Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI AR-RAHN DAN

ZAKAT
KELOMPOK 10
FIRDAWATI DEWI 16401082
KURNIAWAN 16401032
ARI AKBAR TAUFIK 16401255
ANDI ASMUHAEMAL FEBRIAN 16401216
PENGERTIAN GADAI (AR-RAHN)
 Gadai dalam bahasa arab disebut dengan rahn. Secara etimologi berati
tetap, kekal, dan jaminan. Gadai istilah hukum positif di indonesia adalah
apa yang disebut barang jaminan, agunan, rungguhan, cagar atau cagaran,
dan tanggungan. Gadai merupakan perjanjian penyerahan barang untuk
menjadi agunan dari fasilitas pembiayaan yang diberikan. Dalam
terminologinya gadai mempunyai banyak pengertian dan pemaknaan.
 Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam atas pinjaman
yang diterimanya. Barang yang di tahan tersebut memiliki nilai ekonomis.
Dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana
dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai.
 Gadai adalah jaminan atas barang yang dapat di jual sebagai jaminan
hutang, dan kelak nantinya dapat di jual untuk membayar hutang, jika
yang hutang tidak mampu membayar hutangnya karena kesulitan.
ISTILAH – ISTILAH YANG DI GUNAKAN DALAM
PERJANJIAN GADAI MENURUT HUKUM ISLAM

 Pemilik barang (yang berhutang) atau


penggadai diistilahkan dengan rahn.
 Orang yang memberi utang atau penerima
gadai, diistilahkan dengan murtahin.
 Obyek atau barang yang di gadaikan,
diistilahkan dengan marhun.
RUKUN DAN SYARAT GADAI
1. RUKUN GADAI
 Aqid (orang yang melakukan akad)
 Ma’qud ‘alaih (yang diakadkan),
 Sighat (akad gadai)

2. SYARAT- SYARAT GADAI


 Rahin dan murtahin
 singhat
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN AR-
RAHN DALAM ISLAM
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan ar-rahn antara lain:
 Kedudukan Barang Gadai.

 Pemanfaatan Barang Gadai.

 Resiko Atas Kerusakan Barang Gadai

 Pemeliharaan Barang Gadai

 Kategori Barang Gadai

 Pembayaran atau Pelunasan Utang Gadai.

 Prosedur Pelelangan Gadai


MANFAAT AR-RAHN
Manfaat yang dapat di ambil oleh bank dari prinsip ar-rahn
adalah:
 menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain-
main dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan.
 memberikan keamanan bagi segenap penabung dan
pemegang deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu
saja jika nasabah peminjam ingkar janji karena ada suatu
asset atau barang (marhun) yang dipegang oleh bank.
 jika rahn diterapkan dalam mekanisme pegadaian, maka
sudah barang tentu akan sangat membantu saudara kita yang
kesulitan dana terutama di daerah-daerah.
RESIKO AR-RAHN
Adapun resiko yang mungkin terdapat
pada rahn apabila diterapkan sebagai
produk adalah:
 Resiko tak terbayarnya hutang nasabah
(wanprestasi)
 Resiko penurunan nilai aset yang ditahan
atau rusak.
GADAI EMAS SYARI’AH
Gadai Emas di perbankan syariah merupakan produk pembiayaan
atas dasar jaminan berupa emas dalam bentuk lantakan ataupun
perhiasan sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai
dengan cepat, aman dan mudah. Cepat dari pihak nasabah dalam
mendapatkan dana pinjaman tanpa prosedur yang panjang di
bandingkan dengan produk pembiayaan lainnya. Aman dari pihak
bank, karena bank memiliki barang jaminan yaitu emas yang
bernila dan relatif stabil bahkan nilainya cenderung bertambah.
Mudah berarti pihak nasabah dapat kembali memiliki emas yang
digadaikannya dengan mengembalikan sejumlah uang pinjaman
dari bank, sedangkan mudah dari pihak bank yaitu ketika nasabah
tidak mampu mengembalikan pinjamannya (utang) maka bank
dengan mudah dapat menjualnya dengan harga yang bersaing
karena nilai emas yang stabil bahkan bertambah.
PERLAKUAN AKUNTANSI IJARAH
PEGADAIAN SYARI’AH
Perlakuan teknis yang berbeda tersebut dilakukan
dalam pencatatan yang berbeda. Pembiayaan gadai
syariah membutuhkan kerangka akuntansi yang
menyeluruh yang dapat menghasilkan pengukuran
akuntansi yang tepat dan sesuai sehingga dapat
mengkomunikasikan informasi akuntansi secara tepat
waktu dengan kualitas yang dapat diandalkan.
Kebutuhan dalam menetapkan metode pengukuran
akuntansi, terutama pembiayaan gadai syariah harus
disesuaikan dengan peraturan perbankan dan ketentuan-
ketentuan syariah yang telah diatur. Ketentuan terkait
dengan aturan perlakuan akuntansi pada akad ijarah
diatur dalam PSAK 107 tentang akuntansi ijarah.
AKUNTANSI ZAKAT
Zakat merupakan kewajiban yang dikenakan atas harta yang telah memenuhi
persyaratan tertentu untuk diserahkan kepada penerima-penerima tertentu
melalui petugas tertentu. Zakat merupakan Rukun Islam yang ketiga wajib
bagi setiap muslim seperti tercantum dalam surat At-Taubah: 103.
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Subhanahuwa Ta’ala Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-
Taubah: 103)
Zakat dan shalat dijadikan sebagai perlambang keseluruhan ajaran islam.

Pelaksanaan shalat melambang hubungan seseorang dengan Tuhan, sedangkan


pelaksanaan zakat melambangkan hubungan antar sesama manusia.
Dalam pernyataan PSAK No.109 zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan

oleh muzzaki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya (mustahiq). Menurut Undang-undang Nomor 23 tahun
2011, bahwa zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk
meningkatkan keadilan kesejahteraan masyarakat.
MACAM-MACAM ZAKAT

 Zakat Nafs (jiwa)


 Zakat Maal (harta)
PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT
Pengelolaan zakat, infaq/shadaqah dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat
dengan cara menerima atau mengambil dari muzzaki atas dasar
pemberitahuan muzzaki. Pengelolaan zakat, infaq/shadaqah mempunyai
prinsip sebagai berikut:
 Prinsip Syariah bermakna bahwa pengelolaan zakat, infaq/shadaqah
didasarkan kepada syariah dan moral Agama Islam.
 Prinsip Kesadaran Umum bermakna bahwa pengumpulan zakat,
infaq/shadaqah diharapkan mempunyai dampak positif menumbuhkan
kembangkan kesadaran bagi pengelola muzzaki dan mustahiq untuk
melaksanakan kewajibannya.
 Prinsip Manfaat bermakna bahwa pengelolaan zakat, infaq/shadaqah
diharapkan memberikan manfaat terhadap kemaslahatan umat.
 Prinsip integrasi bermakna pengelolaan zalat, infaq/shadaqah terintegrasi
antar berbagai institusi pemerintah, swasta dan masyarakat.
 Prinsip Produktif bermakna bahwa pendayahgunaan zakat, infaq/shadaqah
senantiasa diarahkan secara produktif dan selektif.
GOLONGAN PENERIMA ZAKAT
Berdasarkan ayat tersebut, terdapat 8 golongan (Asnaf) yang berhak menerima zakat,
yaitu:
 Fakir, ketidakmampuan secara materi untuk memenuhi kebutuhannya, dimana tidak
mempunyai harta dan tenaga untuk memeuhi hidupnya.
 . Miskin, ketidakmampuan secara materi untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi

mempunyai sedikit harta untuk memenuhi hidupnya dan dalam keadaan kekurangan.
 Amil, pengurus zakat yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.

 Mu’allaf, orang kafir yang baru memeluk Agama Islam atas kemauannya sendiri dan

untuk benar-benar mempelajari Islam.


 Riqab, memerdekaan budak untuk memenuhi kewajiban pembayaran sejumlah uang

untuk membayar tembusan atas dirinya tersebut.


 Gharim, orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya bukan untuk maksiat tetapi
asset yang dimilikinya tidak mencukupi untuk membayar hutangnya.
 Fisabilillah, perjalanan spiritual atau keduniaan yang diupayakan untuk mencapai ridha
Allah, baik dalam hal yang berbau akidah maupun perbuatan mengandung kejayaan
Islam.
 Ibnu Sabil, orang yang melakukan perjalanan bukan maksiat yang mengalami
kesengsaraan dalam perjalanannya (musafir).
PERLAKUAN AKUNTANSI ZAKAT
MENURUT PSAK NO.109
 Perlakuan awal zakat
 Pengukuran setelah pengakuan awal

 Penyaluran zakat

 Dana nonhalal
KESIMPULAN
 Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam atas
pinjaman yang diterimanya. Barang yang di tahan tersebut memiliki
nilai ekonomis. Dengan demikian pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa
rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai. sedangkan
  Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu serta
serta menjadikan unsur dari rukun islam. Zakat merupakan pilar
utama dalam islam khususnya dalam perannya pada aspek sosial
ekonomi yang sangat besar. Secara eksplisit dalam Al-Qur’an
disebutkan bahwa ada banyak ayat yang menerangkan tentang
urgensi zakat. Dan jika dicermati lebih lanjut, perintah untuk
berzakat selalu diiringi dengan perintah mendirikan sholat. Oleh
karena itu para ulama berpendapat bahwa tidak ada sholat jika tidak
ada zakat.

Anda mungkin juga menyukai