Anda di halaman 1dari 11

PEMILIHAN KEPALA DAERAH

Dr. SARBAINI, S.H., M.H.

UNIVERSITAS BATANGHARI
MAGISTER ILMU HUKUM
MATA KULIAH SISTEM OTONOMI DAERAH
a Sarana untuk memfasilitasi proses perebutan
mandat rakyat untuk memperoleh kekuasaan.
d
Berdasarkan Pasal 12 UU
No. 7 tahun 2017 tentang
b Suatu mekanisme penyaluran
PEMILU, Pemilu pendapat rakyat secara berkala,
diselenggarakan oleh suatu Pemilihan penyelenggaraannya di negara
komisi pemilihan umum Umum demokrasi dapat dipandang
(KPU) yang bersifat sebagai awal dari paradigma
nasional, tetap, dan demokrasi. (Mulyosudarmo, 1990)
mandiri. Yang memiliki
tugas diantaranya:
• untuk menyusun
program dan anggaran c Dalam penyelenggaraannya,
pemilu diperlukan adanya suatu pengawasan
• Mengkoordinasikan, untuk menjamin agar benar-benar
menyelenggarakan dilaksanakan berdasarkan asas Pemilu
mengendalikan dan dan perundang-undangan. Pasal 70
memantau semua UU No. 15 Th. 2011 ttg Penyelenggara
tahapan pemilu PEMILU
• Menerima data pemilih.
1. Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala Daerah

a Pemilihan Umum Th. 1999 merupakan tonggak b


“Berdasarkan teori-teori kenegaraan penting dalam menentukan arah kehidupan dalam
sepanjang zaman, ada fungsi negara yang negara hukum demokratis di Indonesia.
bersifat universal, yakni kewajiban negara
untuk mewujudkan kepentingan masyarakat Bahwa Pemilihan umum Bukan hanya suatu c
atau yang lebih tepat dikatakan kepentingan kegiatan secara teknis melainkan Proses Politik.
umum, tidak peduli dengan bentuk atau Proses Politik ini dimaksud untuk memilih anggota
sistem pemerintahan yang digunakan oleh legislatif,memilih Presiden dan Wakil Presiden,
negara.” (Muchsan, 2007) serta memilih Kepala daerah (Gubernur, Bupati,
dan Walikota).

2. Pemilihan Secara Langsung dan Demokratis

Pemilihan kepala daerah yang dilakukan bagi


penduduk daerah administratif setempat b
Pemilihan secara demokratis adalah pemilihan
a yang memenuhi syarat.Dapat memilih kepala daerah yang dilakukan secara langsung oleh
kepala daerah dan wakil kepala daerah
rakyat untuk memilih pemimpinnya sesuai dengan
mencakup Gubernur dan Wakil Gubernur
kehendak hati nurani rakyat yang dilaksanakan
untuk Provinsi serta Walikota dan Wakil secara langsung, umum, bebas. Rahasia, jujur dan
Walikota untuk Kota, serta Bupati dan wakil adil.
Bupati untuk kabupaten.
Dasar Pemilihan Kepala Daerah

Pasal 1 angka 2 UUD 1945


“Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”
Pasal 1 angka 3 UUD 1945
“Negara Indonesia adalah negara hukum”

dibagi atas daerah


Pasal 18 angka 1 UUD 1945
“Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah-daerah provinsi
itu dibagi atas kabupaten dan kota yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, kota itu mempunyai pemerintah
daerah yang diatur dalam Undang- Undang Dasar 1945”
Pasal 18 angka 4 UUD 1945
“Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota yang dipilih secara demokratis.”
UU No. 22 Th. 1999
Tentang Pemerintah Daerah

Pemilihan Secara Demokratis


masih terjadi
perdebatan, sehingga

UU No. 32 Th. 2004


Pemilihan Secara Langsung
Tentang Pemerintah Daerah

Pasal 56 Dalam UU No. 12 Th.


(1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu 2008 atas perubahan
pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan kedua dari UU No. 32
asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Th, 2004 tentang
(2) Pasangan calon sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) Pemerintah Daerah.
diajukan oleh parpol atau gabungan parpol

Memberikan kewenangan kepada partai


politik/gabungan partai politik untuk
Dalam UU No. 22 Th. 2007
mengusung pasangan calon dan juga
tentang penyelenggaraan
kepada calon perseorangan, dengan
Pemilu, “PILKADA” masuk
persyaratan sebagaimana dalam Pasal 59
kedalam rezim pemilu
ayat 2 dan Pasal 59 ayat 2b untuk calon
perseorangan
UU No. 8 Th. 2015, Pilkada secara langsung
menciptakan pola rekruitmen pemimpin
adalah sistem yang dianggap paling
didaerah dengan standar yang jelas. Oleh
demokratis karena rakyat memilih langsung
karena itu, rakyat bebas menentukan
kepala daerahnya, sehingga rakyat
pilihannya sehingga rakyat benar-benar
mempunyai keleluasaan untuk mengontrol
memiliki kedaulatan.
jalannya kepemimpinan dan pemerintahan.

UU No. 1 Tahun 2015 Pasal 107


(PASLON tidak dibatasi)
(1) “Calon Bupati dan Calon Walikota yang memperoleh
Pilkada secara langsung mencakup tiga aspek sebagai
pembelajaran politik: suara lebih dari 30% dari jumlah suara sah yang
1. Meningkatkan Kesadaran politik di daerah, ditetapkan sebagai calon Bupati dan Calon Walikota
2. Mengorganisir masyarakat ke dalam aktivitas terpilih.”, (2) jika tidak tercapai maka akan diadakan
politik yang memberi peluang lebih besar kepada pemilihan putaran kedua yang diikuti calon yang
setiap orang untuk berpartisipasi, dan memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua. (3)
3. Memperluas akses masyarakat daerah untuk
mempengaruhi proses pengambilan keputuisan
Adapun Calon yang memperoleh suara lebih dari 50% dari
yang menyangkut kepentingan daerah. suara sah, maka ditetapkan sebagai pemenang dari
pemilihan tersebut.

Hal ini tidak sesuai dengan


Kemudian UU No. 8 Th. 2015, tentang Pemilihan Kepala
Daerah, membawa perubahan Pilkada menjadi lebih baik semangat Pilkada yang efektif dan
secara komprehensif. Untuk mencapai semangat pemilihan efisien, karena pelaksanaan
yang efektif dan efisien, maka pemerintah berinisiatif untuk pemilihan dapat berlarut-larut
melakukan pemilihan kepala daerah serentak secara nasional sehingga menimbulkan
yang sudah mulai dilaksanakan secara bergelombang pada th. pemborosan anggaran dan juga
2015, 2017, dan 2018, yangmana pada akhirnya seluruh rentan menimbulkan konflik
pemilihan akan dilaksanakan serentak secara nasional pada
horisontal
tahun 2027.
PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

Kelebihan :
• Kepala daerah terpilih memiliki mandat dan legitimasi yang kuat;
• Kepala daerah terpilih tidak perlu terikat pada konsesi partai/fraksi-fraksi politik
yang mencalonkannya;
• Pemilihan secara langsung lebih akuntabel dibanding dengan sistem lain.

Kelemahan
a. Membutuhkan biaya yang besar
Calon Kepala daerah yang dapat maju orang yang mempunyai pendapatan ekonomi tinggi (Kaya
Raya), seperti Pengusaha yang dekat dengan Parpol/incumbent yang kaya;
b. Akan membuka konflik antara elit dan massa
c. Aktivitas Rakyat terganggu karena disibukkan oleh aktivitas para calon dan parpol pendukung u/
mengadakan kampanye.
d. Pergeseran lokus kekuasaan dari pusat ke daerah.
e. Kepala daerah melakukan penekanan terhadap birokrasi (ASN) / tidak netral
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung dapat dianggap sebagai bentuk proses yang
lebih baik dari sistem perwakilan dalam mewujudkan kedaulatan rakyat di Indonesia

Negara Republik Indonesia dalam UUD 1945 terbagi menjadi daerah-daerah


provinsi dan Kab/Kota, yang terdiri dari:
34 Provinsi dan 508 Kab./Kota

Sejak berlakunya UU No. 32 Th, 2004 dalam Pasal 56, yang berbunyi:
(1) Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara
demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Pemilihan scr langsung ini dianggap adalah yang paling demokratis dan sekaligus memberikan tantangan kepada
pemerintah untuk dikelola scr lebih profesional, demokratis, dan memberikan dampak perubahan scr politik.

Dari Pilkada langsung, isu dan permasalahan dalam pelaksanaannya adalah biaya penyelenggara mahal, konflik selama
pelaksanaan pilkada yang berdampak kepada kerugian materiil (terjadinya pembakaran fasilitas umum, dll) yang dipicu
masalah administrasi seperti data pemilih, netralitas penyelenggara pemilu, serta Pelanggaran peraturan oleh parpol.

hal tsb jauh dari semangat nawacita untuk mewujudkan pemerintahan yang demokratis
IMPLIKASI DARI PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG:

ADANYA DINASTI
A POLITIK
Pasal 7 huruf r UU No. 8 th. 2015
Calon Kepala daerah tidak memiliki konflik kepentingan
dengan petahana (tidak memiliki hubungan darah, ikatan
perkawinan, atau garis keturunan).
Hasil gugatan MK, karena gugatan dari
Adnan Purichta Ichsan, anggota DPRD
Prov. Sulsel (2014-2019) pada th 2015
Namun, “dinasti
Karena “ dinasti politik” dapat
politik” ini masih saja
menciderai semangat demokrasi serta
terjadi dan bahkan
menghambat kompetisi bagi para calon
menjamur
untuk memperebutkan tempat
di Indonesia.
kekuasaan didaerah.

Ada tiga penyebab munculnya


Penambahan Pasal Khusus yang
“dinasti politik”:
membatasi hak dasar politik bagi
u/ dapat memutus mata 1. Lemahnya Pengawasan Pemilu
peserta pemilu yang ingin rantai “dinasti politik” 2. Lemahnya Penegakkan Hukum
mencalonkan diri dalam pemilihan
3. Buruknya Institusionalisasi
Kepala daerah.
Partai Politik
B NETRALITAS ASN
Jabatan Politik
Mengapa ASN harus NETRAL? ASN Jabatan KARIR
sesuai dengan UU no. 5 Th. 2014 tentang ASN
yang berbunyi “ASN adalah pegawai pemerintah
yang memiliki integritas, profesional, netral, dan Paling dekat dengan rakyat, karena memberi
bebas dari intervensi politik, serta bebas dari pelayanan secara langsung dan berintegritas
KKN” dengan rakyat.

Dampak jika ASN tidak NETRAL BERPIHAK kepada PASLON

1. Pelayanan terhadap masyarakat jelas


Incumbent Baru
tidak optimal dan menjadi tidak baik
(good government) 1. Menggunakan Aset 1. Diiming-imingi
2. Pengangkatan pejabat birokrasi yg Pemerintah untuk Jabatan
mengisi jabatan strategis tidak sesuai politik, 2. Ada hubungan
dengan kemampuan seorang ASN 2. Pemakaian uang kerabat
(tidak kompeten), negara untuk
Alasan: - Hak Prerogatif kepentingan politik
- Usulan dari hasil penilaian 3. Memberikan bantuan
R.1., 2., 3. Data, dsb dalam Debat
3. Pemberhentian Pejabat di Birokrasi Politik maupun Visi
tidak berdasarkan aturan hukum. Misi Paslon
4. Mobilisasi Massa
BNETRALITAS ASN

REKOMENDASI:
1. ASN tidak diikutsertakan memilih seperti TNI
dan POLRI,
ASN SULIT Bersikap Netral 2. Harus dibuat aturan tersendiri khusus
Netralitas ASN
1. Mendapat Penekanan dari yang
3. Memberi sanksi berat bagi ASN dan pasangan
berkuasa
2. Iming-iming jabatan calon yang melibatkan ASN dalam politik baik
langsung maupun tidak langsung

Anda mungkin juga menyukai