Anda di halaman 1dari 42

SISTEM PELAYANAN

KESEHATAN
MASYARAKAT
PENGERTIAN SISTEM

 Sistem = Bahasa Latin (systēma)


Bahasa Yunani (sustēma)

 Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri


komponen atau elemen yang dihubungkan bersama
untuk memudahkan aliran informasi, materi atau
energi untuk mencapai suatu tujuan.
PENGERTIAN PELAYANAN

Pelayanan merupakan kegiatan dinamis


berupa membantu menyiapkan,
menyediakan, dan memproses serta
membantu keperluan orang lain.
PENGERTIAN KESEHATAN
 Kesehatan menurut WHO :
“ Suatu keadaan sejahtera sempurna yang lengkap
meliputi : kesejahteraan fisik, mental dan social, bukan
semata-mata bebas dari atau kelemahan. “

 UUD Kesehatan No. 36 Tahun 2009 :


“Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. “
DEFINISI SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
 Sistem pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep dimana
konsep ini memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat.
 Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekitjo
Notoatmojo, pelayanan kesehatan adalah sebuah subsistem
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah
pelayanan prefentif (pencegahan) dan promotif
(peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
 Menurut Level dan Loomba, pelayanan kesehatan adalah
upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-
sama dalam waktu organisasi dalam memelihara dan
menigkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan.
PENGERTIAN PELAYANAN KESEHATAN

Pelayanan Kesehatan

“ Setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau


secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok ataupun masyarakat “.
JENIS PELAYANAN KESEHATAN
1. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
- Cara : Pengorganisasian bersama-sama
- Tujuan : Memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit.
- Sasaran : Kelompok Masyarakat
2. Pelayanan Kedokteran

- Cara : Pengorganisasian dapat bersifat pribadi /


sendiri ataupun secara bersama- sama dalam satu
organisasi.
- Tujuan : Menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan.
- Sasaran : Perseorangan dan keluarga
SYARAT POKOK PELAYANAN
KESEHATAN

 Tersedia ( available )
 Berkesinambungan (continuous )
 Dapat diterima (acceptable)
 Bersifat wajar (appropriate)
 Mudah dicapai (accessible)
 Bermutu (quality)
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
DI INDONESIA

Berdasarkan rujukan, meliputi :

1. Pelayanan Kesehatan Dasar 2. Pelayanan Kesehatan Rujukan

Contoh : Contoh :
Puskesmas, puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, dan pelayanan Rumah Sakit
kesehatan lainnya di wilayah kerja Dan Pelayanan kesehatan yang
puskesmas selain rumah sakit. tingkatannya sama /lebih besar
SISTEM RUJUKAN (REFERAL SYSTEM)
 Di Indonesia sistem rujukan mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun
2012 mengenai sistem rujukan pelayanan kesehatan
perorangan, yaitu “sistem rujukan pelayanan kesehatan
merupakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal
maupun horizontal.
 Secara vertikal dari unit berkemampuan kurang ke
unit yang lebih mampu.
 Secara Horizontal antara unit-unit yang setingkat
kemampuannya.
 Pemberian rujukan ini dimaksudkan agar pasien
mendapat pelayanan kesehatan yang adekuat yang tidak
bisa disediakan oleh seorang penyelenggara kesehatan.
 Namun, pemberian rujukan ini tidak bisa dilakukan
dengan sembarangan, karena harus dilaksanakan secara
berjenjang, sesuai dengan kebutuhan medis pasien yang
diawali dengan pelayanan kesehatan pada tingkat primer
(dokter atau dokter gigi di puskesmas, tempat praktik
perorangan, serta klinik umum, dan termasuk di
antaranya adalah dokter keluarga).
 pelayanan kesehatan tingkat sekunder (pelayanan kesehatan
spesialistik oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis)
hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan
tingkat pertama. 
 Sedangkan pelayanan kesehatan tingkat tersier
(subspesialistik) dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan
kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.
 Hal ini menunjukkan bahwa dokter umum atau dokter
keluarga bisa langsung melakukan rujukan ke pelayanan
kesehatan tersier. Jadi di sini, peran dokter keluarga adalah
sebagai pengatur atau coordinator pelayanan rujukan atau
istilahnya berperan sebagai gate keeper dalam menentukan
pelayanan kesehatan jenis apa yang bisa diberikan kepada
pasien, apakah hanya sebatas pelayanan kesehatan
spesialistik atau pelayanan kesehatan subspesialistik.
SKEMA SISTEM RUJUKAN PELAYANAN
KESEHATAN DI INDONESIA
MANFAAT SISTEM RUJUKAN

Pemerintah ( Penentu kebijakan / Policy


Masyarakat ( Pengguna Jasa Pelayanan
maker ) :
/ Health Consumer ) :
1. Membantu penghematan dana
1. Meringankan Biaya Pengobatan
2. Memperjelas YANKES
2. Mempermudah dalam
3. Memudahkan pekerja administrasi
mendapatkan pelayanan

Kalangan Kesehatan Sebagai Penyelenggara YANKES


( Healt h Provider ) :
1. Memperjelas Jenjang Karir Tenaga Kesehatan
2. Membantu peningkatan kemampuan keterampilan
3. Meringankan beban tugas
SISTEM PEMBIAYAAN KESEHATAN
INDONESIA

 Sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia terbagi


menjadi dua sistem yakni system  Fee for Service (Out
of Pocket) serta sistem Health Insurance ( Swasta dan
Pemerintah ) dan Subsidi Pemerintah Daerah
(JamKesMas)
 Sistem Out of Pocket ini merupakan sistem yang
dipakai pada sebagian besar pelayanan kesehatan
dimana pasien yang berobat akan membayar kepada
pemberi layanan kesehatan secara pribadi berdasarkan
layanan yang didapatkannya.
 Melalui sistem ini, dokter akan mendapatkan
pendapatan sesuai dengan pelayanan yang
diberikan. Semakin banyak pasien, semakin
banyak pendapatan yang diterima.
 Berdasarkan data WHO, pada tahun 2011 saja
masih terdapat 75,7% masyarakat Indonesia yang
memakai sistem pembiayaan Out of Pocket ini dan
hanya 8,4% yang melaksanakan sistem Health
Insurance. Untuk sistem health insurancesendiri
Indonesia masih menganut sistem kapitasi dan
sistem DRG (Diagnose related Group).
 Sistem Pembiayaan yang di nasionalisasikan yaitu
JKN = BPJS
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DI
NEGARA BERKEMBANG (MALAYSIA)
 Sistem pembiayaan kesehatan di Negara Malaysia
berkembang lebih awal dan lebih maju dibandingkan dengan
negara Indonesia.
 Dimulai pada tahun 1951 dengan mewajibkan pegawai untuk
memulai tabungan wajib pegawai yang digunakan sebagai
tabungan hari tua.
 Warga yang tidak diwajibkan untuk mengikuti tabungan wajib
hari tua difasilitasi oleh lembaga EPF (Employee Provident
Fund). Selain itu negara juga menjamin warga yang mendapat
kecelakaan kerja atau pensiunan cacat dengan difasilitasi oleh
lembaga SOSCO (Social Security Organitation).
 Sistem pembiyaan kesehatan di Malaysia terbagi menjadi
dua yaitu kesehatan publik dan kesehatan privat.
 Untuk kesehatan publik sumber dana berasal dari beberapa
sumber yaitu pajak masyarakat yang dibayarkan langsung
kepada pemerintah federal, anggaran pendapatan negara
tahunan, dan dari lembaga SOSCO dan EPF.
 Dana ini kemudian dialokasikan untuk program preventif
dan promotif seperti kesehatan lingkungan, izin fasilitas
kesehatan, Inspeksi Bangunan, kontrol terhadap vektor
kebersihan, kontrol terhadap kualitas makanan, kontrol
terhadap penyakit menular, kontrol terhadap kebersihan
air, dan perencanaan pelayanan kesehatan.
 Untuk program kuratif dan rehabilitatif, Pemerintah
Malaysia menetapkan Universal Coverage yaitu semua
warga dijamin atas pelayanan kesehatan yang diterima
dengan hanya iur bayar 1 RM (Ringit Malaysia) untuk
berobat pada dokter umum serta 5 RM untuk berobat pada
dokter spesialis dan 10 RM untuk tiap hari perawatan, biaya
sisanya ditanggung pemerintah.
 Biaya pengobatan yang di keluarkan warga untuk berobat
relatif murah (1 RM – 5 RM) maka antrian pengobatan di
rumah sakit pemerintah tergolong panjang (untuk penyakit
kritis akan didahulukan).
 Warga yang tidak sabar akan memilih berobat di sektor
swasta dengan uang sendiri (out of pocket). Atau mereka
mengikuti asuransi kesehatan yang disediakan lembaga
swasta dengan penyakit tertentu yang tidak tercover oleh
pembiayaan kesehatan dari pemerintah.
 Biaya operasional kesehatan di negara Malaysia tergolong
murah karena pemerintah membebaskan pajak untuk alat
kesehatan dan obat-obatan.
 Dokter dibatasi hanya boleh berpraktik di satu tempat
yaitu pelayanan kesehatan milik pemerintah atau memilih
bekerja di satu tempat pelayanan kesehatan milik swasta.
 Gaji dokter juga sangat tinggi sehingga mutu kesehatan di
negara Malaysia terjamin kualitasnya.
 Anggaran kesehatan dialokasikan juga untuk pembiyaan
pendidikan tenaga kesehatan ( contoh Resident )
SISTEM PELAYANAN KESEHATAN DI
NEGARA MAJU (SINGAPURA)
 Singapura memiliki sistem non-dimodifikasi kesehatan
universal di mana pemerintah menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan dalam sistem kesehatan
masyarakat, terutama melalui sistem tabungan wajib,
subsidi dan kontrol harga.
 Singapura memberikan jaminan kesehatan menyeluruh
bagi penduduknya melalui sebuah sistem pembiayaan
yang berdasarkan kepada tanggung jawab individual dan
pelayanan kesehatan yang terjangkau.
 Sistem pembiayaan yang dipakai oleh Singapura merupakan sistem

pembiayaan campuran yang terdiri dari beberapa tingkatan sistem yaitu :

1. Tingkat perlindungan (sistem pembiayaan) yang pertama dilakukan

melalui subsidi pemerintah yang berasal dari perolehan pajak. Subsidi ini

biasanya menutupi hingga 80% dari keseluruhan tagihan biaya pelayanan

kesehatan.

2. Social insurance (asuransi sosial) yaitu “Medisave” (pembiayaan

bersumber dari potongan uang yang sengaja disimpan oleh masing-masing

individu untuk persiapan biaya pelayanan kesehatan), MediShield dan

ElderShield (asuransi dengan biaya premi rendah), serta Medifund (bantuan

pembiayaan dari pemerintah untuk mereka yang tidak mampu menutupi

biaya pelayanan kesehatannya dengan subsidi, MediSave, dan MediShield).


 Sistem pembiayaan pelayanan kesehatan seperti yang
telah disebutkan diatas hanya berlaku untuk pelayanan
kesehatan yang dilakukan di sektor publik. Sedangkan
pelayanan kesehatan  yang dilakukan di sektor privat
(swasta) dibiayai oleh sumber pribadi serta asuransi
komersial yang ada.
 Singapura mempunyai beberapa jenjang pelayanan
kesehatan ( rujukan )seperti pelayanan kesehatan primer
(poliklinik atau klinik GP), pelayanan rumah sakit, serta
Intermediate and Long Term Care Service (ILTC).
 Pelayanan kesehatan primer diselenggarakan oleh dokter
umum, dokter keluarga dan perawat di dalam komunitas.  
 Pelayanan kesehatan primer inilah yang pertama kali berkontak
dengan pasien dan kemudian memiliki kemampuan untuk
merujuk pasien ke spesialisasi kedokteran tertentu ataupun
rumah sakit untuk diagnosis dan tata laksana yang lebih lanjut. 
 Untuk layanan rumah sakit sendiri, singapura menyediakan
delapan rumah sakit publik yang terdiri dari enam rumah sakit
umum, satu rumah sakit ibu dan anak, serta satu rumah sakit
psikiatri. Sedangkan ILTC sendiri digunakan untuk pasien-
pasien yang tidak memerlukan perawatan di dalam rumah sakit
lagi, akan tetapi tetap membutuhkan perawatan dalam jangka
waktu yang panjang. Biasanya ILTC ini bersifat community-
based.
CONTOH :
SISTEM KESEHATAN NASIONAL ( SKN)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 72 TAHUN 2012
TENTANG SISTEM KESEHATAN NASIONAL

DEFINISI Sistem Kesehatan Nasional ( SKN ) adalah pengelolaan


kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen Bangsa
Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
PENGELOLAAN KESEHATAN

1. Pengelolaan Administrasi Kesehatan


2. Informasi Kesehatan
3. Sumber Daya Kesehatan
4. Upaya Kesehatan
5. Pembiayaan Kesehatan
6. Peran Serta dan pemberdayaan masyarakat
7. IPTEK di bidang kesehatan
8. Pengaturan hukum kesehatan

Pengelolaan Kesehatan dilakukan secara berjenjang di pusat dan daerah dengan


memperhatikan otonomi daerah dan otonomi fungsional di bidang kesehatan →
dilaksanakan melalui SKN
DASAR HUKUM SKN
1. SKN 1982
Dasar hukum SKN Tahun 1982 → KEPMENKES
No. 99a/MENKES/SK/III/1982 tentang berlakunya SKN
2. SKN 2004
Dasar hukum SKN Tahun 2004 → KEPMENKES
No. 131/MENKES/SK/II/2004 tentang SKN
3. SKN 2009
Dasar hukum SKN Tahun 2009 → KEPMENKES RI
No. 374/MENKES/SK/V/2009, serta UU 36 tahun 2009 Pasal 167 (4)
tentang Kesehatan
4. SKN 2012
Dasar hukum SKN Tahun 2012 → PERPRES No. 72 Tahun
2012 Tentang SKN
PELAKSANAAN SKN

1. Peningkatan perilaku dan


kemandirian masyarakat
2. Profesionalisme sumber daya
manusia kesehatan, serta
3. Upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif
dan rehabilitatif.
LANDASAN SKN

1. Landasan Idiil : Pancasila


2. Landasan Konstitusional : UUD Negara RI Th. 1945

a. Pasal 28A
”Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya”,
b. Pasal 28B ayat (2)
”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.”,
c. Pasal 28C ayat (1)
”Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia”,
CON’T
e. Pasal 28H ayat (3)
”Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat”,
f. Pasal 34 ayat (2)
”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan
tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”,
g. Pasal 34 ayat (3)
”Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.
3. Landasan Operasional → meliputi UUD Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan dan ketentuan peraturan
perundangundangan lainnya yang berkaitan dengan
penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.
TUJUAN SKN

 Terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh


semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta,
maupun pemerintah secara sinergis, berhasil
guna & berdaya guna sehingga tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tinggi nya
 Menjadi acuan dalam penyusunan dan
pelaksanaan pembangunan kesehatan yang
dimulai dari kegiatan perencanaaan sampai
dengan kegiatan monitoring dan evaluasi.
CONTOH : MENGALAMI PENINGKATAN

1. Penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dari 46 per 1.000


kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 34 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007); dan
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) 318 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 1997 menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2007. Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007
2. Akses rumah tangga yang dapat menjangkau fasilitas
pelayanan kesehatan ≤ 30 menit sebesar 90,7% dan akses
rumah tangga yang berada ≤ 5 km dari fasilitas pelayanan
kesehatan sebesar 94,1%. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas
2007);
3. Akses terhadap air bersih sebesar 57,7% rumah tangga dan
sebesar 63,5% rumah tangga mempunyai akses pada sanitasi
yang baik (Riskesdas 2007);
CONTOH :

Permasalahan :
1. Masih terdapat disparitas geografi; belanja daerah; pendidikan;
infrastruktur; akses dan fasilitas pelayanan kesehatan (sumber
Riset Fasilitas Kesehatan 2011 dan sumber lainnya);
2. Akses rumah tangga dan jumlah FASKES pada daerah terpencil,
tertinggal, perbatasan, dan pulau-pulau kecil terdepan dan terluar
masih rendah.
3. Jarak FASKES yang jauh disertai distribusi tenaga kesehatan yang
tidak merata antara lain ketersediaan dokter, listrik untuk faskes,
air bersih dan pelayanan kesehatan yang mahal menyebabkan
rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan;

Meskipun terjadi peningkatan status kesehatan masyarakat di


atas, namun masih belum seperti yang diharapkan = harus terus
diupayakan dengan perbaikan SKN.
CONTOH :
MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGS)

 (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan


menjadi “Tujuan Pembangunan Milenium”, adalah
sebuah paradigma pembangunan global yang
 dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh
189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di
New York pada bulan September 2000.
 Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut
berkomitmen untuk mengintegrasikan MDGs sebagai
bagian dari program pembangunan nasional dalam upaya
menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang  sangat
 mendasar tentang pemenuhan hak asasi dan kebebasan
manusia, perdamaian, keamanan, dan pembangunan.
TUJUAN/ TARGET INDONESIA YANG
DISEPAKATI DALAM MDGS TH. 2000 - 2015

1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan,


2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua,
3. Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan
Perempuan,
4. Menurunkan Angka Kematian Anak,
5. Meningkatkan Kesehatan Ibu,
6. Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular
Lainnya,
7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dan
8. Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan.
STATUS PENCAPAIAN MDGS

 Ada tiga target tujuan pembangunan millennium yang sangat


sulit dicapai pada tahun 2015 :
1. Menurunkan angka kematian ibu melahirkan,
2. Menurunkan penyebaran virus HIV/AIDS
3. Mengakses air bersih dan sanitasi dasar.
 Hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya -
Pembangunan yang belum merata sehingga
infrastruktur maupun layanan kesehatan antara satu
provinsi dengan provinsi lainnya berbeda.
- Contoh : satu daerah hanya memiliki satu puskesmas
dan itu jaraknya sangat jauh serta dengan kondisi jalan
yang tidak baik. Selain itu pendidikan masyarakat untuk
bisa hidup sehat juga masih sangat kurang
 Angka kematian ibu melahirkan selalu tinggi setiap
tahunnya.
- Hal ini masih kurangnya tenaga kesehatan di daerah
terutama daerah terpencil di Indonesia.
- Kebanyakan dari mereka yang hidup di daerah
terpencil masih percaya dukun beranak.
- Tidak lagi berjalannya program Keluarga Berencana
(KB) saat ini.
 Terkait HIV AIDS , jumlah penderita HIV AIDS di
Indonesia terus bertambah.
 Pemerintah Indonesia serius melaksanakan agenda Sustainable
Development Goals ( SDGs). Total 169 indikator SDGs
diintegrasikan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
 Bentuk konsistensi pemerintah untuk melembagakan agenda
SDGs ke dalam program pembangunan nasional dengan
terbitnya Perpres Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
 Perpres SDGs juga bertujuan menjaga peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan, menjaga
keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas
lingkungan hidup serta pembangunan yang inklusif dan
terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan
kualitas kehidupan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
SEKIAN
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT
TUGAS
Buatlah menjadi 4 Kelompok
Persentasikan Tentang :

1. Asuransi Kesehatan
- Asuransi Kesehatan di Indonesia
- Asuransi Kesehatan di Negara Berkembang
- Asuransi kesehatan di Negara Maju
2. Kebijakan Obat Nasional (KONAS)
- Komponen kebijakan obat nasional
- Definisi obat esensial
- Mekanisme pemilihan obat esensial
- Fungsi daftar obat Esensial
3. Pelayanan farmasi komunitas
- Peranan farmasis di Apotek
- Peranan farmasis di Puskesmas

4. Pelayanan farmasi komunitas


- Peranan farmasis di Rumah Sakit
- Peranan farmasis di Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai