Anda di halaman 1dari 42

EPILEPSI

Oleh :
Dr.Ny.Maria Th.Kapojos-Jasi,SpS(K)

DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT MANADO
2011
PENDAHULUAN
 Epilepsi merupakan penyakit neurologik
kronis yang sering dijumpai.Kebanyakan
terjadi pada masa anak.Pada 70%
penderita Epilepsi kejadian awal terjadi
pada usia 2 dekade pertama kehidupan.
 Dapat mengenai siapapun,pria maupun
wanita dan semua lapisan masyarakat
atau bangsa.
DEFINISI
 EPILEPSI :Suatu keadaan ditandai oleh
bangkitan (seizure) berulang sebagai
akibat adanya gangguan fungsi otak
secara intermiten yang disebabkan oleh
lepas muatan listrik abnormal dan
berlebihan di neuron-neuron secara
paroksismal, didasari oleh berbagai faktor
etiologi
BANGKITAN EPILEPSI
 Bangkitan epilepsi (epileptic
seizure)adalah manifestasi klinik dari
bangkitan serupa(stereotipik),berlangsung
secara mendadak dan sementara dengan
atau tanpa perubahan
kesadaran<disebabkan oleh hiperaktifitas
listrik sekelompok sel saraf diotak,tdak
disebabkan oleh sesuatu penyakit otak
akut (unprovoked).
SINDROM EPILEPSI
 Sindrom epilepsi adalah sekempulan
gejala dan tanda klinik epilepsi yang
terjadi secara bersama _sama yang
berhubungan dengan etiologi,umur awitan
(onset),jenis bangkitan<faktor pencetus
dan respon terhadap pengobatan.
 Menggambarkan suatu bentuk epilepsi
yang unik.
KLASIFIKASI EPILEPSI

ILAE pada tahun 1981


membuat suatu
klasifikasi dari
bangkitan epilepsi atas
dasar bangkitan klinis.
Epidemiologi:
Insidensi negara berkembang kurang
lebih 100-190/100 000 penduduk rata-
rata prevalensi 8,2/1000
penduduk.prevalensi anak-anak,lanjut
usia tertinggi.menurun dewasa
muda/pertengahan pria>wanita>50%
penyandang epilepsi serangan 1x
sebagian usia 16 tahun.
Etiologi
-idiopatik 77%
-Kriptogenik: simtomatik, causa??
-simtomatik:
4% trauma kepala
3% infeksi SSP
4% congenital
4% lesi desak ruang
5% - gangguan peredaran darah otak
- toksit (alc-/obat2)
2% - metabolik
- degeneratif
1%-birth asphyxia
KLASIFIKASI ILAE 1981

1. Bangkitan Parsial
1.1 Bangkitan parsial sederhana
1.1.1 Motorik
1.1.2 Sensorik
1.1.3 Otonom
1.1.4 Psikis
1.2 Bangkitan Parsial kompleks
1.2.1 Bangkitan parsial sederhana yg
diikuti dengan gangguan
kesadaran
1.2.2 Bangkitan parsial yg disertai
gangguan kesadaran saat awal
bangkitan
1.3 Bangkitan Parsial yang menjadi umum
tonik klonik
1.3.1 Parsial sederhana yang menjadi umum
tonik klonik
1.3.2 Parsial kompleks menjadi umum
tonik klonik
1.3.3 Parsial sederhana menjadi parsial
kompleks kemudian menjadi umum
tonik klonik
2. Bangkitan Umum
2.1. Lena (absence)
2.2. Mioklonik
2.3. Klonik
2.4. Tonik
2.5. Tonik-klonik
2.6. Atonik
3. Tak tergolongkan

Klasifikasi ILAE 1989 untuk Sindrome Epilepsi


 Jenis bangkitan tergantung :
- Letak, fungsi dari fokus
- Penyebaran

3 kemungkinan aktifitas listrik :


1. Terlokaliser
2. Menjalar terbatas
3. Menjalar melibatkan seluruh otak
BANGKITAN PARSIAL
 Terjadi pada bagian tertentu dari suatu hemisfer
otak.
 Pada bangkitan parsial sederhana tidak
ditemukan gangguan kesadaran
 Pada bangkitan parsial kompleks ditemukan
gangguan sampai hilangnya kesadaran
 Apabila bangkitan menjalar dan mengenai kedua
hemisfer, maka didapatkan suatu bangkitan
parsial disertai bangkitan umum sekunder
Gejala Bangkitan Parsial Sederhana
Tergantung Daerah Tertentu Yang Terkena

 Somatosensorik area: Parestesia atau rasa


baal
 Sensory motor area:jacksonian march
 Occipital area:ggn visual dan halusinasi
visual
 Temporal area:Halusinasi dengar,jamais
vue, deja vue.
Gejala Bangkitan Parsial Kompleks

 Bangkitan berasal dari bagian mesial atau


interior lobus temporal atau frontal,
contoh:jalan putar2 kota, menyeberang
jalan tanpa menyadarinya.
 Pasien sering terdiam beberapa detik atau
diikuti otomatisme.
 Apabila ditanya menjawab tidak jelas dan
tanpa arti.
 Bangkitan berlangsung beberapa detik,
paling lama 2-3 menit
 Awal serangan sering ditemukan
gangguan kesadaran, biasanya pasien
tidak pernah sampai terjatuh.
 Akhir serangan ada post ictal depresi atau
rasa bingung untuk beberapa menit.
 Ditemukan amnesia untuk kejadian
bangkitan
Bangkitan Umum
 Sering ditemukan gangguan motorik bilateral.
Pada suatu bangkitan lena os akan terdiam tiba2
atau pada bangkitan umum lain ditemukan suatu
aktivitas bangkitan tonik, klonik atau tonik klonik
dan mioklonik.
 Pasien pada umumnya sampai
terjatuh.Penurunan kesadaran terjadi sejak awal
bangkitan.
Bangkitan Absence atau Lena
 Dulu dikenal sebagai Petit Mal
 Tanpa aura, pasien tiba2 diam untuk beberapa
detik, mata berkedip dan pasien tidak menjawab
apabila ditanya.
 Kadang ditemukan automatisme yang ringan,
berupa kecapan bibir atau gerakan tangan.
 Kadang sulit dibedakan dengan suatu bangkitan
parsial kompleks
 Pada bangkitan lena tidak ditemukan
“warning”atau”post ictal confusion”
 Onset sekitar usia 5-6 thn sampai
pubertas
 EEG-nya khas : 3 cps SW kompleks
Bangkitan Mioklonik
 Ditemukan 1 atau beberapa kedutan (jerks) lebih
banyak bentuk fleksor
 Barang yang sedang dipegang terjatuh atau terlempar
 Kepala dan leher tiba2 jatuh kedepan
 EEG menunjukkan gambaran “Polyspikes bursts”
 Sindrom West atau spasme infantile mirip dengan
bangkitan mioklonik, akan tetapi bangkitan terjadi lebih
sering, kadang2 sampai ratusan kali/hari.
 EEG Sindrom West : gambaran hypsaritmia
Bangkitan Atonik, Astatik atau Drop Attacks

 Mirip dengan spasme infantile


 Terdapat pada anak usia lebih tua
 Pasien terlihat tiba2 terjatuh dan biasanya
cepat bangun kembali
 Bangkitan astatik dapat dijumpai pada
sindroma Lennox Gastaut atau sindroma
Doose
Bangkitan Umum Tonik Klonik Primer

 Dulu dikenal sebagai Grand Mal


 Didapatkan komponen klonik lebih banyak
dibanding tonik
 Sering diawali dengan “twitching” kelopak
mata yg merupakan fase klonik, diikuti
fase tonik berupa peregangan atau
stretching tangan dan kaki diikuti fase
klonik (kelojotan)
Bangkitan Tak Tergolongkan
 Disebabkan oleh karena tidak adanya
keterangan yg cukup jelas mengenai tipe
bangkitan yg pasti atau bentuk
bangkitannya sangat kompleks, sehingga
menyulitkan penempatannya dalam
klasifikasi bangkityan epilepsi
Diagnosis Banding
1.Pada neonatus dan bayi
 Jitterness
 Apneic Spell
2.Pada Anak
 Breath holding spells
 Sinkope
 Migren
 Bangkitan psikogenik / konversi
 Prolonged QT syndrome
 Night terror
 Tics
 Hypercyanotic attack (pada tetralogi fallot)
3.Pada dewasa
 Sinkope; Dapat sebagai vasovagal attack,
sinkope kardiogenik, sinkope hipovolemik,
sinkop hipotensi dan sinkop saat miksi
(micturition syncope)
 Serangan iskemik sepintas (Transient Ischemic
Attack)
 Vertigo
 Transient global amnesia
 Narkolepsi
 Bangkitan panic, psikogenik (reaksi histerikal)
 Sindrom Meniere
 Tics
Tujuan Penatalaksanaan Epilepsi

 Mencapai kualitas hidup yang optimal


- Memberikan pengobatan dengan
manfaat yg optimal
 Efek samping minimal
 Tidak mengganggu fungsi kognitif dan perilaku
 Membebaskan penyandang epilepsi dari
bangkitan tanpa mengganggu aktifitas hariannya
- Mandiri dalam memenuhi kebutuhannya
- Dapat bersosialisasi setara dengan
kelompoknya
Aspek Sosial dan Berbagai Masalah
Terkait Epilepsi
 Persepsi masyarakat terhadap epilepsi
 Aspek psikososial pada epilepsi
- Epilepsi dan pengaruh lingkungan
keluarga.
- Epilepsi dengan pendidikan
- Epilepsi dengan pekerjaan
- Epilepsi dengan perkawinan dan kehamilan
- Epilepsi dengan olah raga
 Aspek hukum pada epilepsi
 Epilepsi dengan pola hidup
Diagnosis Epilepsi
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik umum & Neurologi
 Pemeriksaan laboratorium
 EEG
Anamnesis
 Cara terbaik utk mengetahui bentuk bangkitan
epilepsi adalah melihat sendiri bangkitan
epilepsinya.
 Seringkali klinisi tidak berkesempatan melihat
bentuk bangkitan, maka dilakukan anamnesa
dari pasien dan saksi mata
 Anamnesis yg jelas dari pasien atau saksi mata
mengenai bentuk bangkitan merupakan
informasi diagnostik terpenting
Anamnesis
 Gejala sebelum, selama dan paska bangkitan
 Bentuk bangkitan (parsial/umum)
 Lama bangkitan
 Waktu kejadian
 Frekuensi bangkitan
 Faktor presipitasi
 Etiologi
 Usia pada saat terjadinya bangkitan pertama
 Riwayat terapi epilepsi sebelumnya
Anamnesis
 Untuk mencari faktor pencetus :
- Demam
- Kurang tidur
- Kecemasan berlebih
- Siklus mentruasi
- Hiperventilasi
- Cahaya berkelip/televisi/video game
Anamnesis
 Untuk mencari etiologi :
- Riwayat penyakit epilepsi dlm keluarga
- Trauma kepala
- Riwayat pada masa dlm kandungan,
persalinan/kelahiran dan perkembangan
bayi / anak
- Riwayat kejang demam
- Riwayat infeksi (meningitis, encephalitis)
- Riwayat penggunaan alkohol / NAFSA
- Gejala / tanda keganasan
Pemeriksaan Fisik
 Umumnya pemeriksaan fisik normal
 Perlu dicari :
- Tanda / bekas trauma kepala
- Infeksi telinga / sinus
- Kelainan kongenital
- Kelainan neurologis fokal/umum
- Tanda intokiskasi alkohol/Nafsa
- Tanda keganasan
Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan Darah
- Glukosa
- Calsium
- Elektrolit
 EKG : untuk mencari aritmia
 Penapisan alkohol/Nafsa pada tersangka
 LP: pada kecurigaan infeksi SSP
 CT Scan / MRI kepala : untuk mencari kelainan
struktural
EEG
 Merupakn alat pemeriksaan terbaik utk
melihat fungsi otak selama terjadinya
kejang
 Penting dlm menegakkan diagnosis dan
klasifikasi epilepsi
 Penting utk mengetahui keunggulan dan
keterbatasan EEG
Keunggulan EEG
 Mungkin satu-satunya tes yg abnormal
pada epilepsi
 Menentukan lokasi
 Murah
 Tidak mempunyai efek radiasi
 Dapat diulang sesuai kebutuhan pasien
 Dapat dilakukan ditempat tidur pasien
(ambulatory)
Obat- Obat Anti Epilepsi
 Phenobarbital - Oxcarbazepime
 Carbamazepime - Levetirazepam
 Phenytoin - Topiramate
 Valproic acid - Gabapentin
 Clonazepam - Lamotrigin
 Clobazam - Vigabatrin
 Stesolid
 Diazepam
Pembedahan
 Indikasi a.l :
- Epilepsi refrakter
- Tak ada kontra indikasi
- Usia < 45 thn
- IQ > 70
Penghentian Obat Anti Epilepsi
 Minimal 2 thn
 Dosis diturunkan + 6 bln

Anda mungkin juga menyukai