Anda di halaman 1dari 27

HUKUM

KETENAGAKERJA
AN

Delila Rambe, SH.,M.M


MATAKULIAH
HUKUM KETENAGAKERJAAN

LITERATUR :
1. Hukum Ketenagakerjaan 2003,
Hardijan Rusli, 2004

2.Undang –Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun


2003 Tentang Ketenagakerjaan.

3.Hukum Ketenagakerjaan, Eko Wahyudi, Wiwin


Yulianingsih, M.Firdaus Sholihin, 2016
KEDUDUKAN HUKUM KETENAGAKERJAAN DALAM
SISTEM HUKUM INDONESIA
CONTOH
 Jika terkait dengan perjanjian kerja termasuk di dalamnya hak-hak
dan kewajiban yang telah disepakati bersama dan hanya melibatkan
para pihak saja, maka hal tersebut menyangkut aspek hukum
perdata.

 Jika terkait dalam perizinan bidang ketenagakerjaan, penetapan


upah minimum, pengesahan peraturan perusahaan, pendaftaran
perjanjian kerja bersama, pendaftaran serikat pekerja, dan
sebagainya, maka hal tersebut menyangkut aspek hukum tata usaha
negara.

 Jika dikaitkan dengan pelanggaran Undang-Undang


Ketenagakerjaan, maka hal tersebut menyangkut aspek hukum
pidana.
PENDAHULUAN

Molenaar mengatakan bahwa hukum ketenagakerjaan


adalah bagian dari hukum yang berlaku yang pada
pokoknya mengatur hubungan antara tenaga kerja
dengan pengusaha, antara tenaga kerja dengan tenaga
kerja dan antara tenaga kerja dengan pemerintah.

Hukum perburuhan (Supomo, 1995) adalah


himpunan peraturan, baik tertulis maupun tidak yang
berkenaan dengan kejadian dimana seseorang
bekerja pada orang lain dengan menerima upah
M.G Levenbach (1995), hukum ketenagakerjaan :
hukum yang berkenaan dengan hubungan
kerja, di mana pekerjaan itu dilakukan di
bawah pimpinan dan dengan keadaan
penghidupan yang langsung bersangkut paut
dengan hubungan kerja itu.
Tiga unsur dalam hukum ketenagakerjaan mempunyai
peran masing - masing yaitu :
Pemerintah :
•Regulator – yang mengatur

•Fasilisator – yang membantu

•Mediator – pihak yang netral

Pengusaha : sebagai Investor

Pekerja : sebagi operator


Kata ” per-buruh-an ”, yaitu kejadian dimana sesorang
biasanya disebut buruh bekerja pada orang lain disebut
majikan, dengan menerima upah, dengan sekaligus
mengesampingkan persoalan antara pekerjaan bebas
(diluar hubungan kerja) dan pekerjaan yang dilakukan di
bawah pimpinan (bekerja pada ) orang lain,
mengesampingkan pula persoalan antara pekerjaan
(arbeid) dan pekerja (arbeider).

Dari defenisi hukum perburuhan, ada beberapa hal yang


perlu diperhatikan yaitu :
1. himpunan peraturan
2. bekerja atau melakukan pekerjaan pada orang lain
3. dengan menerima upah
HAKIKAT HUKUM
KETENAGAKERJAAN
 Hakikat hukum ketenagakerjaan adalah melindungi
pekerja dari tindakan sewenang-wenang pihak
pengusaha.
 Secara yuridis, kedudukan pekerja dan pengusaha itu
sama .
 Secara sosial ekonomi, kedudukan pekerja lebih rendah
daripada pengusaha.

 Oleh karena itu, diperlukan pemberdayaan dan proses


kemitraan dalam bekerja yang dilindungi oleh Undang-
Undang.
HAKIKAT HUKUM
KETENAGAKERJAAN
 Secara Yuridis, Buruh itu bebas, bukan budak, karena dilarang
seseorang itu diperbudak, diperhamba.
 Secara Sosiologis tidak bebas, karena buruh itu terpaksa bekerja
pada orang lain, dimana majikan menentukan syarat-syarat
kerja itu.
 Buruh secara jasmani bebas tetapi secara rohani tidak bebas.

 Oleh karenanya perlu ada Hukum Perburuhan/


Ketenagakerjaan.
 Sebab Hukum Perburuhan/ Ketenagakerjaan menghendaki
keadilan sosial dalam imbangan antara kepentingan buruh dan
kepentingan majikan
SIFAT HUKUM KETENAGAKERJAAN
 Tujuan pokok hukum ketenagakerjaan adalah
melaksanakan keadilan sosial dalam perburuhan
dengan melindungi buruh terhadap kekuasaan yang
tidak terbatas dari pihak majikan agar bertindak
sesuai dengan kemanusiaan.
 Sifat hukum ketenagakerjaan secara umum ada 2
(dua), yaitu hukum yang bersifat mengatur dan
hukum yang bersifat memaksa.
HUKUM YANG BERSIFAT MENGATUR
 Ciri utama hukum ketenagakerjaan yang bersifat mengatur
ditandai dengan adanya aturan yang tidak sepenuhnya
memaksa (boleh dilakukan penyimpangan atas ketentuan
tersebut dalam perjanjian (PK, PP, dan PKB).
 Disebut juga bersifat fakultatif (mengatur/ melengkapi).

Contoh:
 Ps.51 ayat (1) UU No.13 th.2003
 Ps.60 ayat (1) UU No.13 th.2003
 Ps.10 ayat (1) UU No.13 th.2003
HUKUM YANG BERSIFAT MEMAKSA
 Dalam pelaksanaan hubungan kerja untuk masalah-masalah
tertentu diperlukan campur tangan pemerintah.
 Campur tangan ini menjadikan hukum ketenagakerjaan
bersifat publik.
 Sifat publik dari hukum ketenagakerjaan ditandai dengan
ketentuan-ketentuan memaksa, yang jika tidak dipenuhi,
pemerintah dapat melakukan tindakan tertentu berupa sanksi.
 Artinya hukum yang harus ditaati secara mutlak, tidak boleh
dilanggar.
HUKUM YANG BERSIFAT MEMAKSA
 Bentukketentuan memaksa tersebut, antara lain:
Penerapan sanksi pidana terhadap pelanggaran atau
tindak pidana bidang ketenagakerjaan.
Syarat-syarat dan masalah perizinan. Mis.
Perizinan TKA, perizinan TKI.
Privat atau Perdata. (PK)
Publik. (izin PHK, upah minimum)
Tujuan Hukum Ketenagakerjaan

Tujuan pokok hukum ketenagakerjaan adalah


1. Untuk mencapai atau melaksanakan keadilan sosial dalam
bidang ketenagakerjaan (harus menjaga ketertiban,
keamanan dan keadilan bagi pihak-pihak yang terkait dalam
proses produksi untuk mencapai ketenangan bekerja dalam
kelangsungan usaha).

2. Untuk melindungi buruh terhadap kekuasaan yang tidak


terbatas dari pihak pengusaha.
RUANG LINGKUP UNDANG-UNDANG
KETENAGAKERJAAN DAN TUGAS
PEMERINTAH DALAM KETENAGAKERJAAN

Ketenagakerjaan diatur dalam Undang-Undang No.


13 Tahun 2003 dan mulai berlaku tanggal 25 Maret
2003.

UU No. 13 Tahun 2003 mencakup pengembangan


sumberdaya manusia, peningkatan produktifitas
dan daya saing tenaga kerja Indonesia, upaya
perluasan kesempatan kerja, pelayanan
penempatan tenaga kerja, pembinaan hubungan
industrial.
Ketenagakerjaan menurut pasal 1 UU No. 13 Tahun 2003
adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja
pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja.

Tenaga kerja dan pekerja harus dibedakan


pengertiannya.
Asas Hukum Ketenagakerjaan

Pasal 3 UU No. 13 Tahun 2003 :


Asas pembangunan ketenagakerjaan
yaitu :
•Asas demokrasi
•Asas adil dan merata
Pasal 4 menyatakan tujuan pembangunan
ketenagakerjaan adalah :
1.memperdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja
secara optimal dan manusiawi.
2.mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan
penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan
nasional dan daerah.

3.memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam


mewujudkan kesejahteraan.

4.meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarga.


KESEMPATAN DAN PERLAKUAN YANG SAMA

Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan keempatan


yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan
penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis
kelamin, suku, ras, agama dan aliran politik sesuai
dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yan
bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama
terhadap para penyadang cacat.

Pasal 5 UU No. 13 Tahun 2003 tentang tenaga kerja


Pasal 6 UU No. 13 Tahun 2003 tentang pekerja
Sanksi hukum atas orang yang melanggar pasal 5 dan
pasal 6 adalah berupa sanksi administratif yang dapat
berupa :
 teguran
 peringatan tertulis
 pembatasan kegiatan usaha
 pembekuan kegiatan usaha
 pembatalan persetujuan
 pembatalan pendaftaran
 penghentian sementara sebagian atau seluruh alat
produksi
 pencabutan izin
TUGAS PEMERINTAH DALAM
KETENAGAKERJAAN

Pemerintah menurut UU No. 13 Tahun 2003


mempunyai tugas ;
 perencanaan tenaga kerja
 perluasan kesempatan kerja
 pembinaan
 pengawasan
1. Perencanaan Tenaga Kerja Dan Informasi Ketenagakerjaan
Dalam rangka pembangunan ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan
kebijakan dan menyusun perencanaan tenaga kerja secara berkesinambungan
yang meliputi perencanaan tenaga kerja makro dan mikro serta disusun atas
dasar informasi ketenagakerjaan yang antara lain meliputi: 
• penduduk dan tenaga kerja; 

• kesempatan kerja; 

• pelatihan kerja termasuk kompetensi kerja; 

• produktivitas tenaga kerja; 

• hubungan industrial; 

• kondisi lingkungan kerja; 

• pengupahan dan kesejahteraan tenaga kerja; dan 

• jaminan sosial tenaga kerja. 


2. Perluasan Kesempatan Kerja
Pemerintah bertanggung jawab mengupayakan
perluasan kesempatan kerja baik di dalam maupun
di luar hubungan kerja yang meliputi :
Menanggulangi Pekerja Anak Di Luar Hubungan Kerja
Menetapkan Kebijakan Pengupahan Yang Melindungi Pekerja

Menetapkan Kebijakan Dan Memberikan Pelayanan

Memfasilitasi Penyelesaian Hubungan Industrial 

Mensahkan Peraturan Perusahaan Dan Perjanjian Kerja


Bersama
Menerima Pemberitahuan Mogok Kerja

Mengantisipasi Terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja


3. Melakukan Pembinaan
Pemerintah melakukan pembinaan terhadap
unsur-unsur dan kegiatan yang berhubungan
dengan ketenagakerjaan dengan
mengikutsertakan organisasi pengusaha,
serikat pekerja/serikat buruh, dan organisasi
profesi terkait dan dilaksanakan secara
terpadu dan terkoordinasi. 
4. Melakukan Pengawasan

Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai


pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai
kompetensi dan independen guna menjamin
pelaksanaan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan yang ditetapkan oleh Menteri atau
pejabat yang ditunjuk.

Anda mungkin juga menyukai