Anda di halaman 1dari 47

OLEH KELOMPOK KECIL 1:

 ALEXANDER RAJA NIM S21001


 ASRIL BASIR NIM S21005
 FRISILIA E.CLARISA NIM S21012
KONSEP
KEBUTUHAN
AKTIVITAS
Definisi
 Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
 Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi) adalah kemampuan seseorang untuk
berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk,
dan sebagianya disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas atas.
(Hincliff, 1999).
Sistem Tubuh Yang Berperan
dalam
Tulang
Kebutuhan Aktivitas :
Merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu:
 fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai
otot,
 fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor
yang bisa dilepaskan setip saat sesuai kebutuhan,
 fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah,
 fungsi pelindung organ-organ dalam.
Sistem Tubuh Yang Berperan
dalam Kebutuhan Aktivitas :
Otot & Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan
tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki
origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang
melalui tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan
penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.
Sistem Tubuh Yang Berperan
dalam Kebutuhan Aktivitas :
Ligamen
Merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligamen bersifat elastis sehingga membantu fleksibilitas
sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut merupakan
struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan
mengakibatkan ketidakstabilan
Sistem Tubuh Yang Berperan
dalam
Sistem Saraf
Kebutuhan Aktivitas :
Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan
sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki
somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik.
Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang
belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan
kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang
diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand
atau gangguan sensorik pada daerah radial tangan
Sistem Tubuh Yang Berperan
dalam
Sendi
Kebutuhan Aktivitas :
Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan
berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya
sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi
oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan
synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis
sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.
Aktivitas dan fungsinya pada
manusia
 Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu
untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya
Jenis-jenis Mobilisasi

 Mobilitas Penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk


bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan
interaksi social dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik
volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area
tubuh seseorang.
Jenis-jenis Mobilisasi

 Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang


untuk bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.
Hal ini dapat dijumpai pada kasus cidera atau patah tulang
dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat
mengalamai moblitas sebagian pada ekstremitas bawah
karena kehilangan control motorik dan sensorik.
Jenis-jenis Mobilisasi

 Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan


individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma
reversible pada sistem musculoskeletal, contohnya adanya
dislokasi sendi dan tulang.
Jenis-jenis Mobilisasi

 Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan


individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem
saraf yang reversible. Contohnya terjadinya hemiplegia
karena stroke, paraplegi karena cidera tulang belakang,
poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan
sensorik.
Faktor yang mempengaruhi
aktivitas
 Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas
seseorang karena berdampak pada kebiasaan atau perilaku
sehiari-hari.
 Proses Penyakit/Cidera. Hal dapat mempengaruhi mobilitas
karena dapat berpengaruh pada fungsi sistem tubuh. Seperti,
orang yang menderita fraktur femur akan mengalami
keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
 Budaya, sebagai contoh orang yang memiliki budaya sering
berjalan jauh memiliki kemampuan mobiltas yang kuat.
Begitu juga sebagliknya, ada orang yang mengalami
gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya yang
dilarang untuk beraktivitas.
 Tingkat Energi untuk melakukan mobilitas diperlukan
energy yang cukup.
 Usia dan Status Perkembangan. Terdapat kemampuan
mobilitas pada tingkat usia yang berbeda.
Imobilisasi

 Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana


seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi
yang mengganggu pergerakan (aktivitas), misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat
disertai fraktur pada ekstremitas, dan sebagainya.
Jenis Imobilisasi

 Imobiltas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak


secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan
komplikasi pergerakan, seperti pada pasien hemiplegia yang
tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis
sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk
mengubah tekanan.
Jenis Imobilisasi

 Imobilitas intelektual, merupakan keadaan dimana


mengalami keterbatasan berpikir, seperti pada pasien yang
mengalami gangguan otak akibat suatu penyakit.
Jenis Imobilisasi

 Imobilitas emosional, yakni keadaan ketika mengalami


pembatasan secara emosional karena adanya perubahan
secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Seperti keadaan
stress berat karena diamputasi ketika mengalami kehilangan
bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling
dicintai.
Jenis Imobilisasi

 Imobilitas sosial, yakni keadaan seseorang yang mengalami


hambatan dalam berinteraksi karena keadaan penyakitnya
sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan
sosial.
Dampak Imobilisasi
 perubahan pada metabolisme tubuh,
 ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
 gangguan dalam kebutuhan nutrisi,
 gangguan fugsi gastrointestinal, perubahan sistem pernafasan,
 perubahan kardiovaskuler,
 perubahan sistem musculoskeletal,
 perubahan kulit,
 perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil),
 perubahan perilaku.
Bentuk gangguan aktivitas

 Gangguan mobilitas fisik


Berarti bahwa pasien dapat bergerak dengan bebas, tapi tidak
dapat beradaptasi terhadap peningkatan kebutuhan energy
karena pergerakannya. Gangguan mobilitas fisik, pasien
dapat bergerak dengan bebas apabila tidak ada gangguan/
batasan pada pergerakannya.
Bentuk gangguan aktivitas

 Deficit perawatan diri


Pasien tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi tidak
mampu bergerak banyak karena tubuhnya tidak mampu
memproduksi energy yang cukup. Tergantung pada orang
lain untuk melakukan aktivitasnya. Pasien mungkin
membunyai diagnosa deficit perawatan diri karena
intoleransi aktivitasnya.
Bentuk gangguan aktivitas

 Koping individu tidak efektif


Pasien mau dan dapat berpartisipasi salam perawatan, tapi tidak
mampu bergerak banyak karena tubuhnya tidak mampu
memproduksi energy yang cukup.    pasien tidak dapat
berpartisipasi dalam perawatan atau perannya karena
mereka merasa kurang motivasi untuk melakukan suatu
pekerjaan.
Bentuk gangguan aktivitas

 Kelelahan
Pasien pada awalnya tidak merasa lelah, akan tetapi setelah
melakukan aktivitas pasien langsung merasa lelah, pasien
merasa lemas dan lelah karena penyakitnya.
Pengkajian kemampuan
aktivitas pasien:
 Anamnesis riwayat kesehatan
 Pemeriksaan fisik (termasuk pengukuran kemampuan
ROM, kekuatan otot)
Riwayat Keperawatan Sekarang

 Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alas an pasien


yang menyebabkan terjadi keluhan/gangguan dalam
mobilitas dan imobilitas, seperti adanya nyeri, kelemahan
otot, kelelahan, tingkat mobilitas dan imobilitas, daerah
terganggunya mobilitas dan imobilitas, dan lama terjadinya
gangguan mobilitas.
Riwayat Keperawatan Penyakit
yang pernah Diderita

 Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan


pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat
penyakit sistem neurologis
Kemampuan fungsi motorik

 Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan


dan kiri, kaki kanan dan kiri dan untuk menlai ada atau
tidaknya kelemahan, kekuatan atau spatis.
Kemampuan Mobilitas

 Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan tujuan


untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk,
berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
Kategori tingkat kemampuan
aktivitas
Tingkat Aktivitas/Mobilitas Kategori

Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh

Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat

Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain

Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan


Tingkat 3
peralatan.

Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau


Tingkat 4
berpartisipasi dalam perawatan.
Kemampuan Rentang Gerak

 Pengkajian Rentang gerak (Range Of Motion-ROM)


dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan, panggul
dan kaki
Derajat
Gerak Sendi Rentang
Normal
Bahu
Adduksi: Gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala,   180
telapak tangan menghadap ke posisi yang paling jauh.
 
Siku  
Fleksi: Angkat lengan bawah ke arah depan dan ke arah atas menuju  
bahu. 150
 
80-90
Pergelangan Tangan
 
Fleksi: Tekuk jari-jari tangan ke arah bagian dalam lengan bawah.
 
Ekstensi: Luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi. 80-90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke arah belakang sejauh mungkin 70-90
Abduksi: Tekuk pergelangan tangan ke sisi ibu jari ketika tangan  
menghadap ke atas.
0-20
Adduksi: Tekuk Pergelangan tangan kearah kelingking, telapak tangan
 
menghadap ke atas.
30-50
Derajat
Gerak Sendi Rentang
Normal
 
Tangan dan Jari
 
Fleksi: Buat Kepalan Tangan
 
Ekstensi: Luruskan Jari
90
Hiperekstensi: Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh
90
mungkin
30
Abduksi: Kembangkan jari tangan
20
Adduksi: Rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi.
20
Perubahan Intoleransi Aktivitas

 Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan


perubahan pada system pernapasan, antara lain: suara napas,
analisis gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mucus,
batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi
Pengkajian Kekuatan Otot

 Pemeriksaan kekuatan otot digunakan untuk menilai


difungsi dari kekuatan otot pasien.
 Derarajat kekuatan otot dinyatakan dalam skala pengukuran
menggunakan angka, dimulai dari angka nol hingga lima.
Semakin kecil angka maka semakin lemah kekuatan otot ,
sebaliknya semakin besar angka maka semakin besar
kekuatan otot.
Diagnosis keperawatan

 Gangguan mobilitas fisik akibat trauma tulang belakang,


fraktur, dan lain-lain.
 Gangguan penurunan curah jantung akibat imobilitas
 Risiko cedera (jatuh) akibat orthostatic pneumonia
 Intoleransi aktivitas akibat menurunnya tonus dan kekuatan
otot
 Sindrom perawatan diri akibat menurunnya fleksibilitas otot
 Tidak efektifnya pola napas akibat menurunnya ekspansi
paru
 Gangguan pertukaran gas akibat menurunnya gerakan
respirasi
 Gangguan eliminasi akibat imobilitas
 Retensi urin akibat gangguan mobilitas fisik
 Inkontinensia urin akibat gangguan mobilitas fisik
 Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan) akibat menurunnya nafsu makan
(anoreksia) akibat sekresi lambung menurun, penurunan peristaltik usus.
 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kurangnya asupan (intake)
 Gangguan Interaksi sosial akibat imobilitas
 Gangguan konsep diri akibat imobilitas
Rencana Keperawatan
Pada Gangguan Aktivitas
Tujuan:
Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot dan fleksibilitas
tinggi
Meningkatkan fungsi kardiovaskuler
Meningkatkan fungsi respirasi
Meningkatkan fungsi gastrointestinal
Meningkatkan fungsi system perkemihan
Memperbaiki gangguan psikologis
Pengaturan posisi tubuh sesuai
kebutuhan pasien
 Posisi sim
Adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisi ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan
obat per anus (supositoria).
 Posisi fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepalatempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini
dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
 Posisi Litotomy
Adalah posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua
kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini
dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses
persalinan, dan memasang alat kontrasepsi
 Posisi Trendelenburg
Adalah posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini
dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
 Posisi Dorsal Recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut
ficksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur.
Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia
setelah proses persalinan.
 Posisi Genu Pectoral
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk
dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini
dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Tindakan keperawatan pada
gangguan aktivitas:
 Menerima pasien baru
 Mentransportasi pasien
 Memposisikan pasien: fowler, semi fowler, lithotomy, dorsal
recumbent, slims, tredelenberg, supine, prone, miring kanan kiri
 Melatih berjalan
 Melatih menggunakan alat bantu berjalan: kruk, tripot, kursi roda
 Memandikan pasien diatas tempat tidur
 Merawat gigi dan mulut, menyikat gigi, merawat mulut pasien tidak
sadar
 Mengganti pakaian pasien diatas tempat tidur
 Mencuci rambut
 Menyisir rambut

Anda mungkin juga menyukai