Anda di halaman 1dari 50

VISUM ET REPERTUM &

DOKTER FORENSIK
SEBAGAI SAKSI AHLI

AGUS PURWADIANTO
Definisi VeR
• Laporan (jawaban) tertulis dokter yang berdasarkan
sumpah jabatan dan keilmuannya, tentang obyek
medik-forensik yang dilihat dan diperiksa atas
permintaan tertulis penyidik berwenang, untuk
kepentingan peradilan. Obyek medik-forensik ini
adalah manusia (hidup ataupun mati), bahagian
tubuh manusia maupun sesuatu yang diduga
bahagian tubuh manusia.
Implikasi
• SPV tertulis penyidik berwenang = syarat formal
utama
• Bukan perintah lisan
• Bukan penyelidik/pihaklain
– dugaan pelaku militer  SPV POM ABRI
– keluarga korban +/- SH/LSM / asuransi  SKM (medical
report).
• Obyek : manusia dan atau bahan tubuhnya
Implikasi :
• orang hidup : kedokteran forensik klinik 
dualisme kepentingan pasien – bukan pasien
• hak-hak otonomi, kerahasiaan, privasi, fidelity,
dll
• korban hidup (perlukaan)  ,
ditemani/diantar oleh polisi yang berwenang
(pasal 130 KUHAP)
Implikasi :
• orang mati  patologi forensik  sebab dan
mekanisme kematian korban
• spesialis IKF  terbiasa melakukan analisis sebab
kematian (dalam linear causality) saksi ahli dalam
perkara dugaan malpraktek kedokteran
• Untuk kepentingan peradilan
Penyidikan
• “tak ditemukan unsur pidana” pada mati wajar atau
tak ditemukan lagi tanda perlukaan, dapat
menyebabkan penyidik menutup kasusnya (SP3)
• pemanggilan dokter pembuatnya selaku saksi ahli
untuk dibuatkan BAP (pasal 216 KUHP)
• penuntutan : idem
persidangan pengadilan
• VeR tidak meyakinkan hakim sehingga tidak
dipergunakan sebagai alat bukti sebagaimana
KUHAP ps. 184
• “Alat bukti yang sah adalah : keterangan
saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan
keterangan terdakwa”.
Implikasi :
• Atau bila belum jelas atau ada kualifikasi alat bukti
lain yang diperlukan, dokter pembuatnya dapat
dipanggil sebagai saksi ahli di pengadilan
• oleh hakim sebagaimana KUHAP ps. 179 ayat 1 : “
…….yang diminta pendapatnya sebagai ahli, wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan”.
• Tujuan utama terciptanya keadilan
Atas dasar sumpah jabatan
• jaminan keter tertulis = benar (dasar legitimasi moral
keahliannya)
• kebebasan profesi : dokter tak boleh ditekan untuk
kepentingan selain kebenaran
• dokter mengusulkan memperkuat basis kebenaran
ilmiah yang dimungkinkan (dlm penegakan hak-hak
asasi manusia)
Atas dasar keilmuan
• Dokter = ahli
• berhak mengemukakan ekspertise =
kesimpulan
• POM ABRI (SK Pangab No. Kep/04/P/ II/1983
pasal 4 huruf c)
• provoost pembantu atasan yang berhak
menghukuml "ankum" (SK yang sama pasal 6
ayat c)
Pasal 6 KUHAP :
• setiap pejabat polisi negara RI yang diberi
wewenang khusus oleh UU
• Pangkat terendah (sesuai PP No. 27 Tahun
1983. pasal 2 ayat 1) peminta VeR : Pelda
• Format SKM = Ver - “Pro Justisia”
KFK = assessing physician 
sertifikasi medik
• Bukan treating physician
• PKT (pusat krisis terpadu)  domestic violence
(kekerasan dalam rumah tangga)  dokter wajib
moral mendorong korban
• korban perkosaan segera memeriksakan diri ke PKT
 sblm 3 hari pasca kejadian
– TERBAIK < 20 JAM
KETENTUAN DALAM UU
• KUHAP ps 184
Alat bukti yang sah adalah
• Keterangan Saksi
• Keterangan Ahli
• Surat
• Petunjuk
• Keterangan terdakwa
Bentuk Visum et Repertum

Pembukaan
Pendahuluan
Pemberitaan
Kesimpulan
Penutup
Format Visum et Repertum
• Bagian PEMBUKAAN
berisikan kata-kata

PRO JUSTITIA
UNTUK MENANDAKAN BAHWA DOKUMEN
INI ADALAH KHUSUS DIBUAT UNTUK
KEPENTINGAN PERADILAN
Format Visum et Repertum

• Bagian PENDAHULUAN
Memuat identitas
• Dokter pemeriksa
• Institusi tempat dokter bertugas
• Tanggal dan Tempat pemeriksaan
• Institusi Peminta pemeriksaan
• Objek (“korban”) pemeriksaan, sesuai uraian
identitas dalam Surat Permintaan
Pemeriksaan dari Penyidik
Format Visum et Repertum

• Bagian PEMBERITAAN

MEMUAT HASIL PEMERIKSAAN MEDIK


TENTANG KELAINAN YANG BERKAITAN
DENGAN PERKARA, DIURAIKAN SECARA RINCI
DAN OBJEKTIF
Format Visum et Repertum
• Bagian KESIMPULAN

MEMUAT KESIMPULAN DOKTER PEMERIKSA


(BERDASARKAN KEILMUANNYA) TENTANG
TEMUANNYA PADA PEMERIKSAAN.
SELALU “KAITKAN” DENGAN PASAL YANG
TERDAPAT DALAM KUHP
FormatVisum et Repertum
• Bagian PENUTUP
MEMUAT PENEGASAN BAHWA VISUM ET
REPERTUM INI DIBUAT DENGAN SEJUJUR-
JUJURNYA BERDASARKAN KEILMUAN YANG
DIMILIKI OLEH DOKTER TERSEBUT DI BAWAH
SUMPAH, SESUAI KETENTUAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG BERLAKU
Jenis V et R

V et R korban Hidup
V et R Perlukaan
V et R Kejahatan Susila
V et R Peracunan
V et R Jenazah
V et R Psikiatrik
Yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan V et R

• Lengkap dan Jelas


• Tidak menggunakan istilah/bahasa yang
hanya lazim bagi kalangan kedokteran
• Mengacu pada pasal yang terkait dalam
undang-undang
V et R perlukaan

• Memuat gambaran luka yang terdapat


• Menyimpulkan derajat/kualifikasi luka yang
dialami
– pasal 352 KUHP (Penganiayaan ringan)
– pasal 90 KUHP (luka berat), akibat tindak pidana ~
ps. 351, 353 dan 354
V et R kejahatan susila
• Pemeriksaan terhadap dugaan korban
– perkosaan
– persetubuhan terhadap wanita tak berdaya
– persetubuhan terhadap wanita belum cukup umur
• Yang dapat ditentukan oleh dokter:
– ada tidaknya persetubuhan (kapan?)
– ada tidaknya tanda kekerasan
– keadaan korban (tidak berdaya?)
– perkiraan umur
V et R peracunan
• Pembuktian adanya racun dalam tubuh yang
telah bekerja secara sistemik

• Perkiraan telah berapa lama terjadi


V et R jenazah
• Menentukan sebab mati korban tindak pidana
melalui autopsi forensik
• Kadangkala memerlukan pemeriksaan
tambahan/laboratorium
• Bila permintaan pemeriksaan dari penyidik
tidak berupa permintaan autopsi, sebab mati
korban TIDAK DAPAT DITENTUKAN
V et R psikiatrik
• Dibuat dalam rangka mengevaluasi
keadaan kejiwaan/kesehatan mental
seorang tersangka/tertuduh
• Evaluasi dilakukan oleh dokter spesialis
psikiatri melalui observasi yang meliputi
jangka waktu tertentu
PRINSIP KERJA
DOKTER FORENSIK
INPUT PROSES
•Tubuh/bag tbh Penalaran Ilmiah
OUTPUT
(pelaku/korban) Dokumentasi •Visum et Repertum
•SpF (std profesi) Koordinasi •Keterangan ahli
•Sarana Prasarana ADMINISTRATIF • Ekspertis lain2
•Pembiayaan

Lembaga Pribadi
SAKSI AHLI
“ SETIAP ORANG YANG DIMINTA PENDAPATNYA
SEBAGAI AHLI KEDOKTERAN KEHAKIMAN
ATAU DOKTER ATAU AHLI LAINNYA WAJIB
MEMBERIKAN KETERANGAN AHLI DEMI
KEADILAN ”

KUHAP PASAL 179


DASAR HUKUM
• KUHAP 185 ayat 1:
Keterangan saksi sbg alat bukti– apa yg saksi
nyatakan disidang pengadilan.
• KUHAP 186 ayat 1:
Keterangan ahli—apa yg ahli nyatakan di
pengadilan
Visum Et Repertum

PEMBERITAAN KESIMPULAN

Faktual Material Opini

Subyekto-obyektivitas
Obyektivitas

“Pengganti benda bukti” Tampilan Linear causality


OBYEK PENALARAN
SAKSI AHLI
Fakta : sudah diolah nalar shg menjadi unit yg
utuh, obyektif, self evidences, sui generis. 
Temuan : belum diolah sesuai nalar ilmiah,
inkoheren 
Pengolahan : sesuai prinsip ilmiah oleh ahli yg
sah
Penalaran : linear causality
SAKSI Vs SAKSI AHLI
SAKSI SAKSI AHLI
TIDAK HARUS MEMILIKI KEAHLIAN
HARUS MEMILIKI KEAHLIAN TERTENTU
TERTENTU

TIDAK HARUS, DAPAT MEMPELAJARI


HARUS MENGALAMI (INDERAWI) BUKTI-BUKTI DAN MEMBERIKAN
KETERANGAN SESUAI KEAHLIANNYA

SATU SAKSI BUKAN SAKSI SATU SAKSI PRODUSEN ALAT BUKTI SAH

TAK ADA PEER GROUP ADA, BAHKAN LINTAS DISIPLIN


DOKTER FORENSIK SEBAGAI
SAKSI AHLI

• TERKAIT VISUM YANG DIBUAT


– DPT JUGA DI LUAR VER YG DIBUAT 
PERTANYAAN HIPOTETIK HAKIM
• SBG SAKSI AHLI BANDING (A DE CHARGE)
 Dalam penyampaian tidak hanya
“sekedar beda”
Saksi a de Charge/Saksi Ahli
Banding
• KUHAP 180 ayat 2 :
• Bila timbul keberatan d terdak wa/ penasehat
hukum thdp hsl ket ahli (ayat 1)– hakim meme
rintahkan penelitian ulang(ayat 3
• Yg dpt dilakukan oleh instansi semula dg
komposisi personil berbeda dan instansi lain
Ciri Profesi Luhur
L’esprit de corpse = nahi mungkar
• Virtue : aktor yg peniup peluit/jaga gawang profesi
 konsisten berani menegur TS yg “mulai
menyimpang”/”bermasalah” (self discipliner) sbg
pertobatan profesi
• Deon : kewajiban utk menjaga martabat profesi sbg
perbuatan kebenaran & mulia sehingga terjaga
reputasi/bonafiditas profesi
• Teleo : tujuan jadi Dr bukan pelindung TS (silent
conspiracy/KKN/ koncoisme) yang “nakal”,
komersial, pelanggar disiplin, hukum dan etik
Federal Rule of Evidence
Article VII
Rule 702. Testimony by Experts
• If scientific, technical, or other specialized
knowledge will assist the trier of fact to
understand the evidence or to determine a
fact in issue, a witness qualified as an expert
by knowledge, skill, experience, training, or
education, may testify thereto in the form of
an opinion or otherwise, if : (1), (2), (3) ....
Rule 702. Testimony by
Experts

• ...... if (1) the testimony is based upon


sufficient facts or data, (2) the testimony
is the product of reliable principles and
methods, and (3) the witness has applied
the principles and methods reliably to
the facts of the case.
PRINSIP PENJELASAN
KESAKSIAN AHLI

Hipotetik Konkrit
•Prinsip ilmiah PROSES • Kasus konkrit
•Kajian teoretik Penyidikan
• Faktual + Opini
pendasaran kasus Penuntutan ?
Persidangan

Membuat terang
+ KEYAKINAN HAKIM
perkara

Alat bukti sah


FUNGSI SAKSI AHLI
• membuat terang perkara (penyidikan,
pengadilan, penuntutan ?) - menimbulkan
keyakinan hakim melalui upaya pembuktian
ilmiah dengan menghasilkan alat bukti surat
dan/atau keterangan ahli
• Pengertian etis : SpF pasif - penyidik/hakim
aktif
CARA KERJA SAKSI AHLI
• 1. Melalui fakta obyektif - bagian pemberitaan
VeR/SKM
•     Menyajikan / mendokumentasikan fakta-
fakta baru hasil inferensial sebab (pelaku) -
akibat (korban) dengan menggunakan teknik
terbaru yg diakui hukum 
• 2. Melalui kesimpulan VeR/SKM : Ada unsur
subyekto-objektif yg nalar inferensinya.
TUJUAN Kerja SAHLI
Memberikan kebenaran medik-forensik dlm btk
alat bukti sah 
Penentu utk keutuhan terrtinggi validitas bukti
tubuh manusia 
• 1. Sp Forensik sebagai manager 
• 2. Sp Forensik sebagai ahli perorangan
pertanyaan :
SpF seyogyanya pasif- responsif atau (pro)
aktif ?
• bila aktif, seberapa jauh ikut SpF "membantu"
penyidik ?
• imparsialitas - independen :
– kelembagaan
– Pribadi SpF
PENDAYAGUNAAN (1)
Mendayagunakan dalam arti memperbesar
"peran" saksi ahli 
• 1. Persuasi koordinatif ke penyidik sebagai
forum konsultatif dalam pemeriksaan /
penalaran / pendokumentasian benda bukti
(tubuh manusia)
– “keterlibatan di TKP” cq responsif itu baik :
 namun jangan partisan
pendayagunaan (2)
• 2. Peer review antar (beberapa) SpF -
konsultasi horisontal + konsultasi vertikal ke
subspesialis SpF - via CPD profesi :
tanggungjawab akhir siapa ?
• 3.  Peer review lintas disiplin - mis sesama AFI 
•        "membuat terang perkara bagi SpF" ?
•        "menambah keyakinan SpF ?"
SAKSI AHLI BANDING
• Ciri : untuk meringankan tersangka /
terdakwa 
– Perbedaan iptekdok
– Perbedaan pengalaman
– Perbedaan penalaran
• Karena alat bukti sah (surat/VeR) - termasuk
bagian kesimpulannya - dianggap
memberatkan (tidak obyektif) ybs
CARA AJUKAN SAHLI
BANDING
• Pihak peminta banding (tahap penyidikan) yg
sah ? PENYIDIK YG SAMA atau BEDA ?
– ATAS PERMINTAAN pengacara pelaku ?
– A/P Pengacara korban ?
• Yg diminta ? SpF LAINNYA
– 1 institusi yg sama ? Atau beda ?
• Kapan ?
• Banding atas banding ?
CARA BANDING
• Mengulang seluruh proses pemeriksaan +
pendokumentasian ? Atau sebagian ?
• Bagian mana VeR yg dibanding ? Semua atau
sebagian ?
– bagian pemberitaan VeR tidak boleh (artinya
harus diterima sbg fakta yg sama ?). 
– Bagian kesimpulan VeR dapat berbeda
INDEPENDENSI SpF
• 1. Yang terlibat/dilibatkan pada TKP 
• 2. Yang terlibat/dilibatkan pada forum
konsultasi/koordinasi
• 3. Yang "bebas" - hanya menerima benda
bukti tubuh/bagian tubuh resmi dari penyidik.
Kesimpulan
• VeR maupun keterangan ahli merupakan produk
ilmiah SpF sbg ahli
• Pendayagunaan peran saksi ahli dalam VeR
maupun keterangan ahli disikapi secara limitatif
sesuai dengan etika SpF yg mengedepankan
prinsip imparsial independen
• Peran sbg sahli banding juga tidak terlepas dari
tujuannya & pelaksanaannya tetap patuh pada
tanggungjawab profesi

Anda mungkin juga menyukai