Selisih antara Rp. 96.790,0 - Rp. 96.000,0 = Rp. 790,0. Kalau 1% sama dengan Rp. 3.050,0
maka untuk selisih yang bernilai Rp. 96.000,0 akan sama dengan 790/3.050 x 1% = 0,26%.
Jadi, kd yang membuat sisi kanan persamaan sama dengan Rp. 96.000,0 adalah:
kd = 17% + 0,26% = 17,26%
Biaya utang kd ini belum dipotong pajak. Jika akan dipotong pajak, dengan notasi biaya
utangnya menjadi k*d, dapat dihitung dengan rumus:
k*d = Kd (l - t)
di mana t = tarif pajak
Kalau dimisalkan tarif pajak 30%, maka dengan menggunakan contoh di atas di mana kd =
17,26%, maka: k*d = 17,26% (1 - 0,30) = 12,08%
Cara lain adalah dengan menggunakan CAPM namun tidak akan dipaparkan lebih lanjut
dalam buku ini.
c. Biaya Laba
yang Ditahan.
Biaya laba
yang ditahan
pada prinsipnya
Sama dengan
biaya
Telah disebutkan di atas bahwa biaya penggunaan modal rata-rata dari keseluruhan dana yang
akandari sahamdiketahui untuk menentukan nilai investasi. Kalau berinvestasi
dipakai perlu
biasa. Bedanya,
menggunakan modal sendiri, maka cut off rate-nya adalah biaya modal sendiri. Sedangkan,
untuk biaya
sahamyang biasa
investasi menggunakan biaya sendiri dan utang, cut off rate-nya mempertimbangkan
memiliki
biaya modal baik dari utang maupun dari modal sendiri. Salah satu cara untuk menghitung cut
floatation cost,
yaitu biaya
off rate-nya adalah dengan menghitung biaya modal rata-rata tertimbang setelah pajak yang
yangadalah mengalikan antara besar biaya modal dari masing-masing sumber
caranya
dikeluarkan
pembelanjaan dengan proporsi dana yang digunakan.
untuk
melaksanakan
Misal:
proses saham,
Jikasedangkan
biaya-biaya utang dan modal diketahui, juga masing-masing proporsinya, maka dapat
menggunakan
dihitung cut off rate-nya:
dana dari
Jumlah (Rp) Proporsi Biaya
Komponen
laba Biaya
yang ditahan tidak memerlukan biaya. (2) x (3)
(1) (2) (3)
Utang jangka pendek 1.000,0 0,20 14% 2,80%
Utang jangka panjang 1.000,0 0,20 9,8% 1,96%
Modal sendiri 3.000,0 0,60 31,5% 18,90%
5.000,0 1,00 23,66%
Tampak bahwa biaya modal rata-rata tertimbang adalah 23,66%. Biaya modal ini, kemudian
kita pakai sebagai cut off rate dalam menilai usulan investasi tersebut.
4. Biaya operasi dan perawatan, yaitu biaya untuk mengoperasikan dan merawat sistem yang
rutin untuk setiap kurun waktu tertentu, misalnya setiap tahun.
Biaya-biaya tersebut adalah;
o Biaya personil
o Biaya overhead
o Biaya perawatan hardware, software, dan fasilitas lain
o Biaya manajemen yang terlibat pada operasi sistem
o Biaya depresiasi
Sementara itu, manfaat-manfaat yang di dapat dari sistem informasi ini adalah:
o Manfaat untuk mengurangi biaya
o Manfaat untuk mengurangi kesalahan
o Manfaat untuk meningkatkan kecepatan aktivitas
o Manfaat untuk meningkatkan perencanaan dan pengendalian aktivitas
o Manfaat lain dapat dilihat dari sisi keuntungan berwujud yang dapat diukur secara
kuantitatif dan keuntungan tak berwujud seperti peningkatan pelayanan, kepuasan kerja
karyawan, dan peningkatan mutu pengambilan keputusan manajemen.
Contoh Kasus-2,
Berikut ini adalah sebuah contoh mengenai proyek sistem informasi akuntansi senilai 173 juta
rupiah. Perkiraan umur ekonomisnya adalah 4 tahun dengan proceed (keuntungan bersih
sesudah pajak ditambah dengan depresiasi) tiap tahun adalah:
Tahun I : Rp 55-800.000
Tahun II : Rp 74.500.000
Tahun III : Rp 97.200.000
Tahun IV : Rp 108.450.000
Bagaimana rincian untuk initial cashflow dan operational cash- flow-nya, serta analisis cost
and benefit-nya, secara sederhana dapat dilihat berikut ini. Data diasumsikan dalam jutaan
rupiah.
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Deskripsi
ke-0 ke-1 ke-2 ke-3 ke-4
A. BIAYA-BIAYA
1. Biaya Pengadaan Hardware
a. Konsultasi pengadaan 1.0 0 0 0 0
b. Pengadaan hardware 50.0 0 0 0 0
c. Instalasi hardware 1.0 0 0 0 0
d. Ruangan hardware
- Perbaikan ruangan 5.0 0 0 0 0
- Pemasangan 2 AC 2.0 0 0 0 0
e. Manajemen hardware 3.0 0 0 0 0
Total biaya pengadaan 62.0 0 0 0 0
B. MANFAAT-MANFAAT
1. Keuntungan berwujud
a. Pengurangan biaya operasi 0 2.0 2.0 2.0 2.0
b. Pengurangan biaya telekomunikasi 0 2.5 2.5 2.5 2.5
c. Pengurangan kesalahan proses 0 1.0 1.0 1.0 1.0
d. Peningkatan penjualan 0 10.0 10.0 10.0 10.0
e. Pengurangan biaya persediaan 0 15.0 15.0 15.0 15.0
f. Pengurangan kredit tak tertagih 0 3.0 3.0 3.0 3.0
Total keuntungan berwujud 0 33.5 36.0 38.5 41.0
Selisih total manfaat dan total biaya (173.0) 55.8 74.5 97.2 108.45
Dari tabel di atas terlihat bahwa proyek kelihatannya cukup baik/fisibel sehingga layak untuk
diteruskan, karena nilai NPV nya positif pada biaya kesempatan sebesar 10 persen seperti
tertera pada hasil hitung di bawah ini:
10
30
NPV = 150 t 34,3 juta rupiah
t1(1,10)
Tetapi sebelum mengambil keputusan untuk merealisasikan proyek ini sudah tentu pengambil
keputusan hendaknya diberi informasi lain, misalnya informasi dari bagian pemasaran seperti
di berikut ini.
A=B XC
di mana: A = banyak unit yang dapat dijual
B = bagian pasar dari produk
C = besarnya pasar produk
Jika bagian pasar dari produk sebesar 1 % dengan besar pasar produk sebanyak 10 juta buah
maka penjualan diperkirakan sebesar 100.000 buah. Penjualan dapat dihitung dengan cara
mengalikan banyak unit yang terjual dengan harga/unitnya. Jika banyak unit seperti tertera di
atas adalah sebesar 100.000 sedangkan penjualan diperkirakan 375 juta rupiah, maka dapat
dihitung harga/unit produk yaitu sebesar 3750 rupiah.
Di sisi lain, bagian produksi telah menaksir biaya variabel per unit sebesar Rp. 3.000,-. Oleh
karena volume yang- ditaksir sebanyak 100.000 unit/tahun, maka biaya variabel akan
berjumlah 300 juta. Biaya tetap 30 juta rupiah per tahun.
Informasi di atas merupakan hal penting yang perlu diketahui. Tampak di sini bahwa rencana
investasi akan berjalan lancar, akan tetapi masih perlu berhati-hati terhadap variabel yang
belum diidentifikasikan karena bisa saja ia menjadi masalah yang besar dalam investasi,
misalnya mengenai hak paten.
Selanjutnya, setelah semua variabel diketahui (tapi perlu diingat bahwa bisa saja nanti akan
muncul variabel baru), lakukanlah analisis kepekaan (sensitivity analysis) terhadap ukuran
pasar, saham pasar, dan sebagainya. Untuk dapat melakukan hal itu, kita misalnya, dapat
merujuk pada bagian pemasaran dan bagian produksi. Mereka disuruh untuk memberikan
taksiran yang optimistik dan pesimistik. Misalnya hasil taksiran itu tertera berikut ini.
Batas NPV (Jutaan Rp)
Variabel
Pesimis Diharapkan Optimis Pesimis Diharapkan Optimis
1. Ukuran pasar 9 juta 10 juta 11 juta +11 +34 +57
2. Saham pasar 0.004 0.01 0.016 -104 +34 +173
3. Harga/unit 3.500 3.750 3.800 -42 +34 +50
4. Biaya variabel per 3.600 3.000 2.750 -150 +34 +111
unit
5. Biaya tetap 40 juta 30 juta 20 juta +4 +34 +65
Sebelah kanan menunjukkan apa yang terjadi pada nilai tunai bersih (NPV) apabila variabel-
variabel disusun satu per satu secara sekaligus dengan nilai-nilai optimistis dan pesimistisnya.
Dari tabel terlihat bahwa ternyata proyek yang direncanakan bukanlah merupakan proyek
yang
meyakinkan. Variabel-variabel yang ’bahaya' adalah pada saham pasar dan biaya variabel per
unit. Apabila saham pasar hanya 0,004 (dan semua variabel lain adalah seperti yang
diharapkan), maka proyek akan mempunyai suatu NPV sebesar 104 juta. Apabila biaya
variabel per unit sebesar 3600 (dan semua variabel lain adalah seperti yang diharapkan), maka
proyek akan mempunyai NPV sebesar -150 juta.
Misalkan bahwa nilai pesimistis untuk biaya variabel per unit sebagian mencerminkan
kekhawatiran bagian produksi bahwa sebuah mesin tertentu tidak dapat bekerja sebagaimana
yang telah direncanakan. Agar dapat berjalan sesuai dengan rencana perlu kiranya tambahan
biaya sebesar 200 per unit dengan probabilitas terjadinya kegagalan sebesar 10 %, misalnya
dengan pemakaian mesin batu. Akibatnya memang arus kas akan berkurang (setelah pajak,
mis. 5096) sebesar:
D x E x (1-tarif pajak)
di mana:
D = banyak unit yang dapat dijual
E = tambahan biaya per unit
Untuk kasus kita akan dihasilkan proses perhitungan:
100.000 x 200 x 0,50 = 10.000.000
Hal ini juga akan mengurangi NPV dari proyek sebesar:
10
30
NPV = 150 t
= 61,4 juta rupiah
t1(1,10)
Untuk menggunakan mesin baru tersebut perlu dilakukan uji- coba. Misalnya mesin baru akan
menghabiskan biaya sebesar 100.000 guna menghindari kerugian sebesar 61,4 juta dengan
peluang terjadinya kegagalan sebesar 10%. Sebenarnya kita dapat menghitung ekspektasinya
sebesar -100.000 + (0,10 x 61.400.000,0).
Jadi, dari pemakaian mesin baru dapat meyakinkan kita bahwa variabel ini dapat dinyatakan
aman. Mengenai variabel ukuran pasar, dapat dikatakan bahwa proyek dapat diterima
walaupun dengan asumsi yang pesimistis sekalipun, sehingga tidak perlu khawatir walaupun
telah salah menaksir variabel itu.
Contoh Lain:
Jika jumlah
biaya tetap
suatu usaha
tiap tahunnya
Rp. 300 juta,
biaya = 100.000 satuan atau Rp. 500 juta
variabel tiap 5.000 - 2.000
satuan
Misalkan, harga jual produk yang serupa dengan produk yang direncanakan berkisar antara Rp.
produk Rp. Rp. 5.000,-. Dari harga pasaran ini dapat dihitung dua jumlah penjualan
3.000,- sampai
2.000,-
minimum
sedangkanberdasarkan kedua harga tersebut. Untuk harga Rp. 5.000,- akan didapat penjualan
harga jual
sebesar 500 juta per tahun sedangkan untuk harga Rp. 7.000 akan dihasilkan:
tiap produk 300.000.00 0
sebesar Rp. =
300.000 satuan atau Rp. 2.100.000.000,-
5.000,- maka 3.000 - 2.000
jumlah
Berdasarkan peningkatan jumlah penjualan dari 100.000 menjadi 300.000 satuan, tiap tahun
penjualan
ini perlu kemudian diteliti seberapa jauh kemampuan produksi mengimbangi ataupun
minimal
yang harus terhadap keuntungan bisnis.
pengaruhnya
dicapai
setiap tahun
dapat
Kelemahan kitaAnalisis Kepekaan.
ketahui:
300.000.00 0
Di atas telah dijelaskan manfaat dari analisis kepekaan, yaitu berupa pemaksaan kepada
manajer proyek untuk mengidentifikasikan sebanyak mungkin variabel-variabel yang belum
diketahui dan mengungkapkan taksiran-taksiran yang menyesatkan atau yang tidak tepat,
seperti contoh di atas. Selain itu, kekurangan dari analisis ini pun ada, salah satunya adalah
sangat relatifnya nilai- nilai dari optimistis dan pesimistis itu sendiri. Masalah kedua adalah
mengenai variabel-variabel yang mendasarinya bisa jadi saling berhubungan (dalam ilmu
statistika sering disebut dengan istilah multikolonieritas).
Contoh:
Contoh pemakaian analisis sensitivitas, dapat dilihat pada kasus di Eksibit-6.
Metode Internal Rate of Return (IRR). Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga
yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau
penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal. Rumus yang dipakai seperti di bawah
ini.
Rumus:
n
CFt
l0 (1 IRR)
t1
t
di mana:
t = tahun ke
n = jumlah tahun
l0 = nilai investasi awal
CF = arus kas bersih
IRR = tingkat bunga yang
dicari harganya
Nilai IRR dapat dicari misalnya dengan coba-coba (trial and error). Caranya, hitung nilai
sekarang dari arus kas dari suatu investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar,
misalnya 10 persen, lalu bandingkan dengan biaya investasi, jika nilai investasi lebih kecil,
maka dicoba lagi dengan suku bunga yang lebih tinggi demikian seterusnya sampai biaya
investasi menjadi sama besar. Sebaliknya, dengan suku bunga wajar tadi nilai investasi lebih
besar, maka coba lagi dengan suku bunga yang lebih rendah sampai mendapatkan nilai
investasi yang sama besar dengan nilai sekarang.
Contoh:
Biaya investasi awal : Rp. 18.000.000,-
Kas masuk bersih : Rp. 5.700.000,-
Umur proyek : 5 tahun
Dengan menggunakan rumus, perhitungannya menjadi seperti berikut ini:
5.700.000 5.700.000 5.700.000 5.700.000 5.700.000
18.000.000 =
(1 r)1 (1 r)2 (1 r)3 (1 r)4 (1 r)5
Dengan melakukan coba-coba, didapat nilai IRR sebesar 17,57 persen.
Kriteria penilaian:
Jika IRR yang didapat ternyata lebih besar dari rate of return yang ditentukan maka investasi
dapat diterima.
Rumus IRR untuk interpolasi ialah:
P2 P1
IRR = P1 – C1 x -
C 2 C1
di mana:
P1 = tingkat bunga ke 1
P2 = tingkat bunga ke 2
C1 = NPV ke 1
C2 = NPV ke 2
relevan.
di mana:
Rumus:
CF t = aliran kas pertahun pada periode t
Kriteria Penilaian:
- jika PI > 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan;
- jika PI < 1, maka usulan proyek tidak menguntungkan,]
Kriteria ini erat hubungannya dengan kriteria NPV, di matin jika NPV suatu proyek dikatakan
layak (NPV > 0) maki menurut kriteria PI juga layak (PI > 1) karena keduany» menggunakan
variabel yang sama.
di mana:
NAL = Net Advantage of Leasing
Io Lt = Harga mesin (aktiva tetap)
Dept = Pembayaran sewa secara periodik
Kb = Jumlah beban penyusutan dalam
periode t
T =
Biaya utang sebelum pajak
n =
Tarif pajak
=
Umur penyusutan dan umur ekonomis
Kriteria penilaian:
Jika, nilai NAL = 0, maka biaya membeli sama dengan biaya leasing.
Jika, nilai NAL > 0, maka biaya membeli lebih besar dari biaya leasing.
Jika, nilai NAL < 0, maka biaya membeli lebih kecil dari biaya leasing.
3. Urutan Prioritas
Apabila dijumpai
beberapa usulan
proyek yang
feasible atau layak
untuk dilaksanakan,
padahal
hanya akan
melaksanakan
a. satu Exclusive (saling meniadakan). Skenario ini dipakai jika suatu proyek
Skenario Mutually
atau sebagian saja
A dipilih, maka proyek lain harus tidak dipilih. Dengan skenario untuk kondisi seperti ini,
dari usulan-usulan
itu menurut Husnan,
karena tolok ukur untuk pemilihan proyek dapat menggunakan NPV atau IRR,
keterbatasan
tergantung pada persoalan yang dihadapi, serta karakteristik dari NPV dan IRR itu sendiri.
sumber daya, seperti
b. Skenario Contingency (saling terkait). Skenario ini dipakai jika suatu proyek A yang
dana, maka dapat
dilakukan
dipilih, maka proyek B (atau mungkin ada proyek lain) harus diikutsertakan pula. Jadi,
pengurutan prioritas
manajemen harus melakukan investasi terhadap proyek-proyek tersebut. Kriteria-kriteria
(ranking) atau
capital
investasi, seperti PI, NPV, IRR, dan sebagainya dapat digunakan, setelah semua data
rationing
tentang arusuntuk
kas keluar dan masuk dari kedua proyek ini digabungkan.
menentukan usulan
Berikut adalah contoh tiga proyek di mana Proyek B dilihat dari nilai PI adalah proyek
proyek yang paling
yang tidakProses
layak. layak (nilai PI < 1). Akan tetapi, karena ketiga proyek adalah saling berkait
pengurutan prioritas
ini
memiliki beberapa skenario. Lima di antaranya dipaparkan berikut ini.
(kontingensi), maka perlu dihitung apakah ketiganya akan dianggap layak, atau tidak.
Tekniknya seperti disajikan berikut ini.
Arus Kas
Nama Proyek Nilai PI Nilai Proyek
Masuk Proyek
Proyek A 1.2 2.000,00 2.400,00
Proyek B 0.8 1.500,00 1.200,00
Proyek C 1.1 1.000,00 1.100,00
Jumlah 4.500,00 4.700,00
Prakiraan arus kas masuk proyek dihasilkan dengan mengalikan nilai PI dan Nilai Proyek.
Untuk mencari nilai PI gabungan adalah dengan membagi 4.700 / 4.500 = 1,044. Oleh
karena nilai PI gabungan lebih besar satu, maka secara gabungan ketiga proyek adalah
layak, sekalipun proyek B nilai PI-nya kurang dari satu.
c. Skenario Independence (saling bebas). Skenario ini, walaupun jarang dijumpai, digunakan
jika suatu Proyek A dianggap yang paling layak direalisasikan, tidak ada hubungan
dengan
Proyek B (atau proyek lainnya) yang juga layak direalisasikan. Apakah proyek. B akan
ditunda, dihapus, atau diikutsertakan akibat pembangunan Proyek A akan dipelajari
kemudian, karena dianggap tidak berkaitan.
d.
Skenario Capital Budget Constrain (Keterbatasan Finansial). Jika, ada beberapa proyek
yang layak untuk dibangun tetapi dana tidak mencukupi untuk membangun seluruh
proyek,
tentulah yang akan direalisasikan hanya satu atau beberapa proyek yang memenuhi syarat
saja, seperti: ketiga persyaratan di atas, ketersediaan dana, rencana sisa dana yang terkecil,
dan nilai NPV proyek yang paling baik.
Dengan menggunakan persyaratan tersebut, akan terdapat ada dua akibat, yaitu:
o Mendahulukan proyek atau proyek-proyek yang paling layak, tetapi menghapus
proyek
lainnya karena peluang untuk penundaan tidak ada.
e.
o Mendahulukan proyek-proyek yang paling layak, dan menunda proyek lain untuk
tahun-tahun mendatang.
Skenario Cost Effectiveness (Biaya Efektif). Pengurutan proyek- proyek dengan cara ini
didasarkan pada sumber daya yang mendesak untuk segera dimanfaatkan, seperti misalnya
tenaga kerja yang menganggur. Melihat kondisi pengangguran di negara kita, apalagi
setelah mengalami keadaan krisis multidimensi sejak akhir tahun 1997, tidak hanya
pemerintah, tetapi juga banyak perusahaan yang membantu masyarakat agar mendapatkan
pekerjaan. Seperti kita ketahui, besarnya tingkat pengangguran akan berdampak luas pada
meningkatnya kemiskinan dan kejahatan. Berikut ini adalah contoh pemilihan proyek-
proyek yang lebih menekankan kepada besarnya jumlah pekerja yang dapat diserap oleh
proyek-proyek tersebut.