebihan pada siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan
psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.
 Deprivasi tidur

• Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien akibat disomnia. Penyebab dapat
mencakup penyakit (misal: demam, sulit bernafas atau nyeri), stress emosional, obat-obatan,
gangguan lingkungan (misal asuhan keperawatan yang dilakukan) dan keanekaragaman waktu tidur
yang terkait dengan waktu kerja. Dokter dan perawat cenderung mengalai deprivasi tidur karena
jadwal kerja yang panjang dan rotasi jam dinas.

• Deprivasi tidur menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas tidur serta ketidak konsistenan waktu
tidur. Respon orang terhadap deprivasi sangat bervariasi, gejala fisiologis: ptosis, penglihatan kabur,
kekakuan motorik halus, penurunan reflek, waktu respon melambat, penilaian menurun, aritmia
jantung. Gejala psikologisnya: bingung, peningkatan sensifitas nyeri, menarik diri, apatis, rasa kantuk
berlebihan, agitasi, hiperaktif, penurunan motifasi.
SEKIAN
&
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai