Anda di halaman 1dari 30

MASALAH PADA IBU

HAMIL
Hyperemessis Gravidarum
Anemia Kehamilan
Pre Eklamsia
HIPEREMESIS
GRAVIDARUM
Mual dan muntah terjadi pada kehamilan hingga usia 16 minggu.

Pada keadaan muntah-muntah yg berat, dapat terjadi dehidrasi, gangguan


asam basa dan elektrolit serta ketosis; keadaan ini disebut hiperemesis
gravidarum (Kemenkes RI, 2013: 82)
ETIOLOGI HEG
• Penyebab utamanya belum diketahui pasti

• Gangguan keseimbangan hormon, seperti HCG, tiroksin


kortisol dan hormon seks seperti estrogen dan
progesteron, diperkirakan menjadi faktor penyebab yang
penting.

• Perubahan metabolisme hati dapat menjadi penyebab


FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor Adaptasi dan Hormonal
Faktor Psikologi
Faktor Alergi
TINGKATAN HEG
Tingkat I : • hiperemesis gravidarum
tingkat 1 merupakan mual
1) Lemah & muntah berlebihan yg
2) Nafsu makan menurun dialami ibu hamil namun
3) Berat badan menurun masih masuk dalam
kategori hiperemesis
4) Nyeri epigastrum
ringan, ditandai dengan
5) Nadi meningkat
muntah terus menerus 
6) Turgor kulit berkurang mempengaruhi keadaan
7) Tekanan darah menurun umum penderita, berat
8) Lidah kering badan menurun serta
9) Mata cekung nyeri epigastrum.
PENATALAKSANAAN
Lakukan penatalaksanaan awal sebagai upaya penstabilan
keadaan ibu sebelum dilakukan penatalaksanaan lebih lanjut.

Penatalaksanaan lebih lanjut dilakukan oleh tenaga kesehatan


lain yg berwenang pada unit pelayanan yang lebih tinggi
Tingkat II :

1) Apatis
2) Nadi cepat dan kecil
3) Lidah kering dan kotor
4) Mata sedikit ikterik
5) Kadang suhu sedikit meningkat
6) Oliguria
7) Aseton tercium dalam hawa pernafasan
Tingkat III

Sedangkan untuk hiperemesis gravidarum tingkat III,


pasien akan mengalami:
1) Keadaan umum lebih lemah lagi
2) Muntah-muntah berhenti
3) Kesadaran menurun dari samnolen sampai koma
4) Nadi lebih cepat
5) Tekanan darah lebih turun
DIAGNOSA HEG
• ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang khas

• bila perlu, dilakukan hasil pemeriksaan laboratorium

• muntah-muntah yang tidak membaik dengan pengobatan

• disebabkan oleh penyakit lain seperti gastriris, kolesistitis,


pankreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis dan
fatty liver
DIAGNOSIS
Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang : darah lengkap, urinalisis, gula darah,


elektrolit, USG, analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal
PENCEGAHAN
• Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan
sbg suatu proses yang fisiologis, memberikan keyakinan
bahwa mual
• Kadang-kadang muntah merupakan gejala fisiologis pd
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan bulan,
• Menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.
• Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dg teh
hangat.
• Makanan berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan.
ANEMIA IBU HAMIL
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan kadar hemoglobin di
bawah 11gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5gr% pada
trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi
wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2
(Saifuddin)
Klasifikasi
WHO dan Dep.Kes RI Manuaba, 1998

• Normal : Kadar Hb dalam • Tidak Anemia : Hb 11 g r


darah ≥ 11 gr% %
• Anemia Ringan : Kadar • Anemia ringan : Hb 9 – 10
Hb dalam darah 8 - 10 gr gr %
% • Anemia sedang : Hb 7 – 8
• Anema berat : Kadar Hb gr %
dalam darah < 8 gr% • Anemia berat : Hb < 7 gr
%
• Anemia defiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai ialah
anemia akibat kekurangan besi  dapat disebabkan
karena kurang masuknya unsur besi dalam makanan,
karena gangguan reabsopsi, gangguan pecernaan, atau
karena terlampau banyaknya besi yg keluar dari badan,
misal pada perdarahan.
• Anemia megaloblastik
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena
defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi B12.
Hal itu erat kaitanya dg defisiensi makanan.
• Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil dikarenakan sumsum
tulang kurang mampu membuat sel – sel darah baru.
• Anemia hemolitik
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya.
DIAGNOSIS
• Anamnesa
Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang – kunang, dan keluhan sering mual
muntah lebih hebat pada hamil muda.
• Pemeriksaan fisik
Penderita terlihat lemah.
Kurang bergairah.
Pada inspeksi muka, conjungtiva, bibir, lidah, selaput lendir &
dasar kuku kelihatan pucat.
Pada pemeriksaan palpasi kemungkinan didapatkan splenomegali
dan takhirkardi.
Pada pemeriksaan auskultasi dapat terdengar bising jantung.
Pengaruh Anemia
Pada Masa Hamil, Bersalin & Nifas
• Keguguran.
• Partus prematurus.
• Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah.
• Atonia uteri dan menyebabkan perdarahan.
• Syok.
• Afibrinogen dan hipofibrinogen.
• Infeksi intrapartum dan dalam nifas.
• Bila terjadi anemia gravis ( Hb dibawah 4 gr% ) terjadi
payah jantung yang bukan saja menyulitkan kehamilan
dan persalinan tapi juga bisa fatal.
PENCEGAHAN
• Pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada
trimester III ibu hamil non anemik Hb ≥ 11 gr/dl,
sedangkan untuk hamil dengan anemia defisiensi besi
dapat diberikan suplemen sulfat 325 mg 1-2 kali sehari.
• Anemia defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1
mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4
mg/hari. Dapat juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari
(Budiarti, 2009)
• Mengatur pola makan dengan mengkombinasikan menu
makanan serta mengkonsumsi buah dan sayur yang
mengandung vitamin C pada waktu makan bisa membuat
tubuh terhindar dari anemia.
• Mengindari makanan yang dapat menghambat
penyerapan zat besi yaitu kopi dan teh.
PRE EKLAMSIA
timbulnya hipertensi yang disertai proteinuria terjadi
setelah kehamilan minggu ke-20 sampai minggu ke-6
setelah persalinan.
• Hipertensi  didefinisikan sebagai peningkatan tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90
mmHg.

• Proteinuria  didefinisikan sebagai ekskresi protein


dalam urin dengan kadar 300 mg/dl dalam urin tampung
24 jam atau dengan pemeriksaan kualiatif ≥ 1+ pada
pengambilan sampel urin secara acak
EKLAMPSIA
Peristiwa terjadinya kejang pada kehamilan ≥ 20 minggu
disertai atau tanpa penurunan tingkat kesadaran bukan
karena epilepsi maupun gangguan neurologi lainnya.
Kejang eklampsia hampir selalu didahuluioleh preeklampsia.
Eklampsia paling sering terjadi pada trimester ketiga dan menjadi sering saat kehamilan
mendekati aterm.

Eklampsia dapat terjadi pada antepartum, intrapartum, dan postpartum.


Eklampsia postpartum umumnya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan
DIAGNOSIS PER

a) Hipertensi yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan


dg tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥
90 mmHg
b) Proteinuria dengan jumlah protein urin ≥ 300 mg/24
jam atau ≥ 1+ dengan menggunakan carik celup
c) Edema pada lengan, muka dan perut, edema
generalisata.
DIAGNOSIS PEB

• PER yg disertai satu atau lebih dari gejala berikut :


a) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥ 110 mmHg pada dua keadaan dengan jangka
waktu paling sedikit 6 jam (dalam posisi bedrest)
b) Proteinuria lebih dari 5 gr/dl pada sampel urin tampung
24
jam atau ≥ 3+
c) Oliguria, produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam
d) Gangguan visus dan serebral berupa penurunan
kesadaran,
nyeri kepala, skotoma, pandangan kabur
e) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas
abdomen akibat regangan pada kapsula Glisson
f) Edema paru atau sianosis
g) Hemolisis mikroangiopatik
h. Gangguan fungsi hepar ditandai adanya peningkatan serum
transaminase
i) Kenaikan kadar kreatinin plasma
j) Trombositopenia (< 100.000 sel/mm3 atau penurunan
trombosit dg cepat
k) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
l) Adanya sindroma HELLP (Hemolysis; Elevated liver
enzymes; Low platelet)
Penatalaksanaan PER
• Tirah baring
• Monitoring tekanan darah
• Pemberian obat antihipertensi
• Memeriksa kadar proteinuria rutin setiap hari
• Dua kali seminggu dilakukan pengukuran denyut jantung janin
• Antepartum dan pengukuran kadar protein urin dalam 24 jam
• Pasien diperingatkan untuk mengenali tanda bahaya, seperti
nyeri kepala, nyeri epigastrium, atau gangguan visual
• Apabila terjadi peningkatan tekanan darah atau proteinuria
periksa ke dokter dan pertimbangangkan rawat inap
Penatalaksanaan PEB
a) Segera masuk rumah sakit
b) Tirah baring
c) Infus larutan Ringer Laktat 60-125 cc/jam
d) Pemberian obat anti kejang: MgSO4
- Dosis awal: 4 g MgSO 4 dilarutkan dalam cairan saline intravena
selama 10-15 menit
- Dosis perawatan: 1-2 g/ jam iv, evaluasi tiap 4-6 jam
Syarat pemberian MgSO4:
- Reflek patela positif
- Tidak ada depresi pernafasan (frekuensi pernafasan >
16 kali/ menit)
- Produksi urin . 100 ml/ 4 jam
- Tersedia kalsium glukonas
e) Diuretikum tidak diberikan kecuali jika ada ;
- Edema paru
- Gagal jantung kongestif
- Edema anasarka
f) Antihipertensi diberikan bila :
- Tekanan sistolik ≥ 180 mmHg atau tekanan diastolik ≥
110 mmHg
g) Kardiotonika
• Indikasi pemberian kardiotonika ialah bila ada tanda-tanda gagal jantung
dan dilakukan perawatan bersama bagian penyakit jantung
h) Diet
Nutrisi yang disarankan antara lain cukup protein, rendah
karbohidrat,
Komplikasi
Ibu Janin

• a) Kelahiran premature
• a) Solutio plasenta • b) Berat lahir rendah
• b) Koagulopati • c) Diabetes melitus
• c) Ablatio retina • d) Penyakit kardiovaskuler
• d) Gagal ginjal akut • e) Hipertensi
• e) Edema paru • f) Kegagalan respirasi
• f) Perdarahan postpartum dengan • g) Respiratory distress syndrome
transfusi (RDS)
• g) Kerusakan hati • h) Transient tachypnea of the
• h) Hematoma newborn (TTN)
• i) Penyakit kardiovaskuler • i) Persistent pulmonary
• j) Defek neurologi hypertension (PPHN)

Anda mungkin juga menyukai