Anda di halaman 1dari 23

EUTANASIA DAN TRANSFUSI DARAH

DALAM
PANDANGAN AGAMA

Oleh
M. Nurul Huda, S.IP., MM.
DEFINISI
EUTANASIA

 Eutanasia (Bahasa Yunani: ευθανασία -ευ, eu


yang artinya "baik", dan θάνατος, thanatos yang
berarti kematian) adalah praktik pencabutan
kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang
dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau
menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya
dilakukan dengan cara memberikan suntikan
yang mematikan.
EUTANASIA DITINJAU DARI SUDUT CARA PELAKSANAANNYA
 Bila ditinjau dari cara pelaksanaannya, eutanasia dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
eutanasia agresif, eutanasia non agresif, dan eutanasia pasif.
 Eutanasia agresif, disebut juga eutanasia aktif, adalah suatu tindakan secara sengaja yang
dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk mempersingkat atau mengakhiri
hidup seorang pasien. Eutanasia agresif dapat dilakukan dengan pemberian suatu senyawa yang
mematikan, baik secara oral maupun melalui suntikan. Salah satu contoh senyawa mematikan
tersebut adalah tablet sianida.
 Eutanasia non agresif, kadang juga disebut eutanasia otomatis (autoeuthanasia) digolongkan
sebagai eutanasia negatif, yaitu kondisi dimana seorang pasien menolak secara tegas dan
dengan sadar untuk menerima perawatan medis meskipun mengetahui bahwa penolakannya
akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Penolakan tersebut diajukan secara resmi
dengan membuat sebuah "codicil" (pernyataan tertulis tangan). Eutanasia non agresif pada
dasarnya adalah suatu praktik eutanasia pasif atas permintaan pasien yang bersangkutan.
 Eutanasia pasif dapat juga dikategorikan sebagai tindakan eutanasia negatif yang tidak
menggunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan seorang pasien.
Eutanasia pasif dilakukan dengan memberhentikan pemberian bantuan medis yang dapat
memperpanjang hidup pasien secara sengaja. Beberapa contohnya adalah dengan tidak
memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam pernapasan, tidak
memberikan antibiotika kepada penderita pneumonia berat, meniadakan tindakan operasi yang
seharusnya dilakukan guna memperpanjang hidup pasien, ataupun pemberian obat penghilang
rasa sakit seperti morfin yang disadari justru akan mengakibatkan kematian. Tindakan
eutanasia pasif seringkali dilakukan secara terselubung oleh kebanyakan rumah sakit.
EUTANASIA DITINJAU DARI SUDUT TUJUAN

Beberapa tujuan pokok dari dilakukannya


eutanasia antara lain yaitu :
 Pembunuhan berdasarkan belas kasihan

(mercy killing)
 Eutanasia hewan

 Eutanasia berdasarkan bantuan dokter, ini

adalah bentuk lain daripada eutanasia agresif


secara sukarela
SEJARAH EUTANASIA
 Asal-usul kata eutanasia
 Kata eutanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu "eu" (=
baik) and "thanatos" (maut, kematian) yang apabila
digabungkan berarti "kematian yang baik". Hippokrates
pertama kali menggunakan istilah "eutanasia" ini pada "
sumpah Hippokrates" yang ditulis pada masa 400-300 SM.
 Sumpah tersebut berbunyi: "Saya tidak akan
menyarankan dan atau memberikan obat yang mematikan
kepada siapapun meskipun telah dimintakan untuk itu".
 Dalam sejarah hukum Inggris yaitu common law sejak
tahun 1300 hingga saat "bunuh diri" ataupun "membantu
pelaksanaan bunuh diri" tidak diperbolehkan
EUTANASIA MENURUT AJARAN AGAMA
 Dalam ajaran gereja Katolik Roma
 Sejak pertengahan abad ke-20, gereja Katolik telah
berjuang untuk memberikan pedoman sejelas mungkin
mengenai penanganan terhadap mereka yang menderita
sakit tak tersembuhkan, sehubungan dengan ajaran
moral gereja mengenai eutanasia dan sistem penunjang
hidup. Paus Pius XII, yang tak hanya menjadi saksi dan
mengutuk program-program egenetika dan eutanasia
Nazi, melainkan juga menjadi saksi atas dimulainya
sistem-sistem modern penunjang hidup, adalah yang
pertama menguraikan secara jelas masalah moral ini dan
menetapkan pedoman. Pada tanggal 5 Mei tahun 1980 ,
LANJUTAN ……………..
 Kongregasi Ajaran Iman telah menerbitkan Dekalarasi tentang
eutanasia ("Declaratio de euthanasia") [20] yang menguraikan
pedoman ini lebih lanjut, khususnya dengan semakin meningkatnya
kompleksitas sistem-sistem penunjang hidup dan gencarnya promosi
eutanasia sebagai sarana yang sah untuk mengakhiri hidup. Paus
Yohanes Paulus II, yang prihatin dengan semakin meningkatnya
praktik eutanasia, dalam ensiklik Injil Kehidupan (Evangelium Vitae)
nomor 64 yang memperingatkan kita agar melawan "gejala yang
paling mengkhawatirkan dari `budaya kematian' dimana jumlah
orang-orang lanjut usia dan lemah yang meningkat dianggap sebagai
beban yang mengganggu." Paus Yohanes Paulus II juga menegaskan
bahwa eutanasia merupakan tindakan belas kasihan yang keliru, belas
kasihan yang semu: "Belas kasihan yang sejati mendorong untuk ikut
menanggung penderitaan sesama. Belas kasihan itu tidak membunuh
orang, yang penderitaannya tidak dapat kita tanggung" (Evangelium
Vitae, nomor 66)[21][22]
DALAM AJARAN AGAMA HINDU
 Pandangan agama Hindu terhadap euthanasia adalah
didasarkan pada ajaran tentang karma, moksa dan ahimsa
.
 Karma adalah merupakan suatu konsekwensi murni dari
semua jenis kehendak dan maksud perbuatan, yang baik
maupun yang buruk, lahir atau bathin dengan pikiran
kata-kata atau tindakan. Sebagai akumulasi terus
menerus dari "karma" yang buruk adalah menjadi
penghalang "moksa" yaitu suatu ialah kebebasan dari
siklus reinkarnasi yang menjadi suatu tujuan utama dari
penganut ajaran Hindu.
 Ahimsa adalah merupakan prinsip "anti kekerasan" atau
pantang menyakiti siapapun juga.
LANJUTAN ……
 Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang terlarang di dalam ajaran Hindu
dengan pemikiran bahwa perbuatan tersebut dapat menjadi suatu factor
yang mengganggu pada saat reinkarnasi oleh karena menghasilkan "karma"
buruk. Kehidupan manusia adalah merupakan suatu kesempatan yang
sangat berharga untuk meraih tingkat yang lebih baik dalam kehidupan
kembali.
 Berdasarkan kepercayaan umat Hindu, apabila seseorang melakukan bunuh
diri, maka rohnya tidak akan masuk neraka ataupun surga melainkan tetap
berada didunia fana sebagai roh jahat dan berkelana tanpa tujuan hingga ia
mencapai masa waktu dimana seharusnya ia menjalani kehidupan (Catatan :
misalnya umurnya waktu bunuh diri 17 tahun dan seharusnya ia ditakdirkan
hidup hingga 60 tahun maka 43 tahun itulah rohnya berkelana tanpa arah
tujuan), setelah itu maka rohnya masuk ke neraka menerima hukuman lebih
berat dan akhirnya ia akan kembali ke dunia dalam kehidupan kembali
(reinkarnasi) untuk menyelesaikan "karma" nya terdahulu yang belum
selesai dijalaninya kembali lagi dari awal
DALAM AJARAN AGAMA BUDDHA
 Ajaran agama Buddha sangat menekankan kepada makna dari
kehidupan dimana penghindaran untuk melakukan
pembunuhan makhluk hidup adalah merupakan salah satu
moral dalam ajaran Budha. Berdasarkan pada hal tersebut di
atas maka nampak jelas bahwa euthanasia adalah sesuatu
perbuatan yang tidak dapat dibenarkan dalam ajaran agama
Budha. Selain daripada hal tersebut, ajaran Budha sangat
menekankan pada "welas asih" ("karuna")
 Mempercepat kematian seseorang secara tidak alamiah adalah
merupakan pelanggaran terhadap perintah utama ajaran Budha
yang dengan demikian dapat menjadi "karma" negatif kepada
siapapun yang terlibat dalam pengambilan keputusan guna
memusnahkan kehidupan seseorang tersebut. [24]
DALAM AJARAN GEREJA ORTODOKS
 Pada ajaran Gereja Ortodoks, gereja senantiasa
mendampingi orang-orang beriman sejak kelahiran
hingga sepanjang perjalanan hidupnya hingga kematian
dan alam baka dengan doa, upacara/ritual, sakramen,
khotbah, pengajaran dan kasih, iman dan pengharapan.
Seluruh kehidupan hingga kematian itu sendiri adalah
merupakan suatu kesatuan dengan kehidupan gerejawi.
Kematian itu adalah sesuatu yang buruk sebagai suatu
simbol pertentangan dengan kehidupan yang diberikan
Tuhan. Gereja Ortodoks memiliki pendirian yang sangat
kuat terhadap prinsip pro-kehidupan dan oleh karenanya
menentang anjuran eutanasia.
DALAM AJARAN ISLAM
 disetarakan dengan membunuh dirinya sendiri.
 Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir
al-maut (eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan
kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit,
karena kasih sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si
sakit, baik dengan cara positif maupun negatif.
 Pada konferensi pertama tentang kedokteran Islam di Kuwait
tahun 1981, dinyatakan bahwa tidak ada suatu alasan yang
membenarkan dilakukannya eutanasia ataupun pembunuhan
berdasarkan belas kasihan (mercy killing) dalam alasan apapun
juga .
MENURUT FATWA ULAMA
 Dalam islam, hidup merupakan ketentuan yang menjadi
hak prerogatif Tuhan, selaras dengan apa yang
disampaikan oleh KH. Masdar Farid Mas’udi, salah
seorang ketua PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama).
Beliau mengatakan bahwa meskipun secara jelas atau
lahiriah bahwa kita menguasai diri kita sendiri, tapi kita
sebenarnya bukan pemilik penuh atas diri kita sendiri.
Untuk itu, kita harus juga tunduk pada aturan-aturan
tertentu yang kita imani sebagai aturan Tuhan. Setiap
manusia tidak memiliki hak untuk mengakhiri hidupnya,
karena masalah hidup dan mati adalah kekuasaan mutlak
Tuhan yang tidak bisa diganggu gugat oleh manusia.
LANJUTAN …………….
 Agama Islam sangat menghargai jiwa manusia. Walaupun
hak seorang untuk hidup dan mati diakui oleh Islam, tetapi ia
adalah anugerah Allah SWT. Sebagai makhluknya kita
seharusnya untuk menghormati dan memelihara jiwa
manusia (hifzh al nafs), hal ini dijelaskan pada firman Allah
yang tertulis pada ayat ke 23 surat Al-Hijr dan ayat ke 66
surat Al Hajj. Umat muslim diwajibkan untuk menyerahkan
urusan kepada Allah Ta'ala, baik ibadah, hidup maupun mati.
 Hal ini dikarenakan sesuai dengan Surat Al-An’am ayat ke
162, karena Allah SWT yang memberi kehidupan kepada
manusia dan yang mencabutnya apabila telah tiba waktu
yang telah ditetapkanNya. Pada tanggal 23 Oktober 2004,
LANJUTAN ……………….
 Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa
yang isinya pengharaman terhadap tindakan
eutanasia. "Eutanasia, menurut fatwa kita tidak
diperkenankan, karena itu kan melakukan
pembunuhan." kata KH Ma`ruf Amin, Ketua Komisi
Fatwa MUI di Jakarta. Pada kasus Agian setelah
kurang lebih 5 bulan dari pengajuan eutanasia ke PNJ
dan setelah menjalani perawatan intensif maka
kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005) telah
mengalami kemajuan dalam pemulihan kesehatannya.
Penderitaan dan cobaan merupakan bagian dari
kehidupan yang telah Allah rencanakan.
TRANSFUSI DARAH

 Transfusi darah adalah proses menyalurkan


darah atau produk berbasis darah dari satu orang
ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi
darah berhubungan dengan kondisi medis seperti
kehilangan darah dalam jumlah besar disebabkan
trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya
organ pembentuk sel darah merah.
TRANSFUSI DARAH DALAM ISLAM
AL-QUR’AN
 Artinya:”Sesungguhnya Allah Hanya mengharamkan
bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang
yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.
tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya
dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada
dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”(Q.S Al-Baqarah 173)
  
AL-HADITS
‫صلَّى‬َ ‫ي‬ ُ ‫يك قَا َل أَتَي‬
َّ ‫ْت النَّ ِب‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا َح ْفصُ ب ُْن ُع َم َر النَّ َم ِريُّ َح َّدثَنَا ُش ْعبَةُ َع ْن ِزيَا ِد ْب ِن ِعاَل قَةَ َع ْن أُ َسا َمةَ ْب ِن َش ِر‬ 

‫ا هُنَا‬€َ‫ا َوه‬€َ‫ا هُن‬€َ‫ ه‬€‫ ِم ْن‬€‫ اأْل َ ْع َرا ُب‬€‫ فَ َجا َء‬€‫م قَ َع ْد ُت‬€َّ ُ‫ت ث‬
ُ ‫لَّ ْم‬€‫ ِه ْم الطَّ ْي ُر فَ َس‬€‫ى ُر ُءو ِس‬€َ‫ما َعل‬€َ َّ‫ َحابَهُ َكأَن‬€‫ص‬ ْ َ‫لَّ َم َوأ‬€‫ َو َس‬€‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬
َ ‫ إِاَّل َو‬€‫ َدا ًء‬€‫ض ْع‬
ِ ‫ َغ ْي َر َدا ٍء َو‬€‫ َد َوا ًء‬€‫ لَ ُه‬€‫ض َع‬
‫اح ٍد‬ َ َ‫ ي‬€‫ل لَ ْم‬€َّ ‫ن هَّللا َ َع َّز َو َج‬€َّ ِ‫تَ َدا َو ْوا فَإ‬€‫ُول هَّللا ِ أَنَتَ َدا َوى فَقَا َل‬
َ €‫ا َرس‬€َ‫فَقَالُوا ي‬
)‫ْالهَ َر ُم (رواه ابي داوود‬

 Artinya:” Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Umar An Namari telah
menceritakan kepada kami Syu'bah dari Ziyad bin 'Ilaqah dari Usamah bin
Syarik ia berkata, "Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam dan para sahabatnya, dan seolah-olah di atas kepala mereka
terdapat burung. Aku kemudian mengucapkan salam dan duduk, lalu ada
seorang Arab badui datang dari arah ini dan ini, mereka lalu berkata,
"Wahai Rasulullah, apakah boleh kami berobat?" Beliau menjawab:
"Berobatlah, sesungguhnya Allah 'azza wajalla tidak menciptakan penyakit
melainkan menciptakan juga obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu pikun."
(H.R Abu Dawud)
PANDANGAN ULAMA’
 Berdasarkan kaidah hukum Fiqh Islam yang
berbunyi:
‫ المل فى الشياء االباحة حت ّى يدل ال ّدليل على تحريمها‬
 Artinya: Bahwasanya pada prinsipnya segala
sesuatu boleh hukumnya kecuali kalau ada dali
yang mengaramkannya.
KAIDAH FIQH
 Namun pendapat yang paling kuat adalah bahwa jual beli darah manusia itu tidak etis
disamping bukan termasuk barang yang dibolehkan untuk diperjual belikan karena termasuk
bagian manusia yang Allah muliakan dan tidak pantas untuk diperjual belikan, karena
bertentangan dengan tujuan dan misi semula yang luhur, yaitu amal kemanusiaan semata,
guna menyelamatkan jiwa sesama manusia. Rasulullah bersabda dalam hadist Ibnu Abbas
ra : “Sesungguhnya jika Allah mengharamkan sebuah kaum untuk memakan sesuatu maka
Allah akan haramkan harganya."[4]
 Persyaratan dibolehkannya tranfusi darah itu berkaitan dengan masalah medis, bukan
masalah agama. Persyaratan medis ini harus dipenuhi karena adanya kaidah-kaidah hukum
Islam sebagai berikut:
 1.      ‫ل‬2‫ضرريزا‬22‫ لا‬Artinya bahaya itu harus dihilangkan (dicegah). Misalnya bahaya kebutaan
harus dihindari dengan berobat dan sebagainya.
 2.      ‫ضرر‬22‫ا‬22‫ب‬
‫ل ل‬2‫يزا‬2‫ضرر ال‬22‫ لا‬Artinya bahaya itu tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lain
[lebih besar bahayanya] .misalnya seorang yang memerlukan tranfusi darah karena
kecelakaan lalu lintas, atau operasi, tidak boleh me-nerima darah orang yang menderita
AIDS, sebab bisa mendatang-kan bahaya yang lebih besar/berakibat fatal.
 3.      ‫رار‬2‫ضرر وال ض‬2‫ ال‬Artinya tidak boleh membuat mudarat kepada dirinya sendiri dan tidak
pula membuat mudarat kepada orang lain, misalnya seorang pria yang impotent atau terkena
AIDS tidak boleh kawin sebelum sembuh.  
TERUSANNYA ……………..
 Apabila terdapat padanya maslahat dan tidak menimbulkan kemudharatan
yang dapat membahayakan dirinya, maka donor darah tidak terlarang. Bahkan
padanya terdapat pahala dan keutamaan, sebagaimana yang termaktub dalam
kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. QS 99:78, “Barangsiapa yang beramal
dengan sebiji debu kebaikan maka dia akan melihatnya, dan barangsiapa
yang beramal dengan sebiji debu kejelekan maka dia akan melihatnya”.
 Hukum fikih sangat terkait dengan praktek/amal bukan dengan zat. Sedekah
kepada orang kafir diperbolehkan, berbuat kebajikan kepada orang kafir juga
disyariatkan Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam berkata:" Pada
setiap yang memiliki nyawa dan hati terdapat ganjaran pahala (dalam hal
berbuat kebajikan)”. Sebagaimana dalam sebuah hadis seorang wanita pada
masa bani Israel masuk surga karena memberi minum seekor anjing. Oleh
karena itu boleh saja hukumnya donor darah kepada orang-kafir, terlebih lagi
jika ada hubungan kerabat seperti terhadap orang tua ,mahramnya dan yang
lainnya.dengan demikian hukum-hukum syariat selalau terkait dengan af'al
bukan dengan zawat
PENUTUP

Kesimpulan
1. eutanasia hukumnya haram
2. transfusi darah hukumnhya boleh
walaupun darahnya untuk orang kafir

Anda mungkin juga menyukai