Anda di halaman 1dari 15

KECERDASAN IQ, EQ

DAN SQ

NAMA : RIA SETIANI

NIM : 199480

KELAS : III A
INTELLGENCE QUOTIENT (IQ)
• Kecerdasan ini ditemukan pada sekitar tahun 1912 oleh William Stern. Digunakan sebagai pengukur kualitas
seseorang pada masanya saat itu, dan ternyata masih juga di Indonesia saat ini. Kecerdasan ini terletak di otak
bagian Cortex (kulit otak). Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan kita kemampuan
untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi. Atau lebih tepatnya
diungkapkan oleh para pakar psikologis dengan “What I Think“.

• Mengukur kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan
dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan
matematika.

• IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan
latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berpikir, bekerja dengan
angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan permasalahan dan menerapkan pengetahuan yang
telah ada sebelumnya
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KECERDASAN IQ
• Faktor Genetik/Keturunan

Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50.
Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90.
Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi, IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 –
0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan ayah dan ibu
angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ
mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling
kenal.
• Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah


diperoleh seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai
dampak kuat terhadap kecerdasan seseorang).
  Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi,
rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga
memegang peranan yang amat penting.
EMOSIONAL QUOTIENT (EQ)

• Mulai menjadi trend pada akhir abad 20. Kecerdasan ini di otak berada pada otak
belakang manusia. Ditemukan pertama kali oleh Daniel Goleman.
• Kecerdasan emosional adalah kemampuan yang lebih yang dimiliki seseorang
dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan
emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan
emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang
tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati (Goleman).
• Mempunyai dua arah dan dua dimensi, arah ke dalam (personal) berarti sebuah
kesadaran diri (self awareness), penerimaan diri (self acceptance), dan hormat diri
(self respect), dan penguasaan diri (self mastery)
• Dan arah keluar (interpersonal) berarti kemampuan memahami orang (to
understand others), menerima orang (to accept others), mempercayai orang (to
trust others), dan mempengaruhi orang (to influence others).
SPIRITUAL QUOTIENT (SQ)

• Pertama kali digagas oleh Danar Zohar dan Ian Marshall, masing-masing dari Harvard University
dan Oxford University. Dikatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah sebagai kecerdasan untuk
menghadapi persoalan makna atau value untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya. 

• Kecerdasan ini terletak dalam suatu titik yang disebut dengan God Spot. Mulai populer pada awal
abad 21. Melalui kepopulerannya yang diangkat oleh Danar Zohar dalam bukunya Spiritual
Capital dan berbagai tulisan seperti The Binding Problem karya Wolf Singer.

• Kecerdasan inilah yang menurut para pakar sebagai penentu kesuksesan seseorang. Kecerdasan ini
menjawab berbagai macam pertanyaan dasar dalam diri manusia. Kecerdasan ini menjawab dan
mengungkapkan tentang jati diri seseorang, “Who I am“. Siapa saya? Untuk apa saya diciptakan?
• Kecerdasan SQ (Ary Ginanjar) adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual
terhadap pemikiran, perilaku, dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan
SQ secara komprehensif.
• Dalam hal ini hidup bukan semata-mata untuk memperoleh materi semata akan tetapi
harus betul-betul dihayati sebagai serangkaian amal bagi sesama manusia dan
beribadah kepada Tuhan. Sehingga tidak cukup jika kita hanya mengandalkan
kecerdasan intelegensi dan emosional saja. Mempertebal iman dan taqwa kita akan
membangun budi dan akhlak mulia sehingga segala sesuatu yang kita lakukan
semata-mata mohon perkenan dan ridho Tuhan, sehingga apa yang kita kerjakan akan
terasa bermakna, nikmat, dan kita lakukan penuh dengan suka cita, tanpa
keterpaksaan belaka.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH
SEPERTI APA IQ TANPA EQ DAN
SQ? COBA KITA PAHAMI MELALUI
KISAH BERIKUT
• Seorang mahasiswa Indonesia yang belajar di Singapura, nekat menikam dosen pembimbingnya.
Mahasiswa yang bernama David Hartanto Wijaya kemudian nekat bunuh diri. David dikenal
sebagai mahasiswa yang cemerlang, dia pernah mewakili Indonesiadalam ajang Olympiade
Matematika di Mexiko tahun 2005.
• Tugas akhir David masuk dalam peringkat ketiga terbaik di kampusnya, namun tugas tersebut
membutuhkan kemampuan matematika yang kuat. Diduga David nekat menyerang dan bunuh diri
karena tertekan akibat mengerjakan tugas akhir yang berat.
• Motif bunuh diri yang dilakukan mahasiswa Nanyang Technological University (NTU) Singapura
asal Indonesia, David Hartanto Widjaja, diduga terkait beasiswa yang dia terima. David diketahui
telah tiga kali mendapat peringatan tertulis mengenai masa depan beasiswanya dari pihak kampus.
Dalam peringatan yang diberikan tahun lalu itu, pihak kampus menuntut David berusaha
memperbaiki nilai akademiknya yang menurun jika tidak ingin kehilangan beasiswa. Seperti yang
dilaporkan The New Paper, semua salinan suratperingatan itu dikirim ke orangtua David di
Jakarta. Kemudian, dua pekan lalu David akhirnya kehilangan beasiswa ASEAN
•  David Pologruto di Florida Amerika Serikat. Bedanya David Hartanto menusuk dosen
pembimbingnya, sedangkan David Pologruto (seorang guru) yang ditusuk oleh siswanya.
Cerita faktual ini dikemukakan oleh Daniel Goleman, dalam bukunya "Working with
Emotional Intellegence (1999).“
• Sebuah nasib tragis guru Fisika yang bernama David Pologruto di SMU Coral
SpringsFlorida Amerika Serikat. Ia ditusuk dengan sebilah pisau dapur oleh salah seorang
siswa yang terpandai di kelasnya. Ceritanya, Jason, siswa terpandai yang biasanya selalu
mendapatkan nilai A, bercita-cita masuk fakultas kedokteran, bahkan ia memimpikan
Harvad. Tapi guru Fisikanya, David, memberi Jason nilai 80 pada sebuah tes. Karena
yakin bahwa nilai itu yang hanya B akan menghalang-halangi cita-citanya, Jason
membawa sebilah pisau dapur ke sekolah dan dalam suatu pertengkaran dengan gurunya
di laboratorium Fisika, ia menusuk gurunya di tulang selangka, dan gurunya tewas
seketika.
• EQ ini tidak sekedar dikenali, tapi lebih lanjut perlu disadari
eksistensinya dalam mempengaruhi kehidupan emosional kita. Dengan
menyadarinya, kita tak lagi dikuasai atau diperbudak emosi, tapi justru
sebaliknya, kita dapat menguasai emosi.
• Keampuhan EQ akan lemah dengan sendirinya dan tanpa berarti apa-apa
tanpa adanya dorongan dan kekuatan kecerdasan yang lain yang paling
utama, yaitu Spiritual Quotient (SQ). Seorang David Hartanto dan Jason
yang otaknya 'encer', akan selalu berada pada tataran pengendalian diri
yang stabil dan penghayatan religius yang mantap, apabila eksistensi
kesadaran diri dan kedekatannya dengan Ilahi (Tuhan) muncul.
• Jika manusia memiliki kepercayaan dan kedekatan terhadap Tuhan
dengan baik dan kuat, tidaklah mungkin mereka melakukan
perbuatan yang tidak terpuji. Tidak mungkin mereka akan bunuh
diri, stress, putus asa, merampok, korupsi, mencopet, mencuri,
berzina, dan sebagainya. Kedekatan dengan Tuhan akan membawa
manusia pada ketenangan dan kedamaian hatinya. ”Ingatlah,
hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang” (Ar-
Ra’d: 28).
• "SQ is the necessary foundation for the effective functioning of
both IQ and EQ. It is our ultimate intelligence", kata Danah Zohar
dan Ian Marshall dalam bukunya 'Spiritual Intellegence, The
Ultimate Intellegence (2000)'. Bayangkan, SQ adalah puncak
kecerdasan. Hakikat sejati SQ disandarkan pada the soul's
intelligence. Kecerdasan jiwa, hati, yang menjadi intisari SQ.
KECERDASAN ESQ
(PAHAMI KISAH BERIKUT INI)
• Erwyn bekerja diperusahaan otomotif sebagai seorang buruh. Tugasnya
memasang dan mengencangkan baut pada jok pengemudi. Itulah tugas
rutin yg dikerjkan selama hampir 10 tahun.karena pendidikannya yang
hanya SLTP sulit membuatnya meraih prestasi puncak. Saya pernah
bertanya kepada Erwin “bukankah itu suatu pekerjaan yg sangat
membosankan?” kemudian ia menjawab dengan tersenyum “tidakkah
ini pekerjaan yg mulia, saya telah menyelamatkan ribuan orang yg
mengemudikan mobil2 ini. Saya mengencang kuatkan seluruh kursi
pengemudi yg mereka duduki, sehingga mereka sekeluarga selamat,
termasuk kursi mobil yg anda duduki itu”
• Esok harinya saya mendatangi Erwyn lagi. Saya bertanya
lagi: “Mengapa anda bekerja begitu giat, upah anda kan
tidak besar? Mengapa anda tidak melakukan mogok kerja
seperti yg lainnya untuk menuntut kenaikan upah?” Ia
memandangi mata saya , masih dengan senyum dan
menjawab: “saya memang senang dengan kenaikan upah, tp
sayapun memahami bahwa keadaan ekonomi memang
sedang sulit dan perusahaanpun terkena imbasnya. Saya
memahami keadaan pimpinan perusahaan jg jg tentu sedang
dalam kesulitan. Jadi, kalau saya mogok kerja, maka itu
akan memperberat masalah mereka, masalah saya juga.”
Lalu ia melanjutkan pembicaraan sambil tersenyum “saya
bekerja , karena prinsip saya ‘memberi’, bukan untuk

Anda mungkin juga menyukai