Anda di halaman 1dari 20

KELOMPOK 2

 Dedi Agustia Saputra 193050004


 Muhamad Azka 193050006
 Bagas Setyaki Ambia 193050016
 Fachrul Hidayat Palinoan 193050029
ABSTRA
K
Limbah cair merupakan limbah yang paling berpotensi mencemari lingkungan. Sebagian besar limbah cair berasal dari cairan kental
yang terpisah dari gumpalan-gumpalan dalam proses pembuatan dan penyaringannya disebut whey. Sumber limbah cair lainnya dari
proses pembuatan tahu. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri manufaktur tahu sebanding dengan penggunaan air untuk
pengolahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu penahanan, persentase lumpur terhadap konsentrasi COD, pH,
TDS, NH3 dan H2S dari air limbah industri yang dilakukan pada media biofiltrasi akuarium penguji dengan zeolit. Variabel penelitian
operasi adalah 12 hari dengan 10% lumpur dan 14 hari dengan 20% lumpur. Hasil penelitian ini, bahwa waktu detensi berpengaruh
terhadap penurunan konsentrasi COD, TDS, NH3, H2S dan kenaikan pH. Penurunan yang lebih signifikan terjadi pada waktu tinggal 14
hari dengan pemberian lumpur sebesar 20% dengan total penurunan COD 45,5 mg/liter/hari, hasilnya sesuai baku mutu efluen PP No. 82
Tahun 2001 dengan ambang batas 50 ppm, dan TDS 59,8 mg/liter hari, dan untuk TDS 1000 ppm. Penanganan setelah tinggal di
akuarium adalah proses aerasi selama 2 hari 5 hari dengan daya aerator 2,5 liter/detik untuk menurunkan konsentrasi NH3 dan H2S. Dari
analisa yang telah dilakukan, konsentrasi H2S setelah aerasi menyelam 5 hari, 525 mg/lt. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan
penurunan baku mutu air limbah buangan H2S yang tidak memenuhi syarat. Sedangkan konsentrasi NH3 memenuhi syarat dialokasikan
untuk “air kelas III”. Konsentrasi NH3 setelah aerasi selama 5 hari adalah 0,2 ppm
PENDAHULUA
N
Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai (glysine spp) yang sangat akrab bagi
masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat Asia pada umumya. Sebagian besar produk tahu di Indonesia dihasilkan oleh industri
skala kecil yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Proses pembuatan tahu relatif sederhana, yaitu mengekstraksi secara fisika
protein nabati dalam bahan baku dengan cara digumpalkan dengan koagulan antara lain batu tahu, asam asetat (Santoso, 1993). Whey
tahu adalah limbah cair tahu yang diasamkan dengan cara penyimpanan didalam wadah terbuka selama 24 jam dan setiap tahapan
pembuatan tahu menggunakan air sebagai bahan pembantu. Jumlah air yang digunakan relatif banyak, untuk setiap 1 kilogramkedelai
dibutuhkan rata-rata 45 liter air dan akan menghasilkan limbah cair tahu sebanyak 45 liter yang mengandung bahan organik seperti
protein, karbohidrat, lemak dan minyak yang tinggi(Nurhasan, 1987) dan cepat terurai dalam air dan menjadi senyawa yang dapat
mencemari lingkungan (Tay, 1990). Biofilter merupakan suatu reaktor biologis tetap yang menggunakan kumpulan bahan “packing”
berupa kerikil, plastik, pasir dan bahan padatan lainnya dimana limbah cair dilewatkan secara terus-menerus. Bahan isian padatan
menyebabkan mikroorganisme tumbuh dan melekat atau membentuk lapisan biofilm pada permukaan media tersebut. Biofilter berupa
filter darimedium padat yang diharapkan dapat melakukan proses pengolahan atau penyisihan bahan organikterlarut dapat tersuspensi
dalam limbah.
Aplikasi metode biofiltrasi telah banyak dilakukan dalam pengolahan limbah cair seperti limbah cair industri tahu dan
tempe, limbah cair rumah sakit, air buangan industri, sungai yang sangat kotor, limbah pabrik alkohol. Menurut Young
(1991) dan Ritman dan McCartty (2001), biofiltrasi dapat juga diaplikasikan dalam pengolahan limbah cair bahan kimia,
kosmetik, bahan makanan, soft drink dan industri farmasi. Biofiltrasi pernah diterapkan dalam pengolahan limbah cair
industri tahutempe secara biofiltrasi anerob mengunakan packing bahan plastik yang berbentuk sarang tawon, hasil
penelitian menunjukan penurunan Chemical Oxygen Demand (COD), Total Dissolved Solid (TDS) dan Biochemical
Oxygen Demand (BOD) yang cukup signifikan (Amir Husein, 2011). Bentuk kristal zeolit yang sangat teratur dengan
rongga yang saling berhubungan ke segala arah menyebabkan permukaan zeolit menjadi sangat besar, oleh sebab itu
zeolit bisa digunakan sebagai adsorben. Kemampuan adsorbsi zeolit alam akan meningkat apabila zeolit terlebih dahulu
diaktifkan. Rongga-rongga zeolit juga terisi oleh ion-ion logam seperti kalium dan natrium yang menyebabkan zeolit
dapat digunakan sebagai penukar ion. Di samping itu zeolit dapat dimanfaatkan sebagai bahan pendukung (supporting
material) untuk katalis ataupun bahkan sebagai katalisator itu sendiri. Pengurangan kadar zat-zat organik yang ada pada
limbah industri tahu dan tempe sebelum dibuang ke perairan dapat dilakukan dengan mengadsorbsi zat-zat
tersebutmenggunakan adsorben.
METODE
PENELITIAN
Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Penelitian
dilakukan di laboratorium yang berada di Politeknik Negeri Lampung yaitu di Laboratorium
Teknik Tanah Air dan Laboratorium Analisis, Politeknik Negeri Lampung selama 4 bulan, dimulai
bulan September 2014 sampai dengan Desember 2014. Alat-alat yang digunakan Alat Biofiltrasi
terdiri dari: a. Akuariun Penguji 90 Cm b. Zeolit 50 kg c. “Packing”sarang tawon 1 kg d. Busa
secukup
Alat Analisis lainnya
• Spektofotometer 1 unit
• pH meter 1 unit
• Beker glass 7 unit
• Erlemeyer 1000 ml 3 uni
• Tabung Reaksi berulir 3 unit Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah:
 Air sampel limbah Cair Industri Tahu (segar) sekitar 120 liter
 Reagen kimia untuk pengujian COD, NH3, dan H2S Tahapan skema jadwal pelaksanaan penelitian:
Survey Lokasi

Penyiapan Alat
Pembuatan
Akuarium Penguji

Pembibitan Biofilm
Analisis limbah awal

Persiapan sebelum uji coba:


•Pengambilan sempel limbah sebnyak 100 liter
•Menyiapakan bahan dan alat dalam pengolahan limabah

Analisis :
•Analisi COD, TSS, PH
•Pengaruh waktu tinggal

Laporan
PROSEDUR KERJA
 Alat yang digunakan untuk penelitian pengolahan limbah yang sudah diambil dilapangan, adalah sebagai berikut:
 Bak pengendap
 Bak yang digunakan pertama kali air limbah masuk yang terbuat dari bak plastik ukuran besar yang didalamnya terdapat batu kali
setinggi 20 cm, berjumlah 2 unit.
 Akuarium pengujPembuatan Alat Penyaring:
 Akuarium penguji digunakan setelah limbah masuk di bak pengendap selama 1 hari lalu dikeluarkan dan masuk kedalam akuarium
penguji selama 12 dan 14 hari. Media yang terdapat di akuarium penguji yaitu 10 cm busa, 10 cm palstik sarang tawon, 20 cm busa dan
50 cm zeolit Akuarium yang digunakan berjumlah 2 unit.
 Bak penampung
 Bak penampung berfungsi sebagai tampungan air limbah yang sudah diolah dan siap di analisa. Bak yang digunakan berjumlah 2 unit.
 Skema alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
PELKSANAAN

PENELITIAN
Pembuatan akuarium penguji
Pembuatan akuarium penguji dengan menggunakan kaca dengan ketebalan 5 mm dengan tinggi 90 cm dan
lebar sisi-sisinya 30 cm. dan didalam akuarium terdapat media yang akan menjadi media penyaring gambar
sudah ada diatas.
 Persiapan bahan baku
 Proses awal yang dilakukan dalam pengolahan limbah cair industri tahu secara biofilter zeolit yaitu
persiapan umpan sebanyak 120 liter limbah cair segar yang terlebih dahulu disaring, kemudian dilakukan
analisis COD sesuai prosedur yang telah ditentukan lalu limbah cair dinetralkan hingga pH menjadi sekitar
7.Cara untuk mendapatkan COD awal limbah cair sesuai dengan yang telah ditentukan (2000- 3000 mg/lt)
dilakukan melalui pengenceran limbah dengan menambahkan air sambil diaduk agar bercampur sempurna.
Kemudian limbah cair yang telah diencerkan kemudian dimasukan ke dalam bak pengendap sebanyak 50
liter.
 Proses pengolahan biofiltrasi zeolit
Setelah pelaksanaan pembuatan biofilm (pembibitan mikroba) akan dihasilkan gas yang dapat terbakar
maka percobaan umpan dengan pengenceran dilanjutkan ke reaktor penguji dengan cara dialirkan
melalui katup pembuangan untuk menjamin aliran di dalam reaktor penguji posisipipa output 5 cm.
PROSEDUR PENGUJIAN
 Pengujian COD
COD merupakan analisis penentuan besarnya oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa organik secara
kimiawai. Hasil analisis COD menunjukan kandungan senyawa organik yang terdapat dalam limbah analisis dilakukan
dengan metode bikromat. Prosedur penentuan nilai COD dan penurunannya dapat dilihat pada lampiran.
 Pengukuran pH
pH merupakan analisis penentuan besarnya keasaman atau basa limbah yang akan diolah,analisis dilakukan
menggunakan pH meter.
 Pengukuran TDS
TDS merupakan analisis penentuan besarnya padatan yang tersuspensi yang terdapat limbah cair industri tahu. Analisis
akan dilakukan menggunakan spektrofotometer.
 Pengujian H2S
Hidro sulfida merupakan analisis penentuan banyaknya gas yang terkandung didalam limbah setelah pengolahan
yang akan dianalisis menggunakan metode tritrasi.
 Pengukuran NH3
Amoniak merupakan analisis penentuan banyaknya gas yang terkandung didalam limbah setelah pengolahan yang
akan di analisis menggunakan metode spektrofotometer
HASIL DAN
 PEMBAHASAN
Pengujian parameter bahan pencemar hasil olahan limbah tahu

Parameter pencemar yang diukur dalam proses biofiltrasi zeolit adalah Chemical
Oxygen Demand (COD), Derajat Keasaman (pH) dan Total Dissolved Solid (TDS).
Parameter tersebut merupakan parameter yang sangat penting dalam baku mutu
buangan air limbah. Pengukuran kualitas COD dengan satuan ppm (mg/lt), TDS
dengan satuan ppm (mg/lt) dan pH sebelum dan sesudah pengolahan. Pengujian
pertama dilakukan dengan waktu tinggal 12 hari dengan persentasi dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengukuran COD, TDS dan pH pada
waktu tinggal 12 hari
Tabel 2. Hasil pengukuran COD,TDS dan pH 14 hari

HASIL PENGUKURAN PARAMETER


HAS IL PEN UKURAN PARA METER
HARI pH COD (ppm) TDS (ppm)
HARI pH COD (ppm) TDS (ppm)
0 5.5 560 1250
0 5.5 640 1250
1 5.8 400 1210
1 5.8 576 1210 2 6.2 376 1189
2 6.2 480 1189 3 6.4 352 1178
3 6.4 432 1178 4 6.7 344 1156
4 6.7 416 1156 5 6.9 336 1098
5 6.9 400 1098 6 7.2 312 986
6 7.2 392 986 7 7.3 296 940
7 7.3 360 940 8 7.5 280 856
8 7.5 328 856 9 7.8 224 810
10 8 208 804
9 7.8 320 810
11 8.3 190 734
10 8 264 804
12 8.5 176 719
11 8.3 248 734
13 8.7 96 657
12 8.5 80 719
14 8.8 48 412
Pengaruh waktu tinggal dan presentase Sludge terhadap kandungan Chemical Oxgyen Demand
(COD)
Pada proses ini waktu yang digunakan adalah 12 hari, grafik penurunan kandung COD didalam proses biofiltrasi zeolit untuk 12 hari
dapat dilihat pada Gambar 3.
Berdasarkan Gambar 3 hasil fermentasi anerob dengan persentase sludge sebanyak 10% dari limbah sebanyak 50 liter dengan waktu
tinggal 12 hari menunjukan bahwa untuk konsentrasi COD awal 640 mg/lt dan dihari terakhir mengalami penurunan menjadi 80 mg/lt.
Hal inidikarenakan semakin tinggi konsentrasi COD didalam akuarium penguji semakin besar jumlah substrat organik Proses
degradasi substrat organik secara biologis sebagian besar berlangsung pada antar muka biofilm dengan limbah cair dan sebagian kecil
di dalam badan biofilm yang terkandung

dalam aliran limbah cair, dengan demikian beban organik yang diuraikan oleh mikroba anerob juga semakin besar. Dari pengamatan
konsentrai COD untuk percobaan dengan waktu 12 hari belum memberikan waktu yang cukup bagi mikroba untuk merombak senyawa
organik komplek yang terkandung dalam limbah cair industri tahu, hal ini dikarenakan hasil penuruan tidak memenuhi baku mutu
buangan air limbah yang tercantum pada PP No.82 Tahun 2001 untuk air golongan III dengan batas ambang 50 ppm.

Gambar 3. Grafik Penurunan COD selama 12 hari (10% sludge)


B. Pengaruh waktu tinggal dan presentase sludge terhadap derajat keasaman ( pH)

Salah satu faktor material (bahan) yang mempengaruhi aktivitas mikrorganisme didalam media biofiltrasi zeolit adalah
pH, pH optimum untuk proses penguraian bahan organik antara 5-8 (Susanto, 2002). Perubahan nilai pH yang terjadi
selama waktu tinggal 12 dapat dilihat pada Gambar
Gambar 6.
Berdasarkan Gambar 6 nilai pH pada waktu tinggal 14 hari pada limbah cair tahu mengalami
proses peningkatan selama pengolahan. Kenaikan pH dari asam hingga netral pada waktu tinggal
14 hari. Kenaikan pH diperkirakan oleh aktivitas mikro organisme baik yang terdapat dalam
limbah cair maupun mikroba yang telah dikembangbiakan.
Pengaruh waktu tinggal dan presentase sludge terhadap kandungan
Total Dissolved Solid (TDS)

Pengaruh waktu tinggal dan presentase sludge terhadap kandungan


Total Dissolved Solid (TDS)
Penguraian TDS dilakukan oleh mikroorganisme autotrop maupun heteretop (Titriesmi, 2006).
Makin lama waktu tinggal maka efesiensi penurunan TDS yang terjadi semakin besar. Penurunan
TDS pada waktu tinggal 12 hari dapat dilihat pada Gambar 7.
Berdasarkan Gambar 9 menunjukan adanya Pengaruh waktu tinggal terhadap penurunan
kandungan TDS, hal ini ditunjukan dengan semakin lama waktu tinggal, semakin besar pula
penurunan yang dihasilkan. Konsentrasi awal 1250 ppm dan setelah pengolahan dengan waktu
tinggal 14 hari terjadi penurunan menjadi 412 ppm. Dari hasil tersebut menunjukan,
hasilpenururan sesuai dengan baku mutu. buangan air limbah PP No.82 Tahun 2001 untuk air
golongan III dengan batas ambang 1000 ppm.
Hasil perhitungan dan perlakuan selama waktu tinggal 14 dan 12 hari, keduanya
menunujukan hasil penurunan yang signifikan, hal ini mengindikasikan bahawa waktu penahanan
cairan mikroba telah memberikan waktu kontak yang cukup bagi mikroba untuk menyisihkan
bahan organik menjadi produk akhir.
Gambar menunjukkan bahwa pengolahan dengan penambahan aerasi selama 2 hari
dan5 hari, perunanan H2S tidak memenuhi syarat baku mutu buangan air limbah karena
hanya turun menjadi 525 ppm. Air limbah setelah aerasi sudah tidak berbau dan
kandungan gas hidro sulfida pun sudah berkurang.
KESIMPULA

N
Kesimpulan
 Berdasarkan hasil Proyek Mandiri tentang Pengolahan Limbah Cair Industri TahuDengan Media Biofiltrasi
Zeolit dapat disimpulkan:
 Terjadi penurunan COD sampai batas baku mutu bungan air limbah baik dengan waktu tinggal 12 hari maupun
waktu tinggal 14 hari. Selama waktu tinggal 12 hari terjadi penurunan dari 640 mg/lt menjadi 80 mg/lt dan pada
waktu tinggal 14 hari terjadi penurunan dari 560 mg/lt menjadi48 mg/lt. Dari kondisi hasil olahan untuk waktu
tinggal 14 hari sesuai dengan baku mutu air limbah berdasarkan PP No.82 Tahun 2001 dengan batas ambang 50
ppm.
 Hasil pengolahan limbah cair indutri tahu selama 12 hari dan 14 hari masih perlu dilakukan proses aerasi pada
limbah tersebut untuk menurunkan kadar H2S dan NH3 yang meningkatkan bau pada air limbah yang telah
diolah.
 Penanganan lanjut untuk menurunkan H2S dan NH3 hari dengan proses aerasi Selama 2 hari terjadi penurunan
dari 825 ppm menjadi 705 ppm dan pada hari ke-5 menjadi 525 ppm (masih terlalu tinggi) Terjadi penurunan
NH3 . Selama 2 hari terjadi penurunan dari 4,3 mg/lt menjadi 2,6 mg/lt dan pada hari ke-5 menjadi 0,2 mg/lt
(masuk air baku kelas 3 sesuai PP No. 82 Tahun 2001).
SARAN
Saran yang dapat diberikan oleh penulis dari hasil Penelitian ini yakni perlu dibuat
alat

Biofiltrasi zeolith yang dilengkapi dengan alat aerasi, sehingga hasil olahan limbah
menjadi tidak bau dan tidak mencemari lingkungan untuk kandungan pencemar NH3
dan H2S.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai