Anda di halaman 1dari 32

TONSILITIS KRONIK

Oleh : Vina Rahmatika ( 20204881029 )


Pembimbing: Prof. Dr. H.M.S. Wiyadi, dr., Sp. THT-KL(K), FICS
Identitas Pasien

Nama: Nn. A
Jenis Kelamin: perempuan
Usia: 13 tahun
Pekerjaan: pelajar
Tanggal periksa: 29 september 2021
SOAP (29 SEPTEMBER 2021)
Subject:
KU: sesak
pasien datang dengan keluhan sesak dan sakit saat menelan, keluhan
dirasakan sudah sejak 3 bulan. Awal gejala disertai dengan adanya demam,
suara serak, flu dan batuk. Namun sudah membaik. Pasien juga sempat
mengeluhkan telinga berdenging. Pasien merasakan seperti ada yang
mengganjal ditenggorokannya, pasien masih bisa menelan nasi namun terasa
sakit saat menelannya. Selain itu orang tua pasien juga mengatakan bahwa
Ketika tidur pasien mengorok oleh. Keluhan dirasakan terus menerus.
RPD: pasien sudah mengalami sakit amandel sejak kelas 2 sd (6 tahun) dan
makin sering kambuh 2 tahun terahir. sudah sering diobati, namun masih
sering kambuh, sempat ada rencana untuk operasi namun ditunda karena
O: GCS: 456 SpO2: 99% T: 36,8 TD:
120/80mmHg RR: 20X/menit
Status Lokalis: tampak adanya pembesaran tonsil bilateral
(T3 T3), disertai adanya kripta yang melebar, dan post
nasal drip +

A: Tonsilitis Kronik dd hipertrofi adenoid

P: planning diagnostic: Lab DL, dan swab tonsil


planning terapi: antibiotic cefadroxil 500 mg 2x1 + MRS
hari juma’at untuk pro tonsilektomi hari sabtu (2 oktober
2021)
Keywords help you retain
important things

Keyword 2
Tinjauan Pustaka
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin weldeyer.

Definisi

( Iskandar et al., 2017)


EPIDEMIOLOGI

epidemiologi penyakit
THT di tujuh provinsi
Indonesia, prevalensi
tonsilitis kronik 3,8 %
tertinggi setelah
nasofaringitis akut 4,6 %
WHO memperkirakan 287.000
anak dibawah 15 tahun
mengalami tonsilektomi dengan
atau tanpa adenoidektomi,
248.000 (86,4 %) mengalami
tonsiloadenoidektomi dan
39.000 (13,6 %) lainnya
menjalani tonsilektomi.
EPIDEMIOLOGI

Sering terjadi
pada anak
<2tahun

Usia > 40 Streptococcu


tahun jarang s  5-15
terjadu tahun
ETIOLOGY
Streptokokus
Streptokokus
beta hemolitikus Pneumokokus
viridian
grup A

Streptokokus Hemophilus
Stafilokokus
piogenes influenza

Bakteri gram
negative
jarang
Tonsilitis Viral

Klasifikasi Tonsilitis Akut

Tonsilitis Bakterial

Tonsilitis difteri
Tonsilitis
Membranosa
Tonsilitis Septik

TONSILITIS
Angina Plaut Vincent
Tonsilitis kronis
Penyakit kelainan
darah

Hipertrofi adenoid
TONSILITIS AKUT

Penyebab tersering virus Epstein Barr Kebanyakan terjadi pada usia


dan Haemophilus influenzae serta prasekolah
virus Coxschakie

TONSILITIS VIRAL

Gejala lebih menyerupai common


cold disertai nyeri tenggorok. Terapi : Istirahat, minum cukup,
Temuan: luka-luka kecil pada analgetik, antivirus jika gejala berat
palatum dan tonsil yang sangat nyeri
Tonsilitis akut

Kuman grup A streptokokus β Infiltrate pada lapisan epitel


hemolitikus (strept throat, akan menimbulkan reaksi
pneumokokus, streptokokus radang berupa keluarnya sel
viridian, dan streptokokus polimorfonuklear sehingga
piogenes terbentuk detritus

TONSILITIS
BAKTERIAL

Masa inkubasi 2 – 4 hari Terapi:


Nyeri di tenggorok, disfagia, febris dengan
suhu inggi, malaise, dan otalgia Antibiotik spektrum luas  Penisilin,
Temuan: tonsil membengkak, hiperemis
Eritromisin
dan terdapat detritus berbentuk folikel, Antipiretik dan obat kumur yang
lacuna atau pseudomembran, pembesaran mengandung desinfektan
KGB submandibular dan nyeri tekan
Tonsilitis membranosa

Kuman Coryne Sering ditemui pada


bacterium difteri, gram anak-anak kurang dari
positif 10 tahun
TONSILITIS
DIFTERI
KHAS bercak putih kotor yang Terapi:
makin lama makin meluas Antidifteri serum (ADS) segera
membentuk membrane semu tanpa menunggu kultur  20.000 –
meluas sampai palatum mole, 100.000 U
uvula, nasofaring, laring, trakea, Antibiotic penisilin atau eritromisin
bronkus dan akhirnya
menyumbat pernapasan Kortikosteroid 1,2 mg/kgBB per hari
Bedrest dan isolasi.
Tonsilitis membranosa

2. TONSILITIS SEPTIK

• Etio : Streptococcus
hemolitikus yang terdapat
dalam susu sapi  perlu
adanya pasteurisasi
Tonsilitis membranosa

Bakteri spirochaeta atau Gejala: demam sampai


triponema pada penderita 39, nyeri kepala, lemah
hygiene mulut yang dan kadang terdapat
kurang dan defisiensi gangguan pencernaan
vitamin c ANGINA
PLAUT
VINCENT
Pemeriksaan: mukosa mulut
dan faring hiperemis, tampak Terapi: Antibiotic
membrane putih keabuan spectrum luas 1 minggu,
diatas tonsil, uvula, dinding
faring, gusi serta prosesus Hygiene mulut, Vitamin C
alveolaris, mulut berbau dan vitamin B kompleks.
pembesaran kgb submandibula
TONSILITIS KRONIS

• peradangan kronis tonsil


setelah serangan akut yang
terjadi berulang-ulang
Etiologi Faktor Predisposisi

• Streptokokus β hemolitikus • Rangsangan kronik (rokok,


grup A makanan)
• Higiene mulut yang buruk
A Picture Always
• Pneumokokus
• Pengaruh cuaca (udara
• Streptokokus viridian
• Reinforces the Concept dingin, lembab, suhu yang
Streptokokus piogenes berubah-ubah)
• Staphilokokus • Alergi (iritasi kronik dari
• Hemofilus influenza alergen)
• Keadaan umum (kurang gizi,
kelelahan fisik)
• Pengobatan tonsilitis akut
yang tidak adekuat
MANIFESTASI KLINIS

Rasa nyeri yang terus perasaan mengganjal di


menerus pada tenggorok terutama
tenggorokan (odinofafi) ketika pasien menelan
Keywords
Saat pemeriksaan
ditemukan tonsil
Tenggorok terasa kering membesar dengan
dan napas berbau permukaan tidak rata,
kriptus melebar dan
terisi detritus

Rahajoe et al., 2016)


Patofisiology dan patogenesis
DIAGNOSIS

ANAMNESA

Topic 1
Mercury is the closest planet
to the Sun and the smallest
one in the Solar System—
it’s only a bit larger than the
Moon

PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
PENUNJANG FISIK
Anamnesis
Keluhan Tonsillitis Berulang Gejala Konstitusi

Nyeri Tenggorokan Berulang Atau


Demam
Menetap

Rasa Ada Yang Mengganjal Pada Anak  Pembesaran


Ditenggorok Kelenjar Limfa Submandibular

Ada Rasa Kering Di Tenggorok

Napas Berbau

Iritasi Pada Tenggorokan

Obstruksi Pada Saluran Cerna Dan


Saluran Napas Adenoid Hipertofi
Pemeriksaan fisik

• Tonsil dapat membesar (hipertrofi) bervariasi terutama pada anak atau


dapat juga mengecil (atrofi) terutama pada dewasa
• Pilar anterior hiperemis
• Dapat terlihat butiran pus kekuningan pada permukaan medial tonsil
• Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat keluar pus atau
material menyerupai keju
• Warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding dengan mukosa
faring, tanda ini merupakan tanda penting untuk menegakkan diagnosa
infeksi kronis pada tonsil
• Kripte melebar detritus (+) bila tonsil ditekan dan pembesaran kelenjar
limfe angulus mandibula.
Pemeriksaan fisik
Garis median Garis paramedian

T1 T4
T3
T2
Pemeriksaan penunjang
 uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan apus tonsil

Swab permukaan tonsil


maupun jaringan inti tonsil

Biakan tonsil  streptokokus


beta hemolitikus
Diagnosa banding
1. Penyakit-penyakit dengan
pseudomembran yang menutupi
tonsil (tonsilitis pseudomembran)

2. Penyakit kronik 3. Tumor


faring tonsil
granulomatosa
Tatalaksana
Medikamentosa

Pembersihan
Hygiene mulut Analgetik Pemberian antibiotik kripta tonsil 
 berkumur irigasi gigi atau
atau obat isap Kombinasi oral.
cephaleksin +
metronidazole,
klindamisin
Amoksisilin
klavulanat
Tatalaksana

Operatif Tonsilektomi
Indikasi Tonsilektomi
 The American of Otolaryngology-head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium 1995

• Serangan tonsillitis > 3x /tahun


• Tonsil hipertrofi dengan maloklusi gigi  gangguan pertumbuhan orofacial
• Sumbatan jalan napas  hipertrofi tonsil + sleepapneu, gangguan menelan,
gangguan berbicara dan cor pulmonale.
• Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak
berhasil hilang dengam pengobatan
• Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan
• Tonsillitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Streptokokus beta
hemolitikus
• Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
• Otitis media efusa/otitis media supuratif
Komplikasi
• Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke
daerah sekitarnya berupa rinitis kronik, sinusitis, atau ototis
media perkontinuitatum.
• Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen
dan dapat timbul endokarditis, artritis, miositis, nefritis,
uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan
furunkulosis.
• Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang
atau kronik, gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma
(Soepardi, A.E., 2017)
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai