KARS
CURICULUM VITAE: DR.Dr.Sutoto,M.Kes
`Ketua Eksekutif KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Seluruh Indonesia),
Board Member of ASQua (Asia Society for Quality in
Health Care),
Regional Advisory Council dari JCI (Joint Commission
Internasioanl) sejak 2013, Dewan Pembina MKEK IDI
Pusat.
Pernah menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Rumah
sakit seluruh Indonesia Periode tahun 2009-2012 dan
2012-2015, Direktur Utama RSUP Fatmawati Jakarta,
Direktur Utama RS Kanker Dharmais Pusat Kanker
Nasional, serta Plt Dirjen Pelayanan Medis
Kementerian Kesehatan R.I thn 2010
KARS
Bab. 2 Hak Pasien dan Keluarga
Membahas proses untuk :
Mengidentifikasi, melindungi
1. dan meningkatkan hak pasien
Memberitahukan pasien
2. tentang hak mereka
Sutoto KARS 15
Standar HPK.1
RS bertangg-jwb utk memberikan proses yg mendukung HPK selama dalam yan.
Regulasi RS :
• Pedoman/panduan/Kebijakan tentang HPK yang mendukung dan
melindungi HPK
Dokumen
• Persetujuan pelepasan informasi apa saja yang berhubungan dengan
pelayanan yang boleh diketahui keluarganya/ pihak lain (dapat
menjadi bagian dari persetujuan umum/general consent)
Implementasi
1. Pemahaman pimpinan RS tentang HPK sesuai peraturan perundang-
undangan
2. Pemahaman staf pelayanan atas HPK
Sutoto KARS 16
Elemen Penilaian TKP. 6.
1. Pimpinan rumah sakit menetapkaan norma-
norma etis dan hukum yang melindungi pasien
dan hak mereka. (lihat juga HPK.1, EP 1 dan 2)
KARS
KARS
RS MENJAMIN KERAHASIAAN DATA DAN
INFORMASI TENTANG PASIEN
• Saya memahami informasi yang ada didalam diri Saya, termasuk Diagnosis,
hasil laboratorium dan hasil tes diagnostik yang akan di gunakan untuk
perawatan medis, akan dijamin kerahasiaannya oleh RS
• Saya memberi wewenang kepada RS untuk memberikan informasi
tentang tentang rahasia kedokteran saya bila diperlukan untuk
memproses klaim asuransi termasuk namun tidak terbatas pada BPJS,
asuransi kesehatan lainnya , jamkesda, perusahaan dan atau lembaga
pemerintah lainnya
• Saya tidak memberikan/memberikan (coret salah satu) wewenang kepada
RS untuk memberikan tentang data dan informasi kesehatan saya kepada
keluarga terdekat saya, yaitu:
– 1….
– 2…
– 3…..
Sutoto KARS 20
Sandar HPK 1.1
Pelayanan dilaksanakan dengan penuh
perhatian dan menghormati nilai-nilai
pribadi dan kepercayaan pasien.
Pelayanan
menghormati
Nilai-nilai & Standar HPK.1.1.1.
kepercayaan Rumah sakit mempunyai proses untuk
berespon terhadap permintaan pasien
dan keluarganya untuk pelayanan
rohaniawan atau sejenisnya berkenaan
Pelayanan dengan agama dan kepercayaan pasien.
Rohani
Standar HPK.1.1.1.
Rumah sakit mempunyai proses untuk berespon terhadap permintaan pasien dan keluarganya untuk pelayanan rohani atau
sejenisnya berkenaan dengan agama dan kepercayaan pasien.
Regulasi RS :
1. Panduan Pelayanan Kerohanian
2. SPO pelayanan kerohanian
3. Formulir permintaan pelayanan kerohanian
PROSES
4. Proses identifikasi yang menyangkut juga agama dan
kepercayaan pasien
5. Proses staf pelayanan menyediakan pelayanan kerohanian sesuai
permintaan pasien atau keluarga
6. Bukti bahwa RS telah memberikan pelayanan kerohanian
(keagamaan atau spiritual)
Sutoto KARS 24
Contoh : PANDUAN PELAYANAN KEROHANIAN
KARS
CONTOH KALIMAT
IDENTIFIKASI PRIVASI
Dapat menjadi bagian dari persejuan umum (general consent)
Sutoto KARS 30
CONTOH FORMULIR PERMINTAAN PRIVASI KHUSUS
KARS
Kebutuhan Privasi
umum saat:
1. wawancara klinis
2. pemeriksaan,
3. prosedur/pengob
atan
4. transportasi
KARS
Standar HPK.1.6
lnformasi tentang pasien adalah rahasia
Sutoto KARS 33
Standar HPK.1.6
lnformasi tentang pasien adalah rahasia
Regulasi RS :
1. Regulasi tentang perlindungan terhadap kerahasian informasi
pasien
Proses
2. Penjelasan ke pasien tentang rahasia kedokteran dan proses
untuk membuka rahasia kedokteran sesuai ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan
3. Permintaan persetujuan pasien untuk membuka informasi yang
bukan merupakan rahasia kedokteran
4. Upaya RS untuk menjaga kerahasiaan informasi kesehatan
pasien
Sutoto KARS 34
Rumah sakit wajib
menghormati kerahasiaan
informasi kesehatan
pasien.
KARS
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2012 Tentang Rahasia
Kedokteran
SUTOTO-KARS
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
(1) Semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kedokteran dan/atau menggunakan data dan informasi
tentang pasien wajib menyimpan rahasia kedokteran.
(2) Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
• a. dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lain yang memiliki akses terhadap data dan
informasi kesehatan pasien;
• b. pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan;
• c. tenaga yang berkaitan dengan pembiayaan pelayanan kesehatan;
• d. tenaga lainnya yang memiliki akses terhadap data dan informasi kesehatan pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan;
• e. badan hukum/korporasi dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan;
• f. mahasiswa/siswa yang bertugas dalam pemeriksaan, pengobatan,perawatan, dan/atau
manajemen informasi di fasilitas pelayanan kesehatan.
(3) Kewajiban menyimpan rahasia kedokteran berlaku selamanya, walaupun pasien telah meninggal
dunia.
Sutoto KARS 42
KARS
Standar HPK.1.4
Pasien dilindungi dari kekerasan fisik
Sutoto KARS 44
Standar HPK.1.4
Pasien dilindungi dari kekerasan fisik
Regulasi RS :
1. Kebijakan/Panduan/SPO perlindungan terhadap kekerasan fisik
Dokumen implementasi :
2. Daftar pengunjung RS Diluar jam kunjungan
Proses
• Cara RS untuk melindungi pasien dari kekerasan fisik
• Cara RS untuk melindungi terutama bayi, anak, manula dan pasien yang
tidak mampu melindungi dirinya sendiri
• Penggunaan identitas pengunjung RS dan mekanisme pengawasannya
• Pengawasan terhadap lokasi pelayanan yang terpencil atau terisolasi
Sutoto KARS 45
Pembagian Daerah RS
1. Public area (open): terbuka untuk publik
contoh Rawat jalan, parkir area
2. Semi Public area (semi open): rawat inap
(saat kunjungan open, saat diluar jam
kunjungan closed dengan ijin
3. Aseptic area (closed}: contoh Kamar OK .
Closed ; harus dengan ijin khusus dan
persyaratan khusus
Diadaptasi dari Buku Pedoman Teknis Sarana Prasaran RS Kelas C , Depkes R.I. 2007
Penggunaan ID Card
• Seluruh karyawan harus menggunakan ID Card
• Daftar pengunjung RS (diluar jam kunjungan)
• ID untuk visitor diluar jam kunjungan, serta
catatan identitas visitor diluar jam kunjungan
KARS
CONTOH
KARS
Standar HPK.1.5
Anak-anak, individu yang cacat, manula dan lainnya yang berisiko
mendapatkan perlindungan yang layak.
Sutoto KARS 49
Standar PP.3.1
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelayanan kasus emergensi
Standar PP.3.2
Kebijakan dan prosedur mengarahkan penanganan pelayanan resusitasi di seluruh unit rumah sakit
Standar PP.3.3
Kebijakan dan prosedur mengarahkan penanganan, penggunaan, dan pemberian darah dan komponen darah.
Standar PP.3.4
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelayanan pasien yang menggunakan peralatan bantu hidup dasar atau
yang koma.
Standar PP.3.5
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelayanan pasien dengan penyakit menular dan mereka yang daya
tahannya direndahkan.
Standar PP.3.6
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelayanan pasien dialisis (cuci darah)
Standar PP.3.7
Kebijakan dan prosedur mengarahkan penggunaan alat penghalang (restraint) dan asuhan pasien yang diberi
penghalang.
Standar PP.3.8
Kebijakan dan prosedur mengarahkan asuhan pasien usia lanjut, mereka yang cacat, anak-anak dan populasi yang
berisiko disiksa.
Standar PP.3.9. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelayanan pada pasien yang mendapat kemoterapi atau terapi risiko tinggi.
Standar HPK.1.5
Anak-anak, individu yang cacat, manula dan lainnya yang berisiko
mendapatkan perlindungan yang layak.
Regulasi RS :
1. Panduan pelindungan terhadap kekerasan fisik unt kelompok berisiko
2. SPO perlindungan terhadap kekerasan fisik
Dokumen implementasi :
3. Daftar kelompok yang berisiko
Proses
• Identifikasi RS terhadap kelompok yang berisiko
• Kelompok yang dilindungi RS meliputi anak-anak, individu yang cacat, lansia dan
kelompok lainnya
Sutoto KARS 51
KARS
Standar HPK.2
Rumah sakit mendukung HPK
Partisipasi berpartisipasi dalam proses pelayanan.
pasien Standar 2.1
RS memberi tahu pasien dan keluarga
tentang proses bagai-mana mereka akan
diberitahu tentang kondisi medis dan
setiap diagnosis pasti, bagaimana mereka
ingin dijelaskan tentang cara pelayanan
dan pengobatan, serta bagaimana mereka
Info dapat berpartisipasi dalam keputusan
diagnosis & pelayanan bila mereka memintanya
tindakan
HPK DALAM PELAYANAN
KARS
Standar HPK.2
Rumah sakit mendukung HPK
Partisipasi berpartisipasi dalam proses pelayanan.
pasien Standar 2.1
RS memberi tahu pasien dan keluarga
tentang proses bagai-mana mereka akan
diberitahu tentang kondisi medis dan
setiap diagnosis pasti, bagaimana mereka
ingin dijelaskan tentang cara pelayanan
dan pengobatan, serta bagaimana mereka
Info dapat berpartisipasi dalam keputusan
diagnosis & pelayanan bila mereka memintanya
tindakan
Standar HPK.2.1.1
Rumah sakit memberitahu pasien dan
Hasil pelayanan keluarganya tentang bagaimana mereka akan
dan dijelaskan tentang hasil pelayanan dan
pengobatan, pengobatan, termasuk hasil yang tidak
diharapkan dan siapa yang akan
memberitahukan
KARS
Dijelaskan
tentang hasil
pelayanan dan
pengobatan,
termasuk hasil
yang tidak
diharapkan dan
siapa yang akan
memberitahukan
(HPK 2.1.1)
KARS
HAK PASIEN DALAM PELAYANAN
DAN EDUKASI YANG HARUS DIBERIKAN OLEH DPJP
Sutoto KARS 60
5. Pasien dan keluarga berhak diberi informasi
tentang hasil dari proses asesmen dan setiap
diagnosis yang telah ditetapkan apabila
diperlukan. (HPK 2.1)
6. pasien dan keluarganya diberitahu tentang
bagaimana mereka akan dijelaskan tentang
hasil pelayanan dan pengobatan, termasuk
hasil yang tidak diharapkan dan siapa yang
akan memberitahukan (HPK 2.1.1)
7. penyakit, saran pengobatan, dan para pemberi
pelayanan, shg mereka dapat membuat keputusan
ttg pelayanan
KARS
CONTOH CATATAN EDUKASI TERINTEGRASI
KARS
Evaluasi Pembelajaran
Metoda Pembelajaran
Penerima Edukasi
Hambatan Belajar
Tanda
Tanda
Tangan / KETERANG
Tgl / Tangan /
TOPIK EDUKASI Nama AN /
Jam Nama
Penerima CATATAN
Edukator
Edukasi
KARS
Standar HPK.2
Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga berpartisipasi dalam
proses pelayanan.
64
Sutoto KARS
Standar HPK.2
Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga berpartisipasi
dalam proses pelayanan.
65
Sutoto KARS
Standar HPK.2
Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga berpartisipasi
dalam proses pelayanan.
Regulasi RS :
• Kebijakan/Panduan/SPOkomunikasi efektif untuk mendorong
keterlibatan pasien dan keluarganya dalam proses pelayanan
• Kebijakan/Panduan/SPO cara memperoleh second opinion di
dalam atau di luar RS
Bukti Pr0ses :
• Bukti pelaksanaan pelatihan
• Sertifikasi pelatihan staf tentang komunikasi pemberian informasi
dan edukasi yang efektif
Sutoto KARS 66
HPK DALAM PELAYANAN
• Pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pelayanan melalui:
– pembuatan keputusan tentang pelayanan
– bertanya tentang pelayanan
– Menerima/menolak prosedur diagnostik dan pengobatan.
• Rumah sakit mendukung dan meningkatkan keterlibatan pasien dan
keluarganya dalam semua aspek pelayanan dengan:
– mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan dan prosedur
yang terkait.
– Kebijakan dan prosedur mengenai hak pasien untuk mencari second
opinion / pendapat kedua tanpa takut untuk berkompromi dalam hal
pelayanan, baik di dalam maupun dil luar rumah sakit.
– Semua staf dilatih untuk pelaksanaan kebijakan dan prosedur dalam
peran mereka mendukung hak pasien dan keluarganya untuk
berpartisipasi dalam proses pelayanan.
KARS
HAK PASIEN DALAM PELAYANAN
DAN PENJELASAN APA YANG HARUS DIBERIKAN OLEH DPJP
2. Mereka yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien diikutsertakan dalam proses.
• AP 4.1
– EP. 2. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang hasil dari proses asesmen dan
setiap diagnosis yang telah ditetapkan apabila diperlukan (lihat juga HPK.2.1, EP 1).
– EP .3. Pasien dan keluarganya diberi informasi tentang rencana pelayanan dan
pengobatan dan diikutsertakan dalam keputusan tentang prioritas kebutuhan yang
perlu dipenuhi (lihat juga HPK.2.1, EP 2 dan 4 dan APK.1.2, EP 5).
PPK
4. Ketika informed consent dipersyaratkan, pasien dan keluarga belajar tentang proses memberikan
informed consent (lihat juga HPK.2.1, EP 3, dan MKI.3, EP 1 dan 2).
5. Pasien dan keluarga belajar tentang bagaimana berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait
pelayanannya (lihat juga HPK.2, EP 1).
6. Pasien dan keluarga belajar tentang kondisi kesehatannya dan diagnosis pasti (lihat juga HPK.2.1, EP
1).
7. Pasien dan keluarga belajar tentang hak mereka untuk berpartisipasi pada proses pelayanan (lihat juga
HPK.2.1, Ep 4).
PPK 7.1 EP 5. Pasien dan keluarga terlibat dalam mengambil keputusan terhadap
asuhan (lihat juga HPK.2, EP 1, dan HPK.2.1, EP 4)
PENTINGNYA SECOND OPINION
Sutoto KARS 70
KARS
KARS
TOH
N
CO
KARS
Standar HPK.2.1
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarga, dengan cara dan
bahasa yang dapat dimengerti tentang proses bagaimana mereka akan
diberitahu tentang kondisi medis dan diagnosis pasti, bagaimana
mereka akan dijelaskan tentang rencana pelayanan dan pengobatan
dan bagaimana mereka dapat berpartisipasi dalam keputusan
pelayanan, bila mereka memintanya
• Elemen Penilaian HPK.2.1
• 1. Pasien dan keluarganya memahami bagaimana dan kapan mereka
akan dijelaskan tentang kondisi medis dan diagnosis pasti, bila perlu
(lihat juga AP.4.1, EP 2 dan PPK.2 EP 6).
• 2. Pasien dan keluarganya memahami bagaimana dan kapan mereka
Case
akan dijelaskan tentang rencana pelayanan dan pengobatannya
Rujukan
manager (lihat
juga AP.4.1, EP 3 dan APK.2, EP 4/).
• 3. Pasien dan keluarganya memahami kapan persetujuan akan diminta
dan proses bagaimana cara memberikannya (lihat juga PPK.2, EP 4).
• 4. Pasien dan keluarganya memahami hak mereka untuk berpartisipasi
dalam keputusan pelayanannya, bila mereka menghendakinya (Lihat
juga HPK.2, EP 1; AP.4.1, EP 3; PP.7.1, EP 5; APK.3, EP 3 dan PPK.2, EP 7).
Sutoto KARS 75
Standar HPK.2.1
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarga, dengan cara dan bahasa yang
dapat dimengerti tentang proses bagaimana mereka akan diberitahu tentang
kondisi medis dan diagnosis pasti, bagaimana mereka akan dijelaskan tentang
rencana pelayanan dan pengobatan dan bagaimana mereka dapat
berpartisipasi dalam keputusan pelayanan, bila mereka memintanya
Regulasi RS :
• Kebijakan/Panduan/SPO tentang penjelasan HPK dalam pelayanan
• Kebijakan/Panduan/SPO tentang panduan persetujuan tindakan
kedokteran
Dokumen:
• Formulir pemberian edukasi
• Formulir persetujuan / penolakan tindakan kedokteran
Sutoto KARS 76
KARS
HAK PASIEN DALAM PELAYANAN
DAN EDUKASI APA YANG HARUS DIBERIKAN OLEH DPJP
Sutoto KARS 78
5. Pasien dan keluarga berhak diberi informasi
tentang hasil dari proses asesmen dan setiap
diagnosis yang telah ditetapkan apabila
diperlukan. (HPK 2.1)
6. pasien dan keluarganya diberitahu tentang
bagaimana mereka akan dijelaskan tentang
hasil pelayanan dan pengobatan, termasuk
hasil yang tidak diharapkan dan siapa yang
akan memberitahukan (HPK 6.10)
KARS
CONTOH CATATAN EDUKASI TERINTEGRASI
KARS
Elemen Penilaian AP.4
1. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan (lihat juga PP.1,
EP 1).
2. Mereka yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien diikutsertakan dalam
proses.
• AP 4.1 EP. 2. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang hasil dari proses
asesmen dan setiap diagnosis yang telah ditetapkan apabila diperlukan (lihat juga
HPK.2.1, EP 1).
• EP .3. Pasien dan keluarganya diberi informasi tentang rencana pelayanan dan
pengobatan dan diikutsertakan dalam keputusan tentang prioritas kebutuhan
yang perlu dipenuhi (lihat juga HPK.2.1, EP 2 dan 4 dan APK.1.2, EP 5).
PPK
4. Ketika informed consent dipersyaratkan, pasien dan keluarga belajar tentang proses
memberikan informed consent (lihat juga HPK.2.1, EP 3, dan MKI.3, EP 1 dan 2).
5. Pasien dan keluarga belajar tentang bagaimana berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
terkait pelayanannya (lihat juga HPK.2, EP 1).
6. Pasien dan keluarga belajar tentang kondisi kesehatannya dan diagnosis pasti (lihat juga
HPK.2.1, EP 1).
7. Pasien dan keluarga belajar tentang hak mereka untuk berpartisipasi pada proses pelayanan
(lihat juga HPK.2.1, Ep 4).
PPK 7.1 EP 5. Pasien dan keluarga terlibat dalam mengambil keputusan
terhadap asuhan (lihat juga HPK.2, EP 1, dan HPK.2.1, EP 4)
Standar HPK.2.1.1
Info hasil Rumah sakit memberitahu pasien dan
keluarganya tentang bagaimana mereka akan
pelayanan dijelaskan tentang hasil pelayanan dan
dan pengobatan, termasuk hasil yang tidak
pengobatan diharapkan dan siapa yang akan
memberitahukan
Sutoto KARS 84
STD PP 2.4. Pasien dan keluarga diberi tahu tentang hasil asuhan
dan pengobatan termasuk kejadian tidak diharapkan
• EP. 1. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang hasil asuhan
dan pengobatan (lihat juga HPK.2.1.1, EP 1).
• EP 2. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang
hasil asuhan dan pengobatan yang tidak diharapkan
(lihat juga HPK.2.1.1, EP 2).
KARS
Standar HPK.2.2
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang hak
dan tanggung jawab mereka yang berhubungan dengan penolakan
atau tidak melanjutkan pengobatan
Sutoto KARS 86
STANDAR PULANG APS
• Petugas harus menjelaskan APS adalah hak
pasien
• Petugas memberitahukan pasien dan keluarga
tentang konsekuensi dari keputusan pulang
APS
• Petugas memberitahukan tentang tanggung
jawab pasien
• Petugas harus memberitahukan pasien
tentang alternative pelayanan dan
pengobatan (siapkan siurat rujukan)
KARS
Standar APK.3.5
• Rumah sakit mempunyai proses untuk penatalaksanaan dan
tindak lanjut bagi pasien yang pulang karena menolak nasehat
medis
EP.
1. Ada proses untuk penatalaksanaan dan tindak lanjut bagi
pasien rawat inap dan pasien rawat jalan yang pulang karena
menolak nasehat medis (lihat juga HPK.2, EP.1) dan HPK.2.2,
Maksud dan Tujuan).
2. Apabila diketahui ada dokter keluarga( PPK1) kepadanya
diberitahu (lihat juga HPK 2.2, EP 1 dan 2).
KARS
• Standar APK.3.5 RS mempunyai proses untuk
penatalaksanaan dan tindak lanjut bagi pasien yg pulang
karena menolak nasehat medis.
• Elemen penilaian APK.3.5
1. Ada proses untuk penatalaksanaan dan tindak lanjut bagi pasien RI
dan pasien RJ yg pulang karena menolak nasehat medis (lihat juga
HPK.2, EP.1) dan HPK.2.2., Maksud dan Tujuan).
2. Apabila diketahui ada Dokter keluarga, kepadanya diberitahu (lihat
juga HPK.2.2, EP 1 dan 2).
3. Proses dilaksanakan sesuai dengan hukum dan peraturan yg
berlaku.
KARS
CONTOH FORMULIR
PULANG ATAS PERMINTAAN SENDIRI
Nama dan Tanda tangan pasien Nama dan tanda tangan Saksi
(.................................) (..............................................)
Sutoto KARS 90
KARS
Hak DNR
Standar HPK.2.3
RS menghormati keinginan
dan pilihan pasien menolak
pelayanan resusitasi atau
menolak atau
memberhentikan
pengobatan bantuan hidup
dasar.
Standar KPS 8.1.
Staf rumah sakit yang memberikan asuhan pasien
dan staf lain yang diidentifikasi oleh rumah sakit dilatih dan
dapat mendemontrasikan kemampuan dalam teknik
resusitasi.
KARS
Standar HPK.2.3
Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien menolak pelayanan
resusitasi atau menolak atau memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar
Regulasi RS :
• Panduan penolakan resusitasi
(DNR)
• SPO penolakan resusitasi
• Formulir penolakan resusitasi
Sutoto KARS 94
Dr Lauren Jodi Van Scoy
“DNR does not mean do not treat and it does not mean
do not care. It just means do not resuscitate by giving
CPR, electric shocks or medications to restart the heart. If
things go badly, there is a role in certain situations for
letting the natural breakdown of the body occur,"
DNR tidak mempengaruhi pengobatan ,pasien dengan DNR dapat terus mendapatkan
kemoterapi, antibiotik, dialisis, atau perawatan lain yang sesuai.
Sutoto KARS 95
CONTOH
SURAT PERNYATAN JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI
(DO NOT RESUCITATE)
. ●
(HPK 2.3)
STAF DIDIDIK TTG NYERI (PP.6 EP 4, KPS 3 EP 1)
●
SEMUA PASIEN DILAKUKAN ASESMEN AWAL NYERI (AP 1.7
. ●
EP.1)
ASESMEN LANJUTAN NYERI (AP 1.7 EP.2 DAN 3)
●
PASIEN DI EDUKASI TTTG NYERI (P.P.6 EP 3)
KARS
Standar HPK.2.4
Rumah sakit mendukung hak pasien terhadap asesmen yang
sesuai manajemen nyeri yang tepat
Regulasi RS :
1. Panduan manajemen nyeri
2. SPO asesmen nyeri
3. SPO pelayanan kedokteran tentang manajemen nyeri
KARS
TG-JAWAB PASIEN DALAM MANAJEMEN NYERI
Untuk berbicara dengan dokter atau perawat tentang:
• Apa yang diharapkan
• Berbagai jenis pilihan nyeri
• Rencana penanganan nyeri untuk setiap rasa sakit yang tidak akan
hilang
• Untuk meminta untuk menghilangkan rasa sakit segera setelah nyeri
dimulai
• Untuk membantu dokter dan perawat mengukur rasa sakit Anda.
Scala Nyeri
Keterangan:
• P= Provokatif: yang memprovokasi nyeri apa yang menjadi penyebab nyeri ?
Rudapaksa, benturan ? Apa yg membuat lebih baik atau lebih buruk ?
• Q=Quality/Kualitas: seperti apa rasanya ? Seperti tertusuk benda tajam, tumpul, sakit,
berdenyut, ditusuk jarum, dll?
• R=Regio/Radiasi Daerah nyeri dimana rasa sakit itu berada? Menyebar kemana ?
• S=Severity/Skala : seberapa berat pakai skala 0 sd 10
• T=Tempo/timing: waktu yang berkaitan dengan nyeri Kapan nyeri datang? Apakah
rasa sakit itu datang dan pergi atau itu terus menerus?
Regulasi RS :
1. Panduan pelayanan pasien
tahap terminal
2. SPO pelayanan pasien
tahap terminal
Bukti dokmentasi
3. Dokumentasi pelayanan119
Sutoto KARS
KARS
KARS
POKOK –POKOK PANDUAN PELAYANAN PASIEN TAHAP TERMINAL
KARS
POKOK-POKOK PADA PANDUAN PASIEN TAHAP TERMINAL
• Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek
asuhan selama stadium akhir hidup. Asuhan akhir kehidupan yang diberikan rumah sakit
termasuk :
– pemberian pengobatan yang sesuai dengan gejala dan keinginan pasien dan
keluarga
– menyampaikan isu yang sensitif seperti autopsi dan donasi organ
– menghormati nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi budaya
– mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam semua aspek pelayanan
– memberi respon pada masalah-masalah psikologis, emosional, spiritual dan
budaya dari pasien dan keluarganya ((lihat maksud tujuan : HPK 2.5)
• Rumah sakit memastikan pemberian asuhan yang tepat bagi mereka yang kesakitan atau
dalam proses kematian dengan cara:
– melakukan intervensi untuk mengurangi rasa nyeri dan gejala primer atau sekunder
– mencegah gejala-gejala dan komplikasi sejauh yang dapat diupayakan
– melakukan intervensi dalam masalah psikososial, emosional dan spiritual dari pasien
dan keluarga, menghadapi kematian dan kesedihan
– melakukan intervensi dalam masalah keagamaan dan budaya pasien dan keluarga
– mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam keputusan terhadap asuhan
– (lihat maksud tujuan : PPI 7.1)
KARS
• ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TAHAP
TERMINAL
KARS
RUMAH SAKIT MEMASTIKAN PEMBERIAN ASUHAN YANG TEPAT
BAGI MEREKA YANG KESAKITAN ATAU DALAM PROSES KEMATIAN
DENGAN CARA (PP7.1)
Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan meliputi:
• a. penentuan mati batang otak pada
seseorang yang diketahui proses kematiannya
di fasilitas pelayanan kesehatan;
• b. penghentian terapi bantuan hidup;
• c. penundaan terapi bantuan hidup; dan
• d. pemanfaatan organ donor.
SUTOTO-KARS
Pasal 7
• Penentuan kematian seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan Kriteria
diagnosis kematian klinis/konvensional atau kriteria diagnosis kematian mati
batang otak.
Bagian Kedua
Penentuan Kematian Klinis/Konvensional
Pasal 8
• (1) Kriteria diagnosa kematian klinis/konvensional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 didasarkan pada telah berhentinya fungsi sistem jantung sirkulasi dan
sistem pernafasan terbukti secara permanen.
• (2) Proses penentuan kematian klinis/konvensional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sesuai standar profesi, standar pelayanan, dan standar
operasional prosedur.
Permenkes 37 Tahun 2014 Tentang Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ Donor
SUTOTO-KARS
PENENTUAN MATI BATANG OTAK
(siapa , dimana, bagaimana)
Pasal 9
• (1) Penentuan seseorang mati batang otak hanya dapat dilakukan oleh
tim dokter yang terdiri atas 3 (tiga) orang dokter yang kompeten.
• (2) Anggota tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
melibatkan dokter spesialis anestesi dan dokter spesialis syaraf.
• (3) Dalam hal penentuan mati batang otak dilakukan pada calon donor
organ, maka tim dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan
merupakan dokter yang terlibat dalam tindakan transplantasi.
• (4) Masing-masing anggota tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
melakukan pemeriksaan secara mandiri dan terpisah.
• (5) Diagnosis mati batang otak harus dibuat di ruang rawat intensif
(Intensive Care Unit).
Permenkes 37 Tahun 2014 Tentang Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ Donor
SUTOTO-KARS
PEMERIKSAAN SESEORANG MATI BATANG OTAK DILAKUKAN PADA PASIEN
DGN DENGAN KEADAAN SBB:
Permenkes 37 Tahun 2014 Tentang Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ Donor
PASAL 11
PROSEDUR PEMERIKSAAN MATI BATANG OTAK
a. memastikan arefleksia batang otak yang meliputi:
• 1. tidak adanya respons terhadap cahaya;
• 2. tidak adanya refleks kornea;
• 3. tidak adanya refleks vestibulo-okular;
• 4. tidak adanya respons motorik dalam distribusi saraf kranial
• terhadap rangsang adekuat pada area somatik; dan
• 5. tidak ada refleks muntah (gag reflex) atau refleks batuk terhadap rangsang oleh kateter isap yang
dimasukkan ke dalam trakea.
b. memastikan keadaan henti nafas yang menetap dengan cara:
• 1. pre – oksigenisasi dengan O2 100% selama 10 menit;
• 2. memastikan pCO2 awal testing dalam batas 40-60 mmHg dengan memakai kapnograf dan atau analisis gas
darah (AGD);
• 3. melepaskan pasien dari ventilator, insuflasi trakea dengan O2 100%, 6 L/menit melalui kateter intra trakeal
melewati karina;
• 4. observasi selama 10 menit, bila pasien tetap tidak bernapas, tes dinyatakan positif atau berarti henti napas
telah menetap.
c. bila tes arefleksia batang otak dan tes henti napas sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dinyatakan
positif, tes harus diulang sekali lagi dengan interval waktu 25 menit sampai 24 jam.
d. bila tes ulangan sebagaimana dimaksud pada huruf c tetap positif, pasien dinyatakan mati batang otak,
walaupun jantung masih berdenyut.
e. bila pada tes henti napas timbul aritmia jantung yang mengancam nyawa maka ventilator harus dipasang
kembali sehingga tidak dapat dibuat diagnosis mati batang otak.
Permenkes 37 Tahun 2014 Tentang Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ Donor
PENGHENTIAN ATAU PENUNDAAN TERAPI BANTUAN HIDUP
Pasal 14
• (1) Pada pasien yang berada dalam keadaan yang tidak dapat disembuhkan akibat penyakit yang dideritanya
(terminal state) dan tindakan kedokteran sudah sia-sia (futile) dapat dilakukan penghentian atau penundaan
terapi bantuan hidup.
• (2) Kebijakan mengenai kriteria keadaan pasien yang terminal state dan tindakan kedokteran yang sudah sia-
sia (futile) ditetapkan oleh Direktur atau Kepala Rumah Sakit.
• (3) Keputusan untuk menghentikan atau menunda terapi bantuan hidup tindakan kedokteran terhadap
pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim dokter yang menangani pasien setelah
berkonsultasi dengan tim dokter yang ditunjuk oleh Komite Medik atau Komite Etik.
• (4) Rencana tindakan penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup harus diinformasikan dan
memperoleh persetujuan dari keluarga pasien atau yang mewakili pasien.
• (5) Terapi bantuan hidup yang dapat dihentikan atau ditunda hanya tindakan yang bersifat terapeutik dan/atau
perawatan yang bersifat luar biasa (extra-ordinary), meliputi:
– a. Rawat di Intensive Care Unit;
– b. Resusitasi Jantung Paru;
– c. Pengendalian disritmia;
– d. Intubasi trakeal;
– e. Ventilasi mekanis;
– f. Obat vasoaktif;
– g. Nutrisi parenteral;
– h. Organ artifisial;i. Transplantasi;
– j. Transfusi darah;
– k. Monitoring invasif;
– l. Antibiotika; dan
– m. Tindakan lain yang ditetapkan dalam standar pelayanan kedokteran.
• (6) Terapi bantuan hidup yang tidak dapat dihentikan atau ditunda meliputi oksigen, nutrisi enteral dan
cairan kristaloid.
Permenkes 37 Tahun 2014 Tentang Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan Organ Donor
H. Pengelolaan Akhir Kehidupan
4. Pasien dan bila perlu keluarga ikut serta dalam proses penyelesaian
5. Kebijakan dan prosedur mendukung konsistensi pelayanan.
KARS
Identifikasi Standar HPK.4
nilai-nilai Staf rumah sakit dididik tentang
dan peran mereka dalam
kepercayaan mengidentifikasi nilai-nilai dan
pasien kepercayaan pasien dan melindungi
hak pasien.
Standar HPK.4
Staf rumah sakit dididik tentang peran mereka dalam mengidentifikasi
nilai-nilai dan kepercayaan pasien dan melindungi hak pasien
Regulasi RS:
Kebijakan/Panduan/SPO tentang identifikasi nilai-nilai dan
kepercayaan pasien dalam pelayanan
Proses
Pelaksanaan identifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien/keluarga
dan penerapannya dalam pelayanan
Bagaimana peran staf dalam melindungi hak pasien dan keluarga
Regulasi RS:
Kebijakan/Panduan/SPO tentang identifikasi nilai-nilai dan
kepercayaan pasien dalam pelayanan
Proses
Pelaksanaan identifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien/keluarga
dan penerapannya dalam pelayanan
• a. Agama:
• b. Larangan agama: tidak/ya(sebutkan)…………
• c. Permintaan rohaniawan selama masuk RS:
ya/tidak
• d. Nilai nilai dan kepercayaan yang diyakini:
– Terkait dengan kesehatan:…………………
– Tak terkait dengan kesehatan:………
KARS
Standar HPK.5
Setiap pasien dijelaskan
mengenai hak mereka dengan
cara dan bahasa yang dapat
mereka pahami.
Informasi
ttg HPK
Standar HPK.5. PENJELASAN HPK
Regulasi RS:
• Kebijakan/Panduan/SPO tentang
pemberian informasi hak dan tanggung
jawab pasien
• Leaflet hak dan tanggung jawab pasien
Proses
Pelaksanaan pemberian informasi tertulis
tentang hak dan tanggung jawab pasien
sesuai dg bahasa yg dipahami pasien
Sutoto KARS 148
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENJELASAN HPK
• Hak dan kewajiban pasien sesuai UU yang berlaku (UURS dan PMK
69 thn 2014)
• Informasi secara tertulis tentang hak dan tanggung jawab pasien
diberitahukan kepada setiap pasien .
• Pernyataan tentang HPK juga ditempel atau bisa diperoleh dari staf
rumah sakit pada setiap saat.
• Tersedia prosedur untuk menjelaskan kepada pasien tentang hak
dan tanggung jawabnya bila komunikasi secara tertulis tidak efektif
dan tidak sesuai.
• Dapat tersedia dalam berbagai cara komunikasi: lisan, materi
tertulis, video, demonstrasi/peragaan dan lain-lain.
• Staf mengidentifikasi bahasa yang dipilih pasien
Sutoto KARS 149
Standar HPK 6
Pernyataan persetujuan (lnformed
Penjelasan Consent ) dari pasien didapat
Informed melalui suatu proses yg
consent ditetapkan RS dan dilaksanakan
Dan oleh staf yang terlatih, dalam
Pengganti bahasa yang dipahami pasien
pemberi Standar HPK.6.2
persetujuan Rumah sakit menetapkan suatu
proses, dalam konteks undang-
undang dan budaya yang ada,
tentang orang lain yang dapat
memberikan persetujuan.
Informed
consent
Standar HPK 6.4
Informed consent diperoleh sebelum
Kapan operasi, anestesi, penggunaan darah atau
diminta produk darah dan tindakan serta
pengobatan lain yang beresiko tinggi
Daftar semua
Standar HPK.6.4.1
pengobatan
dan prosedur Rumah sakit membuat daftar semua kategori
dan jenis pengobatan dan prosedur yang
yg butuh IC
memerlukan informed consent yang khusus.
STANDAR HPK.6 . INFORMED CONSENT
Dokumen
• informed consent
• Formulir persetujuan/ penolakan
Proses
• Proses pasien atau keluarga menyetujui atau menolak tindakan
kedokteran
154
Persetujuan (Consent)
• General consent (persetujuan Umum)
– Persetujuan perawatan dan pegobatan (bagi
semua tindakan, prosedur, pengobatan yg
berisiko rendah)
• Informed consent
Untuk tindakan , prosedur, pengobatan berisiko
tinggi, tranfusi darah dan produk darah dan
anestesi. (Pasal 45 ayat (1) UU Praktik Kedokteran yang berbunyi:
“Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh
dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.”)
Pasal 6
• (5) Dalam hal pasien tidak cakap untuk memberikan
persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
persetujuan dapat diberikan oleh keluarga terdekat
atau pengampunya
KARS
PERTOLONGAN DARURAT
• Pasal 85 UU Kesehatan
– (1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta
wajib memberikan pelayanan kesehatan pada bencana bagi penyelamatan nyawa
pasien dan pencegahan kecacatan.
– (2) Fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka
terlebih dahulu.
• UU Rumah Sakit, Pasal 29 ayat (1) huruf c UU Rumah Sakit, rumah sakit wajib
memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya.
• UU No 36 Thn 2014 tentang Tenaga Kesehatan : Pasal 59 ayat (1) UU Tenaga
Kesehatan menyebutkan bahwa tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik
pada fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan pertolongan pertama
kepada penerima pelayanan kesehatan dalam keadaan gawat
darurat dan/atau pada bencana untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan.
• Pasal 17 Kode Etik Kedokteran Indonesia: setiap dokter wajib melakukan
pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
KARS
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RAHASIA KEDOKTERAN
• Pasal 9
• (1) Pembukaan rahasia kedokteran berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan tanpa persetujuan pasien dalam rangka
kepentingan penegakan etik atau disiplin, serta kepentingan umum.
• (2) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan penegakan etik atau disiplin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan atas permintaan tertulis dari Majelis
Kehormatan Etik Profesi atau Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
• (3) Pembukaan rahasia kedokteran dalam rangka kepentingan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan tanpa membuka identitas pasien.
• (4) Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
– a. audit medis;
– b. ancaman Kejadian Luar Biasa/wabah penyakit menular;
– c. penelitian kesehatan untuk kepentingan negara;
– d. pendidikan atau penggunaan informasi yang akan berguna di masa yang akan
datang; dan e. ancaman keselamatan orang lain secara individual atau masyarakat.
• (5) Dalam hal pembukaan rahasia kedokteran untuk kepentingan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf b dan huruf e, identitas pasien dapat dibuka kepada institusi atau
pihak yang berwenang untuk melakukan tindak lanjut sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sutoto KARS 165
Standar HPK.6.2 . PENGGANTI PEMBERI
PERSETUJUAN
Pasal 6
• (5) Dalam hal pasien tidak cakap untuk memberikan
persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
persetujuan dapat diberikan oleh keluarga terdekat
atau pengampunya
DOKUMEN
1. Daftar tindakan dan pengobatan
yang perlu informed consent
2. Dokumentasi rapat pembahasan
daftar tersebut
Sutoto KARS 169
DAFTAR TINDAKAN YG MEMERLUKAN INFORMED CONSENT
KARS
CONTOH TINDAKAN ANESTESI DAN SEDASI YG PERLU INFORMED CONSENT
Tindakan anestesi
• Anestesi Umum Tindakan sedasi
• Sedasi sedang
Anestesi Regional • Mengunakan midazolam 0,1 mg/kbgg
• Anastesi Infiltrasi • Mengunakan ketamin 0,5 mg/kgbb
• Mengunakan propofol 0,5 mg/kgbb
• Anastesi Blok Sedasi dalam
• Anastesi Spinal • Mengunakan ketamin 3-8 mg/kgbb
intramuskuler
• Blok Epidural • Mengunakan ketamin 1 mg/kgbb intravena
• Blok Pleksus Brakialis • Mengunakan midazolam oral 10 mg/kgbb
• Mengunakan flunitrazepam 0,1 mg/kgbb
• Anestesia Paravertebral • Mengunakan fentanil 0,5 – 1 ug/kgbb
• Blok Transakral (Kaudal) • Mengunakan alfentanil 3-5 ug/kgbb
• Mengunakan remifentanil 0,1 mg/kg/min
• Anastesi Regional Intravena
KARS
*Standar PAB.7.1 Risiko, manfaat, dan alternatif didiskusikan dgn pasien dan
keluarganya atau orang yg berwenang membuat keputusan bagi pasien.
Elemen Penilaian PAB.7.1 T
1. Pasien, keluarga & pmbuat keputusan diedukasi ttg risiko, manfaat,
komplikasi yg potensial serta alternatif yg berhubungan dgn prosedur
bedah yg direncanakan. (lih. juga HPK.6.4, EP 1)
2. Edukasi mencakup kebutuhan untuk, risiko dan manfaat dari, maupun
alternatif terhadap : darah dan produk darah yg digunakan
3. Dr bedah / petugas lain yg kompeten memberikan edukasi (lih.juga
HPK.6.1, EP 2)
*Standar PAB.7.2 Ada laporan operasi atau catatan operasi singkat dalam
rekam medis pasien untuk keperluan pelayanan berkesinambungan.
Elemen Penilaian PAB.7.2 T
4. Laporan tertulis operasi atau ringkasan catatan operasi trmasuk
sekurang2nya ad a) s/d f) tsb dari Maksud dan Tujuan.
5. Laporan tertulis operasi, atau ringkasan catatan operasi dalam rekam
medis pasien, tersedia sebelum pasien meninggalkan lokasi pemulihan
pasca anestesi (lih.juga PP.2.3, Maksud dan Tujuan) 172
PAB.7.1 : Informed (consent) Bedah dan pemberian
darah / produk darah
1. Regulasi dan Form, tanda tangan pasien utk
Informednya dan utk Consentnya
2. Sebagai bagian dari proses Informed consent
tindakan bedah, pemberian darah / produk darah,
dilaksanakan pemberian informasi tentang risiko,
manfaat dan alternatif
3. Dilaksanakan oleh DPJP ybs
176
Penjelasan Standar HPK.6.1
penyakit, Pasien & keluarganya menerima
pengobatan penjelasan yang memadai ttg
nya dan penyakit, saran pengobatan,
siapa dan para pemberi pelayanan,
pemberi shg mereka dapat membuat
asuhannya keputusan ttg pelayanan
Standar HPK.6.1. PENJELASAN PENYAKIT, PENGOBATAN DAN
PEMBERI PELAYANAN
KARS
KARS
Standar HPK.6.1. PENJELASAN PENYAKIT, PENGOBATAN
DAN PEMBERI PELAYANAN
Regulasi RS :
• Kebijakan/Panduan/SPO tentang pemberian
informasi termasuk rencana pengobatan ( a sp h)
• Kebijakan/Panduan/SPO tentang penetapan DPJP
(Dokter Penanggung Jawab Pelayanan)
Dokumen:
• Catatan pemberian informasi
• Catatan penetapan DPJP dan data diri DPJP dan
Staf (SPK dan RKK)
Sutoto KARS 182
• Lampiran Permenkes 1691/2011 pengaturan tentang
Standar I. Hak pasien,
• Panduan DPJP
CONTOH DALAM GENERAL CONSENT
• Saya mengerti dan memahami bahwa:
– Saya memiliki hak untuk mengajukan pertanyaan tentang
pengobatan yang diusulkan (termasuk identitas setiap orang
yang memberikan atau mengamati pengobatan) setiap saat.
– Saya Saya mengerti dan memahami bahwa memiliki hak untuk
persetujuan, atau menolak persetujuan, untuk setiap
prosedur/terapi
– Saya mengerti bahwa banyak dokter pada staf medis rumah sakit
yang bukan karyawan tetapi staf independen/tamu yang telah
diberikan hak untuk menggunakan fasilitas untuk perawatan dan
pengobatan pasien mereka.
– Jika diperlukan RS, saya akan berpartisipasi dalam pemilihan
dokter yang akan bertanggung jawab untuk perawatan saya
selama saya dalam perawatan di rumah sakit.
•
Sutoto KARS 184
Standar HPK.6.3. GENERAL
GENERAL CONSENT/PERSETUJUAN UMUM
CONSENT
Persetujuan umum untuk
pengobatan, bila didapat pada
waktu pasien masuk sebagai pasien
rawat inap atau didaftar pertama
kali sebagai pasien rawat jalan,
harus jelas dalam cakupan dan
batas- batasnya
Standar HPK.6.3. GENERAL CONSENT/PERSETUJUAN UMUM
25 HPK.7 7
26 HPK.7.1 4
27 HPK.8 4
28 HPK.9 5
29 HPK.10 2
30 HPK.11 6
www.kars.or.id
Standar HPK.10. DONASI ORGAN
Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang bagaimana
memilih untuk menyumbangkan organ dan jaringan tubuh lainnya.
Regulasi RS :
•Kebijakan/Panduan/SPO pelayanan donasi / transplantasi organ
Dokumen
•informasi tentang tata cara untuk menyumbang organ tubuh dan jaringan
tubuh lainnya
Regulasi RS :
• Kebijakan/Panduan/SPO tentang donasi/ transplantasi organ
Dokumen:
• Formulir persetujuan/penolakan donor/ transplantasi
• Kerjasama dengan lembaga kemasyarakatan
Pelatihan
• Pelatihan staf agar memahami regulasi tentang transplantasi serta isu
dan perhatian tentang donasi organ dan ketersediaan transplan
• Pelaksanaan mendapat persetujuan dari donor hidup
KARS