Anda di halaman 1dari 59

KULIAH REFRAKSI

DES 2020

dr.H. Ibrahim SpM. (K)


REFRAKSI

Perubahan jalannya cahaya, akibat


media refrakta mata, dimana mata
dalam keadaan istirahat. (Tidak
berakomodasi )

ibrahim, dr SpM (K) 2


 NILAI REFRAKSI MATA DITENTUKAN
OLEH :

1.MEDIA REFRAKSI YG TD:


 KORNEA
 AKUOS HUMOR
 LENSA
 BADAN KACA ( VITREOUS BODY).

2. PANJANG AXIAL BOLA MATA

ibrahim, dr SpM (K) 3


Refraksi

• Optik secara umum


1

• Sistem Optika Mata


2
• Anomali Klinik: Kesalahan
3 Refraksi

ibrahim, dr SpM (K) 4


REFRAKSI
PUNCTUM • Titik terjauh yang dapat
REMOTUM dilihat dengan mata
tanpa akomodasi.
(R)

PUNCTUM • Titik terdekat yang


dapat dilihat mata
PROKSIMUM dengan akomodasi
(P): maksimal.

DAERAH AKOMODASI : JARAK P- R


ibrahim, dr SpM (K) 5
REFRAKSI
 LEBAR AKOMODASI (A).
Tenaga yg dibutuhkan untuk melihat daerah
akomodasi dinyatakan dalam:

Dioptri A=1/P-1/R
 PADA EMETROPIA
R= terletak pd jarak tak terhingga.
P = 20 cm
A : 1/P-1/R = 100/20 – ( 1/~ ) = 5 D
ibrahim, dr SpM (K) 6
Optik
 Dioptri (D) : Satuan kekuatan lensa,
merupakan perbandingan terbalik dari
jarak fokus dalam meter.
D = 1/f
 1 D lensa, sinar paralel akan dijatuhkan
ke titik fokus pada jarak 1 meter.
2 D = 1/f ----> f = ?
Jika f = 25 cm , ----> D = ?

ibrahim, dr SpM (K) 7


 Sinar paralel akan dikonvergensikan ke
titik fokus ---> lensa Plus (+)

 Atau akan divergensikan seolah olah


berasal dari titik fokus ----> Lensa minus
(-)

ibrahim, dr SpM (K) 8


Prinsip-Prinsip

 Sinar-sinar yang datang dari jarak > 5 m


Sinar Paralel

 Sinar-sinar yang datang dari jarak < 5m


Sinar Divergen

ibrahim, dr SpM (K) 9


 Lensa Sferikal
Lensa dengan diameter kurvatura yang sama
di semua meridian.

Sferikal Cembung (+) Sferikal Cekung (-)

ibrahim, dr SpM (K) 10


 Sebuah lensa cembung dianggap sebagai
suatu kumpulan basis prisma di tengah
lensa
 Sebuah lensa cekung dianggap sebagai
suatu kumpulan apeks prisma di tengah
lensa

ibrahim, dr SpM (K) 11


 Pengaruh Prismatik yang terjadi terhadap
mata yang berkacamata menjelaskan :
Berlawanan gerak dengan lensa (+)
Searah gerak, dengan lensa (-) .

 Lensa Sferikal :
Sferis Plus : Cembung
Ciri : Membesarkan dan mendekatkan bayangan

+2 +2 0 +4 +5 -1

Biconvex Plano K Concave K


ibrahim, dr SpM (K) 12
 Sferis Minus : Cekung
Ciri : mengecilkan dan menjauhkan bayangan

-2 -2 0 -4 +1 -5

Bi Concave Plano K Convex K

 Sinar-sinar Paralel akan dipusatkan atau


divergensikan dari fokus

ibrahim, dr SpM (K) 13


Lensa Silinder
 Merupakan jenis lensa yang
mempunyai 2 meridian yang
saling tegak lurus satu sama
lain
 Meridian yang tidak
mempunyai kekuatan
disebut Axis.
 Meridian,lainnya punya
kekuatan
ibrahim, dr SpM (K) 14
 Lensa Sferosilinder
Merupakan kombinasi antara lensa sferis dan
lensa silinder
Contoh :
○ S + 2.00 D C + 1.00 D X 90
0

+ 2.00 0.00 + 2.00


0.00

+ 2.00
+ + 1.00 + 2.00
+ 1.00

+ 2.00

+ 3.00

ibrahim, dr SpM (K) 15


 Transposisi
Metode:
○ Sferis : hasil jumlah aljabar SPH + CYL
○ Silinder : mengganti nilai kekuatan (Neg
Pos),
Perubahan axis 90 derajat
○ Contoh : S + 2.00 C + 1.00 X 900

0
S + 3.00 C - 1.00 X 180

ibrahim, dr SpM (K) 16


Mata sebagai suatu Perangkat
Optikal

 Media refraksi :
 Kornea n = 1.33
 Cairan Humour n = 1.33
 Lensa n = 1,41
 Badan Vitreus n = 1.33
 Kekaburan pada media refraksi --> gangguan
penglihatan
ibrahim, dr SpM (K) 17
 Kekuatan refraksi pada mata
Total : 60 dioptri
Kornea : 40 dioptri
Lensa : 20 dioptri

ibrahim, dr SpM (K) 18


 Proses Akommodasi
Kemampuan penambahan kekuatan refraksi
mata dengan meningkatkan konveksitas lensa
Normal : Sinar datang dari jarak > 5 m –
dianggap sebagai sinar paralel ; mata dalam
keadaan relaksasi , bayangan difokuskan
tepat di retina (fovea centralis)

ibrahim, dr SpM (K) 19


 Untuk benda dari jarak <
5 meter, sinar tidak
datang paralel tapi
divergen. Jika mata
masih dalam keadaan
relaksasi , bayangan
difokuskan di belakang
retina. Sehingga benda
terlihat kabur. Bayangan
harus dipindahkan ke
depan sehingga
fokusnya tepat di retina
dengan cara
meningkatkan
konveksitas lensa.
ibrahim, dr SpM (K) 20
 Proses akommodasi
terjadi sebagai hasil
dari kontraksi Otot
Siliaris pada Badan
siliar

ibrahim, dr SpM (K) 21


 Reflek-reflek ini juga terjadi selama
proses akomodasi :
Akomodasi
Miosis
Konvergensi
Refleks dekat

ibrahim, dr SpM (K) 22


Anomali Refraksi
 Normal : Emetropia
 Anomali : (ametropia)
○ Miopia
○ Hipermetropia
○ Astigmatisme
○ Presbiopia

ibrahim, dr SpM (K) 23


 Emmetropia
Suatu keadaan dimana sinar paralel difokuskan
tepat di retina saat mata relaksasi --->
Ketajaman penglihatan maksimal

ibrahim, dr SpM (K) 24


 Ametropia
Keadaan dimana sinar paralel tidak
difokuskan tepat di retina saat mata relaksasi.
Titik fokusnya bisa di depan atau di belakang
retina

Hal 47, 4.2 Duke Elder

ibrahim, dr SpM (K) 25


 Miopia
Keadaan refraksi tanpa akomodasi, sinar
paralel difokuskan di depan retina.
Mata Miopia : Status refraksi di atas kekuatan
plus

ibrahim, dr SpM (K) 26


 Faktor-faktor penyebab miopia :
Axial : Axis antero posterior bola mata > normal
○ Pada kasus ini, kekuatan refraksi kornea,lensa,dan posisi
lensa normal. Mata biasanya terlihat proptosis
Kurvatura :
○ Ukuran bola mata ---> normal, tapi ada peningkatan kurvatura
lensa/kornea
○ Perubahan lensa misalnya; Pertumbuhan katarak
Peningkatan indeks refraksi
○ Dapat terjadi pada pasien diabetes
Perubahan lokasi lensa
○ Perubahan posisi lensa setelah bedah glaukoma
○ Subluksasi lensa

ibrahim, dr SpM (K) 27


 Gejala klinik :
Penglihatan jauh kabur, penglihatan dekat normal
Astenopia
Pada miopia tinggi : terjadinya hemeralopia karena
degenerasi retina perifer
Gambaran spot Floating dikarenakan degenerasi
vitreus
Menekan kelopak mata bersamaan supaya
mendapatkan penglihatan yang lebih baik
 Pada miopia tinggi ----> simulasi proptosis ,
bilik mata depan dalam

ibrahim, dr SpM (K) 28


 Funduskopi : fundus Tigroid ---> retina dan
koroid, myopic crescent sekitar daerah papil,
stafiloma posterior

ibrahim, dr SpM (K) 29


 Komplikasi :
Umumnya terjadi pada miopia tinggi
1. Degenerasi dan Pencairan vitreus
2. Ablasio Retina
3. Perubahan Pigmentasi + Perdarahan Makula
4. Strabismus
 Klasifikasi Miopia :
< 3.00 D = miopia rendah
 3.00 - 6.00 D = miopia sedang
> 6.00 D = miopia tinggi/gravis

ibrahim, dr SpM (K) 30


 Penatalaksanaan :
 Miopia rendah dan sedang: koreksi penuh
dengan lensa sferis terlemah yang
memberikan tajam penglihatan terbaik
○ Contoh :
VOD = 5/60 S -2.50 D = 6/7
S -2.75 D = 6/6
S -3.00 D = 6/6
S -3.25 D = 6/7
Kacamatanya: S - 2.75 D
Pada miopia tinggi,koreksi penuh tidak
dilakukan karena menyebabkan nyeri kepala .
Bila perlu, diberikan kacamata baca --->
kacamata bifokal
ibrahim, dr SpM (K) 31
 Prognosis :
Simpleks/stasioner, setelah pubertas akan

menetap
 Miopia progresif, miopia akan berkembang

lebih tinggi dan menimbulkan komplikasi

ibrahim, dr SpM (K) 32


Hipermetropia
 Merupakan suatu anomali refraksi dimana sinar
paralel, tanpa akomodasi akan difokuskan di
belakang retina
 Sinar Divergen dari objek dekat, akan difokuskan
jauh di belakang retina

ibrahim, dr SpM (K) 33


 Etiologi :
Aksial ---> diameter bola mata < N

hilangnya konveksitas kurvatura kornea/lensa

Turunnya indeks Refraktif

Berubahnya posisi lensa

ibrahim, dr SpM (K) 34


 Manifestasi klinik :
 H. Manifestasi ---> dideteksi tanpa
melumpuhkan akomodasi dan diperbaiki
dengan kacamata cembung , pasien melihat
lebih jelas. Hal ini berhubungan dengan
banyaknya akomodasi yang relaksasi saat
lensa cembung diletakan di mata.
 Dibagi menjadi 2 tipe :
○ Fakultatif : dapat diatasi dengan kekuatan
akomodasi
○ Absolut: tak dapat diatasi

ibrahim, dr SpM (K) 35


 Hipermetropia total : dideteksi setelah

dilakukan paralisis akomodasi dengan agen


siklopegik
 Hipermetropia Laten : merupakan perbedaan

hipermetropia total dengan hipermetropia


manifestasi

ibrahim, dr SpM (K) 36


Hipermetropia

Hipermetropia laten

Manifestasi Hipermetropia

ibrahim, dr SpM (K) 37


 Gejala Klinik:
Penglihatan dekat kabur
Hipermetropia tinggi pada usia lanjut :
penglihatan jauh juga kabur
Astenopia akomodatif (mata lelah)
Anak-anak : hipermetropia tinggi biasanya
menyebabkan strabismus konvergen
(convergent squint)

ibrahim, dr SpM (K) 38


 Pengobatan :
Bila foria/tropia tak ada, gunakan lensa sferis
positif terkuat yang bisa memberikan tajam
penglihatan terbaik
Bila foria/tropia ada, koreksi hipermetropia
total. Jika perlu : Kacamata bifokal

ibrahim, dr SpM (K) 39


Astigmatisme
 Kondisi Refraksi mata dimana terdapat
perbedaan derajat refraksi pada meridian
yang berbeda, tiap meridian akan
memfokuskan sinar paralel pada titik fokus
yang berbeda.
 Bentuk-bentuk bayangan :
garis, oval, lingkaran, tak ada sebuah poin

ibrahim, dr SpM (K) 40


 Manifestasi :
Astigmatisme Reguler
○ Perbedaan derajat refraksi di setiap meredian.
○ 2 prinsip meridian :
 Refraksi maksimal
Bentuk sudut satu
 Refraksi minimal
sama lain
Astigmatisme Irreguler
○ Perbedaan refraksi tidak hanya pada meridian
yang berbeda tapi juga terdapat bagian berbeda
pada meridian yang sama.

ibrahim, dr SpM (K) 41


 Etiologi Astigmatisme :
Gangguan kurvatura kornea ---> 90%
Gangguan kurvatura lensa ---> 10%
 Tipe Astigmatisme :
Ast. M. Simpleks C-2.00 X 90 0
Ast. H. Simpleks C+2.00 X 45 0
Ast. M Kompositum S-1.50 C-1.00 X 60
0
Ast. H Kompositum S+3.00 C+2.00 X 30
0
Ast. Mikstus S+2.00 C-5.00 X 180
0

ibrahim, dr SpM (K) 42


Ast. M. Simplex Ast. H. Simplex

Ast. M Compositium Ast. H Compositium

Ast. Mixtus

ibrahim, dr SpM (K) 43


Presbiopia

 Perubahan kemampuan akomodasi secara


fisiologi yang melemah di usia tua
Accommodation
16

10

10 20 40 50 60 Age
ibrahim, dr SpM (K) 44
 Koreksi Presbiopia :
Usia 40 thn S + 1.00 D
Usia 45 thn S + 1.50 D
Usia 50 thn S + 2.00 D
Usia 55 thn S + 2.50 D
Usia 60 thn S + 3.00 D
 Pertimbangkan riwayat jenis pekerjaan:
Penjahit
Arsitektur
Tukang Las

ibrahim, dr SpM (K) 45


Teknis Pemeriksaan Refraksi

 Subyektif :
Kartu/proyektor Snellen , alfabet , inverse E, gambar,
cincin Landolt
 lensa coba
Bingkai coba
 Obyektif :
Anak-anak, tak kooperatif, koreksi sulit, strabismus :
○ Oftalmoskopi
○ Retinoskopi
○ Refraktometer

ibrahim, dr SpM (K) 46


ibrahim, dr SpM (K) 47
 Subyektif
Pertama-tama diperiksa 1 mata saja : OD
Jarak : 5 atau 6 meter
VOD : …...( visus dasar mata kanan)
a. Trial and error
○ gunakan S + 0.50, visus membaik, tambah S+
sampai visus = 6/6
○ Gunakan S +0.50, visus memburuk, ubah S -,
naikan S – sampai visus = 6/6
○ S +/- tak membaik ----> silinder
○ Dengan lempeng astigmatisme , slit stenoplik ,
silinder silang
○ Lempeng astigmatisme :
Garis kabur----> aksis lensa C negatif

ibrahim, dr SpM (K) 48


 Pengaburan satu persatu ( fogging)
S + sp. Lens --> visus kabur, selangkah demi

langkah dialihkan ---> sp. terbaik

 Penglihatan dekat/Baca
Kedua mata pada saat bersamaan pada jarak

yang diperlukan : memakai kartu jaeger

ibrahim, dr SpM (K) 49


Contoh :
I. AVOD 2/60 S - 3.50 = 6/6 ODS 6/6
Nyeri kepala,mata lelah
AVOS 3/60 S - 3.00 = 6/6
II. AVOD 2/60 S - 3.00 = 6/7 ODS 6/6
Tak ada nyeri kepala,
AVOS 3/60 S - 2.75 = 6/7 mata lelah
baca ADD S + 1.50
Beri kacamata sesuai II

ibrahim, dr SpM (K) 50


 Obyektif
Menggunakan siklopegik
1. Oftalmoskopi : papil terlihat jernih
2. Retinoskopi :
○ Ordinary ---> sumber cahaya di luar
○ streak -----> sumber cahaya di dalam
3. Refraktometer
○ Komputerisasi
○ Prinsip Lensameter

ibrahim, dr SpM (K) 51


 Ideal :
Subyektif
Obyektif dengan siklopegik
Subyektif sekali lagi tanpa siklopegik
 Lensa meter
Ukur kekuatan lensa
Ukur jarak fokus

ibrahim, dr SpM (K) 52


 Ukur jarak pupil (Pupillary
Distance)
Jatuhkan cahaya di atas kedua
mata,cahaya datang dari depan
pasien,pasien melihat ke dahi
pengamat atau lampu ----> ukur jarak
titik lampu antara OD and OS ---->
sebagai jarak pupil dekat
Jarak Jauh:
○ Tambah 2 mm ---> untuk jarak pupil
kurang dari 60 mm.
○ Tambah 3 mm ---> untuk jarak pupil lebih
dari 60 mm ibrahim, dr SpM (K) 53
 Kacamata
○ Monofokal
○ Bifokal
○ Progresif
 Peresepan kacamata, Komponennya :
Mata yang mana (OD atau OS)
Kekuatan lensa ( + atau - , kekuatan, aksis)
ADD untuk baca
Jarak pupil jauh dan dekat
Nama pasien

ibrahim, dr SpM (K) 54


Defek Optika Binokular
 Anisometropia :
Kondisi dimana refraksi kedua mata tidak
sama
variasi: Miopia M
M. E.
H. E.
H. H.
M. H

Antimetropia

ibrahim, dr SpM (K) 55


 Penglihatan pada Anisometropia
Perbedaan < 2.50 D : masih bisa fusi +
penglihatan binokuler tunggal
Perbedaan > 2.50 D : Kesulitan fusi ---->
Penekanan mata yang lemah---> ambliopia
Penglihatan alternan : mata kanan dan kiri
bergantian
 Aniseikonia :
Perbedaan ukuran dan ketajaman bayangan
antara mata kanan dan kiri

ibrahim, dr SpM (K) 56


 Keterbatasan kacamata
Tak dapat digunakan untuk anisometropia lebih
dari 2.50 Dioptri
anisometropia menyebabkan aniseikonia
 lensa kontak: Hard ---> lensa rigid
Soft
Indikasi :
○ Anisometropia tinggi
○ Astigmatisme Irreguler
○ asimetri depan, orbit
○ Aniridia
○ Descemetokele
○ Olahraga
○ Cosmetika

ibrahim, dr SpM (K) 57


ibrahim, dr SpM (K) 58
 Pasien 25 tahun, tajam penglihatan 6/20
- dikoreksi dg S+ 2.00  6/6
dikoreksi dg S+ 2.50  6/6
dikoreksi dg sikloplegi, S+ 5.00  6/6

Maka pasien ini mempunyai ;

Hipermetrop absolut S+ 2.00


Hipermetrop manifes S+ 2.50
Hipermetrop fakultatif ( 2-50) – ( 2.00 ) = + 0,50
Hipermetro latent S+ 5.00 – S+ 2.50= 2.50

ibrahim, dr SpM (K) 59

Anda mungkin juga menyukai