*BTP (Bahan
Tambahan Pangan)
Contoh Pewarna sintetis Yang Tidak Boleh Digunakan :
*Rhodamin B
* Memiliki gugus kromofor dan ausokrom
* Pada awalnya zat ini digunakan untuk kegiatan
histologi
* Digunakan sebagai bahan pewarna dasar tekstil,
kertas dan cat
* Sekarang berkembang untuk berbagai keperluan
yang berhubungan dengan sifatnya dapat
berfluoresensi dalam sinar matahari
* Nama lainnya D and C Red no 19, Food Red 15,
ADC Rhodamin B, Brilliant Pink, Aizen Rhodamin
* Bersifat karsinogenik kuat
* Sifat racunnya tidak hanya disebabkan oleh
senyawa organiknya saja tetapi juga oleh
senyawa anorganiknya
* Dapat mengakibatkan gangguan fungsi hati
hingga kanker hati
* Dapat menimbulkan iritasi pada saluran
pernafasan, kulit, mata dan pada saluran
pencernaan
*Bahaya Rhodamin
* Jika tertelan, dapat menimbulkan iritasi pada
saluran pencernaan dan menimbulkan gejala
keracunan dan air seni berwarna merah atau
merah muda
* Jika terkena kulit, dapat menimbulkan iritasi
pada kulit
* Jika terkena mata, dapat menimbulakn iritasi
pada mata, mata kemerahan, udem pada
kelopak mata
*Methanil Yellow
*struktur
* Sangat berbahaya jika terhirup, mengenai
kulit, mengenai mata dan tertelan.
* Dampaknya iritasi saluran pernafasan, iritasi
pada kulit, iritasi pada mata dan bahaya
kanker kandung kemih
* Apabila tertelan dapat menyebabkan mual,
muntah, sakit perut dan diare, rasa tidak enak
dan tekanan darah rendah
*Bahaya Methanil
Yellow
* Sering disalah gunakan pada kerupuk, mie,
sirup dan tahu
*Penyalahgunaan
* Pada penelitian mengenai paparan kronik metanil yellow
terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberikan
melalui pakannya selama 30 hari, diperoleh hasil bahwa
terdapat perubahan hispatologi dan ultrastruktural pada
lambung, usus, hati, dan ginjal. Hal tersebut
menunjukkan efek toksik metanil yellow terhadap tikus.
* Penelitian lain yang menggunakan tikus galur Wistar
sebagai hewan ujinya menunjukkan hasil bahwa
konsumsi metanil yellow dalam jangka panjang dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat yang mengarah pada
neurotoksisitas.
* Bewarna kuning menyolok dan berpendar
* Banyak memberikan titik –titik warna karena
tidak homogen
*Analisa
* Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan alat
analisa yang cukup sederhana karena dapat
menentukan jumlah komponen yang ada pada
suatu bahan, bahkan dapat pula
mengidentifikasi komponen-komponen tersebut
*KLT
Langkah-langkah kerja yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah :
1. Benang wool 15 cm didihkan dalam air dan dikeringkan.
2. Dicuci dengan eter.
3. Didihkan dengan NaOH.
4. Dibilas dengan air.
5. Dimasukkan benang wool ke dalam 35 mL sampel yang sudah diasamkan
dengan asam asetat dan didihkan selama 10 menit.
6. Benang wol dicuci dengan aquadest, dimasukkan ke dalam 5 mL ammoniak 10%
dan didihkan.
7. Dibuat larutan baku Methanyl Yellow dengan dilarutkan 0,1 gram serbuk
Methanyl Yellow dengan 100 mL etanol.
8. Dibuat larutan eluen dengan dengan n-butanol : asam asetat glasial : aquadest
(4:5:1) mL.
9. Ditotolkan sampel dan larutan baku pada lempeng KLT.
10. Dimasukkan lempeng KLT ke dalam larutan eluen dan diamati.
*KLT ANALISA
METHANIL YELLOW
* tujuan pencucian dan pendidihan benang wool agar kotoran-kotoran dan
lemak yang terdapat pada benang wool tersebut hilang dengan bantuan
pemanasan.
* Benang wool tersebut didihkan dengan NaOH dan dibilas dengan air,
karena dalam suatu basa akan terjadi pelunturan atau pelarutan warna.
* Tujuan pengasaman sampel agar sampel mudah tertarik ke dalam
benang wool tersebut.
* selanjutnya benang wool yang telah dicuci dimasukkan ke dalam larutan
amoniak agar terjadi penjenuhan pada benang wool.
* Pada saat benang diangkat pewarna mewarnai benang tersebut,
selanjutnya dicuci dengan aquadest dan dididihkan beberapa saat
dengan 5 mL larutan amoniak, pewarna akan luntur karena tertarik oleh
larutan amoniak.
* larutan eluen berfungsi agar terjadi elusi pada fase gerak di mana fase gerak
merupakan campuran pelarut organik dengan air. Pemilihan pelarut organik ini
sangat penting karena akan menentukan keberhasilan pemisahan.
* Pendekatan polaritas adalah yang paling sesuai untuk pemilihan pelarut.
Senyawa polar akan lebih mudah terelusi oleh fase gerak yang bersifat polar
dari pada fase gerak yang non polar. Sebaliknya, senyawa non polar lebih mudah
terelusi oleh fase gerak non polar dari pada fase gerak yang polar.
* fase gerak ini berfungsi untuk membawa noda-noda dari larutan baku dan
sampel sehingga bisa dihitung faktor retensi (Rf-nya). Larutan baku dan larutan
uji masing-masing ditotolkan pada lempeng KLT dengan menggunakan pipa
kapiler dan dielusi, jarak kira-kira yang ditotolkan adalah 1,0 cm dari ujung
bawah plat kromatografi lapis tipis dan 1,5 cm dari atas plat kromatografi lapis
tipis.
* Hal ini bertujuan supaya pada saat dielusi, bercak noda yang naik dapat dilihat
dengan jelas dan tidak tercampur satu sama lain, lempeng yang telah ditotolkan
dielusi dalam chamber
* Metode analis instrumental yang berdasarkan
interaksi elektromagnetik dengan analit yang
merupakan noda pada KLT
* Alat dilengkapi denan spektrofotometer yang
mempunyai radiasi sinar panjang gelombang 200-
700 nm
* Densitometri diutamakan untuk analisis
kuantitatif analit-analit dengan kadar yanag
sangat kecil yang merupakan hasil pemisahan
dengan KLT
*KLT Densitometer
* TERIMA KASIH