Anda di halaman 1dari 74

Case Report Session

RINOSINUSITIS
KRONIK DENGAN
POLIP NASI
Oleh :
Rara Avira Viandini 2040312052
Shohwahtul Ishlah 2040312028
Zahra Nadya 1940312125

Preseptor : dr. Rossy Rosalinda, Sp.THT-KL (K), FICS


01
PENDAHULUA
N
You can enter a subtitle here if you need it
RHINOSINUSITIS

EPOS 2020
RS: inflamasi pada rongga hidung dan sinus paranasal

Karakteristik Rhinosinusitis terdapat 2 atau lebih gejala, dengan salah satu gejalanya:
- hidung tersumbat / keluarnya cairan dari hidung (anterior / post nasal drip) dengan
- gejala lainnya: nyeri atau penekanan pada wajah dan penurunan fungsi penciuman

Waktu kejadiannya, rhinosinusitis terbagi 2:


1. Rhinosinusitis akut (RSA)  bila peradangan berlangsung selama <12 minggu sejak munculnya
gejala hingga gejala tersebut hilang
2. Rhinosinusitis kronis (RSK)  bila peradangan berlangsung selama ≥12 minggu
Rinosinusitis
 penyakit terbanyak pada sinus paranasal
yang menyerang 14% atau sekitar 31 juta
orang dewasa setiap tahunnya.
 RSK merupakan salah satu kondisi kronis
terbanyak yang prevalensinya lebih tinggi
disbanding asma, penyakit jantung, diabetes,
atau nyeri kepala.

Penyebab utamanya selesma (common cold)


yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya
dapat diikuti oleh infeksi bakteri.
Faktor predisposisi rhinosinusitis :
polip nasal yang timbul pada rinitis alergika, polip dapat memenuhi
rongga hidung dan menyumbat sinus.

Gejala utama polip  sumbatan di hidung yang menetap dan semakin lama
semakin berat keluhannya, hal ini dapat mengakibatkan hiposmia sampai
anosmia.
Polip nasi
 massa edematous yang lunak berwarna putih
atau keabu-abuan yang terdapat di dalam
rongga hidung dan berasal dari pembengkakan
mukosa hidung atau sinus.
 Etiologi dan patogenesis dari polip nasi belum
diketahui secara pasti. Penting untuk dapat
mengenali gejala dan tanda polip nasi untuk
mendapatkan diagnosis dan pengelolaan yang
tepat.
TABLE OF CONTENTS
Tujuan
Metode Penulisan
01 Penulisan 02
Untuk membahas kasus terkait Studi kepustakaan yang
rhinosinusitis kronis dengan polip merujuk pada berbagai
dan membandingkan dengan literatur.
teori yang ada.
02
TINJAUAN
PUSTAKA
You can enter a subtitle here if you need it
Rhinosinusitis Kronis
Hidung luar
Hidung dalam
KOM : Kompleks
Osteomeatal
Sinus Paranasal
1. Rinosinusitis (EPOS 2012) 
• inflamasi pada hidung dan sinus paranasal
• dua atau lebih gejala, salah satunya harus berupa hidung tersumbat/
obstruksi/ kongesti atau nasal discharge (anterior/posterior nasal drip),
nyeri atau tekanan pada wajah, penurunan atau menghilangnya daya
penghidu.
• endoskopi : polip hidung dan atau mukopurulen dari meatus medius dan
atau edema pada meatus medius dan berdasarkan perubahan CT scan
ditemukan mukosa yang berubah diantara ostiomeatal complex dan atau
sinus
• RSK  lebih dari 12 minggu, dengan polip atau tanpa polip
• mengenai 15,5% populasi Amerika Serikat, menduduki perinkat
kedua terbanyak diantara penyakit kronis lainnya
• wanita : pria = 6 : 4
• angka kejadian meningkat seiring bertambah usia 20-29
th ( 2,7%) 50-59 (6,6%)
1. Kondisi dan faktor yang berperan pada rinosinusitis kronik :
 kelainan anatomi yang mempengaruhi kompleks osteomeatal seperti
septum deviasi, konka bulosa, deviasi prosesus uncinatus.
 Rhinitis alergi sebagai factor predisposisi dari rinosinusitis dimana terjadi
edema mukosa dan hipersekresi, keadaan ini akan menimbulkan
penyumbatan muara sinus mengakibatkan stasis sekret.
 Nasal polip dapat menekan komplek osteomeatal.Polip mengakibatkan
terjadinya kerusakan silia sehingga terjadi penurunan produksi dan aliran
mucus akibatnya terjadi stasis yang berlanjut menjadi rinosinusitis.
• Kegagalan transpor mukus dan menurunnya ventilasi.
• Inflamasi mukosa hidungpembengkakan (udem) dan eksudasi
obstruksi (blokade) ostium sinus  gangguan ventilasi dan
drainase,resorpsi oksigen dlm rongga sinus hipoksia (oksigen
menurun,pH menurun,tekanan negatif)permeabilitas kapiler
meningkat  transudasi,peningkatan eksudasi serous,penurunan
fungsi silia retensi sekresi di sinus atau pertumbuhan kuman.
Keluhan subjektif :
• obstruksi nasal
• sekret nasal (anterior dan/posterior)
• abnormalitas penciuman dan
• nyeri tekan fasial (difus dan fluktuatif)
• Berdasarkan EP3SOS 2007, dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
• Anamnesis :

○ Buntu hidung, kongesti atau sesak

○ Sekret hidung / post nasal drip, umumnya mukopurulen

○ Nyeri wajah / tekanan, nyeri kepala dan

○ Penurunan / hilangnya penciuman

○ Keluhan berlangsung > 12 minggu


Pemeriksaan fisik

○ udem konka, hiperemi,

○ sekret (nasal drip),

○ krusta,

○ deviasi septum,

○ tumor atau polip


Pemeriksaan penunjang:
○Transiluminasi, merupakan
pemeriksaan sederhana terutama
untuk menilai kondisi sinus maksila.

○Endoskopi nasal, dapat menilai


kondisi rongga hidung, adanya sekret,
patensi kompleks ostiomeatal, ukuran
konka nasi, udem disekitar orifisium
tuba, hipertrofi adenoid dan
penampakan mukosa sinus

○Radiologi, meliputi X-ray posisi


Water, CT-scan, MRI dan USG. CT-
scan
 terapi medikamentosa  kembalinya fungsi drainase ostium sinus
dengan mengembalikan kondisi normal rongga hidung
 dapat dilakukan dengan melakukan pelembaban untuk
mengurangi/menghilangkan udem mukosa serta mengembalikan fungsi
transpor mukosiliar.
 saline nasal spray, humidifikasi dan pemberian mukolitik
○ Dekongestan  agonis reseptor α-adrenergik,yang dapat menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh kapiler mukosa rongga hidung sehingga mengurangi udem dan menghilangkan
sumbatan hidung

○ Kortikosteroid topikal  dapat mengurangi inflamasi dan mengurangi sensitifitas reseptor


kolinergik mukosa rongga hidung sehingga mengurangi sekresi.

○ antihistamin  pada RSK dengan faktor resiko alergi. Antihistamin klasik punya efek anti
kolinergik yang mengurangi sekresi kelenjar. Dampak nya mengentalnya mukus sehingga
mengganggu drainase. Untuk menghindari efek kolinergik  antihistamin generasi II
(loratadin,setirizin,terfenadin)

Medikamentosa
Pembedahan: ○ Intranasal, ekstranasal
 Sinus maksila:
○ Frontal sinus septoplasty
○ Irigasi sinus (antrum lavage)
○ Fronto-etmoidektomi
○ Nasal antrostomi  Sinus sfenoid :

○ Operasi Caldwell-Luc ○ Trans nasal


 Sinus etmoid:
○ Trans sfenoidal
○ Etmoidektomi intranasal,  FESS (functional endoscopic sinus
eksternal dan transantral surgery),
 Sinus frontal:
Alur penatalaksaan menurut EPSOS 2012 dibagi menjadi 2 yaitu untuk dokter
layanan primer atau dokter spesialis non tht dan untuk dokter spesialis tht
 Intra Orbita :

 selulitis periorbita,
 Intra Kranial
 selulitis orbita,
 Meningitis
 abses periorbita,
 Abses epidural / subdural
 abses orbita,
 Abses otak
 trombosis sinus kavernosus.
 Serebritis

 Trombosis sinus kavernosus


 Quo ad Vitam : bonam
 Quo ad Sanam : dubia at malam
 rinosinusitis kronis dapat menjadi penyebab morbiditas yang signifikan.
 Jika tidak ditangani, itu dapat mengurangi kualitas hidup dan produktivitas penderita
Polip Nasal
definisi

Massa lunak yang mengandung


banyak cairan di dalam rongga
hidung, berwarna putih keabu-
abuan, yang terjadi akibat
inflamasi kronik.
Epidemiologi

Anak-anak Di AS: Dewasa di AS: 1-


0,1% 4%

Secara Dewasa pada


internasional, umur > 20 thn
insiden di seluruh Terbanyak umur
dunia=di AS 40 thn

Laki:prempuan 2-
4:1
Etiopatogenesis

Disfungsi
Inflamasi Predisposis
saraf
Kronik i genetik
otonom
Inflamasi Kronik Peningkatan
penyerapan
natrium oleh
Perubahan permukaan sel
mukosa epitel

Polip
Prolaps Retensi air
submukosa,
diikuti oleh
reepitalisasi
dan
pembentukan
kelenjar baru
Disfungsi Saraf Otonom

Peningka
tan Lepas
permeabi sitokin
Ketidaks
litas dari sel
eimbang
kapiler mast
an saraf Polip
dan
vasomot
ganggua
or Edema
n
regulasi
vaskular
Makroskopik Predileksi

• Masa bertangkai • KOM ( di meatus medius dan


• Permukaan licin sinus etmoid)
• Bentuk bulat atau lonjong • Polip koana( tumbuh ke arah
• Berwarna putih keabu-abuan belakang dan membesar di
agak bening nasofaring )
• Lobulat
• Tunggal atau multipel
• Ditekan/ditusuk tidak sakit

Patologi
Mikroskopi Tipe polip

• Epitel semu bersilia dengan • Berdasarkan sel peradangannya :


submukosa sembab • Tipe eosinofilik
• Sel : limfosit, sel plasma, eosinofil, • Tipe Neutrofilik
neutrofil dan makrofag.
• Mukosa mengandung sel goblet
• Pembuluh darah, saraf dan
kelenjar sedikit
• Polip lama, metaplasia : epitel
transisional, kubik, gepeng

Patologi
Anamnesis
● Hidung rasa tersumbat
● Rinore
● Hiposmia/anosmia
● Bersin-bersin, nyeri pada hidung, sakit kepala di daerah frontal
● Infeksi sekunderPND, rinore purulen
● Gejala sekunder: nafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan
tidur

Diagnosis
● Polip nasi yang masifdeformitas hidung luar (pelebaran batang
hidunghidung tampak mekar)
● Rinoskopi anteriormassa berwarna pucat dari meatus medius, mudah
digerakkan

Pemeriksaan Fisik
● Naso-endoskopi
● Radiologi

○ Foto polos sinus paranasal (posisi Waters, AP, Caldwell dan


lateral)penebalan mukosa & adanya batas udara-cairan
dalam sinus

○ CT scan
● Polipektomi medikamentosaKortikosteroid
● Ekstraksi polip
● Etmoidektomi, operasi Caldwell-Luc
● Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF) TERBAIK

Penatalaksanaan
03
Laporan Kasus
You can enter a subtitle here if you need it
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 47 tahun
Alamat : Padang
Suku Bangsa : Minangkabau

Keluhan Utama :
Keluar sekret yang berbau dari hidung kanan sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang :
• Keluar sekret dari hidung kanan sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu,
awalnya sekret encer berwarna bening kemudian menjadi kental, berwarna
kuning kehijauan hingga berbau
• Awalnya pasien mengeluhkan hidung kanan yang dirasakan tersumbat sejak
3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien berobat ke klinik selama ± 1
bulan namun tidak membaik, kemudian pasien dirujuk ke Fasilitias
Kesehatan tingkat II dan mendapat obat semprot hidung, namun dirasakan
belum ada perubahan dan muncul sekret yang berbau busuk, sehingga pasien
dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil
• Nyeri pada pipi dan dahi yang terasa memberat saat sujud sejak 3 bulan yang
lalu
• Penurunan penciuman ada sejak 3 bulan yang lalu
• Riwayat bersin-bersin lebih dari 5 kali ketika dingin atau terpapar debu ada
• Riwayat hidung berdarah tidak ada
• Batuk pilek berulang tidak ada
• Demam tidak ada
• Suara sengau tidak ada
• Nyeri menelan tidak ada
• Pusing berputar tidak ada
• Gangguan pendengaran tidak ada
• Telinga terasa penuh, berdenging tidak ada
• Riwayat gangguan penglihatan tidak ada
• Riwayat bengkak di leher tidak ada
• Riwayat pemakaian obat semprot hidung tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Riwayat polip hidung waktu anak-anak tidak ada
• Riwayat hipertensi tidak ada
• Riwayat diabetes melitus tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga :


• Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien
• Riwayat keluarga dengan alergi atau asma tidak ada
• Riwayat keluarga yang menderita keganasan tidak ada

Riwayat Kebiasaan, Sosial, Ekonomi:


• Pasien adalah seorang petani
Pemeriksaan Fisik
 
Status Generalisata
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : composmentis cooperatif
Tekanan darah : -
Frekuensi nadi : 75x/menit
Suhu : Afebris
Pernapasan : 19x/menit
Sianosis : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Anemis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
 
Pemeriksaan Sistemik
Kepala : Normocepal
Mata
Konjungtiva: Tidak anemis, tidak ada injeksi konjungtiva, tidak ada kemosis
konjungtiva
Sklera: tidak ikterik
Thoraks : -
Abdomen: -
Ekstremitas : akral hangat, udem (-)
Status Lokalis THT-KL
Telinga
Status Lokalis THT-KL
Telinga
Status Lokalis THT-KL
Telinga
Status Lokalis THT-KL
Hidung
Status Lokalis THT-KL
Hidung
Status Lokalis THT-KL
Hidung
Status Lokalis THT-KL
Hidung
Status Lokalis
THT-KL
Oral Cavity dan
Orofaring
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher
Inspeksi
Lokasi : Tidak ada pembesaran KGB
Bentuk : Tidak ada pembesaran KGB
Soliter / Multiple : Tidak ada pembesaran KGB
 
Palpasi
Bentuk : Tidak ada pembesaran KGB
Ukuran : Tidak ada pembesaran KGB
Konsistensi : Tidak ada pembesaran KGB
Mobilitas : Tidak ada pembesaran KGB
Diagnosis Utama :
Rinosinusitis kronik dengan polip nasal dekstra grade II
 
Diagnosis Tambahan : -
 
Pemeriksaan Anjuran :
Nasoendoskopi
CT Scan Sinus Paranasal
Terapi :
Lanjutkan kortikosteroid intranasal
Cuci hidung
Pro Polipektomi + FESS
 
Prognosis :
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanam : Dubia ad Bonam
04
DISKUSI
You can enter a subtitle here if you need it
Keluhan Pasien

Pasien laki-laki usia 47 tahun datang ke RSUP Dr. M. Djamil karena keluhan:
• Keluar sekret yang berbau dari hidung kanan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Keluar sekret dari
hidung kanan sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, awalnya sekret encer berwarna bening kemudian menjadi
kental, berwarna kuning kehijauan hingga berbau.
• Hidung kanan dirasakan tersumbat sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit.
• Adanya nyeri pada pipi dan dahi yang terasa memberat saat sujud sejak 3 bulan yang lalu.
• Adanya penurunan penciuman sejak 3 bulan
• Riwayat bersin-bersin lebih dari 5 kali ketika dingin atau terpapar debu
Keluhan Pasien
Pasien terdiagnosis mengalami Rhinosinusitis Kronis (RSK) berdasarkan
kriteria EPOS 2020

 inflamasi pada rongga hidung dan sinus paranasal yang berlangsung selama
≥12 minggu.
 bila terdapat 2 atau lebih gejala, dengan salah satu gejalanya adalah
hidung tersumbat / keluarnya cairan dari hidung (anterior / post nasal drip)
dengan gejala lainnya adalah nyeri atau penekanan pada wajah dan
penurunan fungsi penciuman.
Gambaran endoskopi
 cavum nasi dextra : multiple polip nasi,
translusen/bening transparan, diantara septum Pada pasien dilakukan
dan konka inferior yang memenuhi kavum nasal, pemeriksaan CT scan
lalu disertai sekret mukopurulen dan edema pada  untuk melihat kelainan
mukosa terutama di meatus media.
 cavum nasi sinistra : terdapat septum deviasi dan
pada sinus maupun
sekret pada nasofaring pasien. kompleks ostiomeatal atau
kelainan anatomi lainnya
CT Scan Sinus Paranasal  untuk melihat polip yang
 tampak perselubungan di cavum nasi, sinus terdapat pada hidung pasien.
maksilaris dan etmoidalis kanan, tampak adanya
deviasi septum nasi ke kiri dan caries dentis dengan
abses yang menembus dinding inferior sinus
maksilaris kanan pada pasien.
Faktor predisposisi terjadinya rinosinusitis :
- ISPA akibat virus
- bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada
wanita hamil
- polip hidung
- kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka
- sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM)
- infeksi tonsil
- infeksi gigi
- kelainan imunologik
- diskinesia silia seperti pada sindrom Kartagener.

Pada pasien ini didapatkan beberapa faktor predisposisi:


polip hidung, riwayat bersin-bersin bila terpapar debu yang
dicurigai rinitis alergi, adanya deviasi septum serta infeksi gigi pada
pasien.
Pada pasien ditemukan riwayat bersin-bersin bila terpapar debu yang dicurigai rinitis alergi. Selain
berkaitan dengan mekanisme terjadinya rinosinusitis akibat iritasi mukosa, keadaan tersebut juga dapat
mendasari terjadinya polip hidung.

Infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip.

Polip hidung
 terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Polip berasal
dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus  kemudian menonjol dan turun
ke dalam rongga hidung oleh gaya berat
 banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak
mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah.  massa polip berkonsistensi lunak dan mudah
digoyang.
Pada pasien diberikan terapi kortikosteroid intranasal serta cuci
hidung.

 Kortikosteroid dan penggunaan saline untuk cuci hidung tetap


menjadi terapi suportif pada pasien Rhinosinusitis.

 Pemberian kortikosteroid intranasal untuk menghilangkan polip


nasi disebut juga sebagai polipektomi medikamentosa.
Pada pasien akan direncanakan terapi bedah yakni polipektomi dan tindakan FESS
(Functional Endoscopic Sinus Surgery).

 Polipektomi bertujuan : mengangkat polip yang merupakan penyebab dari sumbatan


pada sinus.
 FESS (Functional Endoscopic Sinus Surgery) : teknik operasi pada sinus paranasal
menggunakan endoskop yang bertujuan memulihkan mucociliary clearance dalam
sinus. Prinsipnya membuka dan membersihkan daerah kompleks osteo-meatal yang
menjadi sumber penyumbatan dan infeksi sehingga ventilasi dan drainase sinus dapat
lancar kembali melalui ostium alami.
TERIMAKASIH
You can enter a subtitle here if you need it

Anda mungkin juga menyukai