Anda di halaman 1dari 85

Pemicu 2

LO 1

Kelainan Kongenital Organ Genital


Hipospadia
• Kelainan kongenital dimana muara uretra terletak di
ventral penis & proksimal ujung penis.
• Prepusium ventral tidak berkembang.Prepusium dorsal
berkembang berlebih (dorsal hood) + korde (angulasi
penis ke ventral)
Epidemiologi :
3,2/1000 kelahiran
Kadang disertai kelainan seperti stenosis meatus uretra,
maldensus testis atau hernia inguinalis.
Hipospadia + maldesensus testis = 9%
Hipospadia posterior + maldesensus testis = 32%
Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo
Etiologi
• Terjadi akibat kegagalan
utetral folds berfusi di
urethral groove secara
sempurna
https://www.researchgate.net/figure/8989235_fi

https://www.researchgate.net/figure/8989235_fig5_Fig-5-Detail-in-
transverse-section-of-the-urethral-groove-urethral-folds-and-urethral
Klasifikasi
• Berdasarkan letak muara uretra :
– Hipospadia anterior
• Glanular
• Subkoronal
• Penis Distal
– Hipospadia medius
• Midshaft
• Penis proksimal
– Hipospadia posterior
• Penoskrotal
• Skrotal
• Perineal

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Tatalaksana
• Operasi, bertujuan :
– Kosmetik penis : fungsi miksi & fungsi seksual normal (ereksi lurus &
pancaran ejakulasi kuat)
– Penis tumbuh normal
• Tahapan rekonstruksi :
– Koreksi korde (ortoplasti) : meluruskan penis
– Membuat neouretra & kulit penis (uretroplasti)
– Membuat glans

Operasi hipospadia dianjurkan saat usia pra-sekolah


Koreksi hipospadia dilakukan lebih dari sekali operasi. Jika terjadi
komplikasi lakukan koreksi ulang.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


• Hipospadia posterior + maldesensus testis
perlu dilakukan pemeriksaan uretroskopi
praoperatif yang bertujuan untuk melihat
pembesaran utrikulus prostatikus.

• Komplikasi sesudah operasi:


– Fistula uretrokutan
– Stenosis meatus uretra
– Striktura uretra
– Korde yg belum sepenuhnya terkoreksi
– Divertikel uretra

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Epispadia
• Muara uretra berada di dorsum penis dan jarak antara simfisis pubis tidak
terlalu jauh.
• 90% disertai refluks vesiko ureter.
• 75% disertai inkontinensia urin.
• Epispadia sering disertai dengan penis angulasi ke dorsal.
• Epispadia dibagi menjadi 3 :
1. Glanular
2. Penile
3. Penopubik
• Epidemiologi : terjadi 1/30.000 kelahiran hidup. Lebih sering pada laki-laki
dibandingkan perempuan (3:1).

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


• Etiologi : Penyebab belum jelas. Kemungkinan
karena pertumbuhan os pubis yang
terhambat.
• Epispadia dapat terjadi bersama dengan
kelainan kongenital berupa ekstrofi kandung
kemih.

Elder JS. Anomalies of the bladder. In: Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, Schor
NF, eds. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed. Philadelphia, PA: Elsevier; 2016:chap
Tanda dan Gejala
• Tanda pada laki-laki : penis pendek, lebar dan angulasi
ke dorsal. Uretra terdapat di bagian dorsal penis
bukan.
• Tanda pada perempuan : clitoris dan labia abnormal.
Uretra terdapat di antara clitoris dan labia, terkadang
bisa di daerah perut.
• Gejala :
Nefropati refluks, hidronefrosis (karena refluks urin)
Inkontinensia urin
ISK
Os pubis melebar
Elder JS. Anomalies of the bladder. In: Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, Schor
NF, eds. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed. Philadelphia, PA: Elsevier; 2016:chap
Tatalaksana
• Pada epispadia glanular dan penile dilakukan
ureteroplasti dengan kordektomi.
• Pada epispadia penopubik biasanya disertai
dengan inkontinesia urin sehingga operasi
yang dilakukan terdiri dari : bladder-neck
plasty, ureteroplasti dan implantasi uretra.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Fimosis
• Prepusium penis tidak dapat ditarik ke proksimal sampai ke
korona glandis
• Dialami sebagian besar bayi baru lahir karena adanya adesi
alamiah antara prepusium dengan glans penis
• Sampai usia 3-4 thn, penis tumbuh dan berkembang, dan
terjadi penumpukan smegma dalam prepusium yang
perlahan-lahan akan memisahkan prepusium dari glans penis.
• Ereksi penis secara berkala membuat prepusium terdilatasi
perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil & dapat
ditarik ke proksimal.
• Usia 3 th, 90% prepusium sudah dapat diretraksi

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Gambaran Klinis
• Pasien datang ke dokter karena adanya benjolan lunak diujung penis
yang disebut korpus smegma (timbunan smegma dalam sakus
prepusium penis).
• Terjadi gangguan aliran urin :
–Sulit kencing
–Pancaran urin kecil
–Saat miksi ujung prepusium penis menggembung
–Retensi urin
• Kebersihan lokal yang kurang dapat menyebabkan infeksi :
–Postitis (infeksi pada prepusium)
–Balanitis (infeksi pada glans)
–Balanopostitis (infeksi pada prepusium dan glans)

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Tatalaksana
• Tidak disarankan menarik prepusium ke arah
glans secara paksa.
• Fimosis + balanitis xerotika obliterans  salep
deksametasone 0,1%, 3 – 4 x (diharapkan dalam
6 minggu prepusium dapat diretraksi spontan)
• Fimosis + gangguan miksi  sirkumsisi
• Jika terdapat infeksi sembuhkan dulu dengan
antibiotik baru lakukan sirkumsisi.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Parafimosis
• Prepusium penis yang ditarik sampai disulkus
koronarius tidak dapat dikembalikan pada
keadaan semula dan timbul jeratan pada penis
di sulkus koronarius.
• Terjadi ketika retraksi penis ke proksimal saat
bersenggama/masturbasi/sehabis
pemasangan kateter tetapi prepusium tidak
dikembalikan ke tempat semula.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Gambaran Klinis
• Edema glans penis disebabkan gangguan
aliran balik vena supervisial sedangkan aliran
arteri normal.
• Jika dibiarkan, pembengkakan di glans penis
akan semakin besar dan dapat terjadi nekrosis
glans penis.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Tatalaksana
• Teknik manual : memijat glans 3-5 menit
sehingga edema berkurang & perlahan
prepusium dapat dikembalikan.
• Dorsumsisi pada jeratan dilakukan ketika
teknik manual tdk berhasil.
• Sirkumsisi dilakukan ketika edema & inflamasi
sudah hilang.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Hidrokel
• Definisi : penumpukan cairan yg berlebihan
diantara tunica vaginalis pars parietalis & pars
visceralis.
• Pada keadaan normal cairan selalu ada dalam
rongga tersebut tetapi seimbang antara
produksi dengan reabsorbsi oleh sistem
limfatik di sekitarnya.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


• Etiologi
– Dewasa :
• Primer (idiopatik)
• Sekunder disebabkan oleh kelainan testis/epididimis
(tumor, infeksi, trauma) sehingga terganggunya sistem
sekresi / reabsorbsi cairan di kantung hidrokel
– Bayi baru lahir :
• Proses vaginalis belum menutup sempurna sehingga
terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis
• Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum
dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Klasifikasi
• Berdasarkan letak kantong hidrokel terhadap testis :
1. Hidrokel testis
- Kantong hidrokel mengelilingi testis sehingga testis tidak teraba
- Anamnesis : besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari
2. Hidrokel funikulus
- Kantong hidrokel berada di funikulus
- Pada palpasi testis teraba & berada di luar kantong hidrokel
- Anamnesis : kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari
3. Hidrokel komunikan
- Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dgn rongga peritoneum
- Anamnesis : ukuran kantong hidrokel berubah-ubah (bertambah besar saat anak
menangis).
-Palpasi : kantong hidrokel terpisah dari testis & dapat dimasukan ke dalam rongga
abdomen.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Gambaran Klinis
• Benjolan di skrotum
• Tidak nyeri

PF
• Benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus
• Pada pemeriksaan penerawangan  transiluminasi +

PP
• USG  apabila hidrokel terinfeksi / kulit skrotum sangat
tebal

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Tatalaksana
• Aspirasi tdk dianjurkan karena angka kekambuhan
tinggi & dapat menyebabkan infeksi
• Indikasi operasi:
– Hidrokel besar yang dpt menekan pembuluh darah
– Indikasi kosmetik
– Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat shg
menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari
• Hidrokel pada bayi ditunggu sampai usia 1 tahun.Jika
hidrokel tetap ada/tambah besar lakukan koreksi.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


• Hidrokel kongenital + hernia inguinalis lakukan
operasi hidrokel + herniorafi
• Hidrokel funikulus laukan ekstirpasi hidrokel
secara in toto
• Hidrokel testis dewasa lakukan pendekatan
skrotal :
– Dilakukan eksisi & marsupilasi kantong hidrokel
sesuai cara Winkelman/plikasi kantong hidrokel
dgn cara Lord
Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo
Komplikasi
• Hidrokel cukup besar dapat mengakibatkan
trauma
• Hidrokel permagna dapat menekan P.D. yg
menuju ke testis sehingga menyebabkan atrofi
testis

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Torsio Testis
• Definisi : terpeluntirnya funikulus spermatikus
sehingga menyebabkan gangguan aliran darah
pada testis
• Diderita 1 dari 4000 pria < 25th
• Paling banyak pada masa pubertas (12 – 20th)
• Janin yang masih di dalam uterus atau bayi baru
lahir yang mengalami torsio testis tidak
terdiagnosis dapat mengakibatkan kehilangan
testis unilateral / bilateral.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


• Normal : testis dibungkus tunika albuginea. Testis
dan epididimis pada permukaan anterior serta
lateral dikelilingi oleh tunika vaginalis.
• Pada masa janin & neonatus : lapisan parietal yang
menempel pada m.dartos masih belum banyak
jaringan penyanggahnya sehingga testis, epididimis,
tunika vaginalis mudah bergerak akibatnya
terpeluntir pada sumbu funikulus spermatikus. Hal
ini memungkinkan terjadinya torsio ekstravaginal.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


• Pada remaja : tunika vaginalis seharusnya
mengelilingi permukaan anterior dan lateral testis.
Pada kelainan ini : tunika vaginalis mengelilingi
semua permukaan testis sehingga mencegah
insersi epididimis ke dinding scrotum akibatnya
testis & epididimis mudah bergerak di kantung
tunika vaginalis dan menggantung di funikulus
spermatikus disebut anomali bell-clapper. Hal ini
memungkinkan terjadinya torsio intravaginal.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Patogenesis
• Otot kremaster berfungsi untuk menggerakkan testis mendekati dan
menjauhi rongga abdomen untuk mempertahankan suhu ideal testis.
• Adanya kelainan sistem penyanggah testis diserta adanya gerakan yang
berlebihan dapat menyebabkan torsio testis.
• Keadaan yang menyebabkan pergerakan berlebihan :
– Perubahan suhu yang mendadak (berenang)
– Latihan berlebihan
– Batuk
– Defekasi
– Trauma yang mengenai skrotum
• Terpeluntirnya funikulus spermatikus menyebabkan obstruksi aliran darah
testis sehingga testis mengalami hipoksia, edema, iskemia yang akhirnya
akan nekrosis.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Gambaran Klinis dan Diagnosis
• Nyeri hebat daerah skrotum secara tiba-tiba (akut
skrotum).
• Nyeri dapat menjalar ke daerah ingunal dan perut
bag.bawah.
• Pada bayi gejala menyebabkan bayi gelisah,rewel dan
tidak mau menyusu.
• PF menunjukan testis lebih tinggi dan horizontal
dibandingan testis kontralateral. Pada torsio testis
yang baru terjadi, dapat dirasakan lilitan pada
funikulus spermatikus.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Pemeriksaan Penunjang
• Sedimen urin tidak menunjukan leukosit.
• Pemeriksaan darah tidak menunjukan tanda inflamasi
kecuali pada torsio testis yang sudah lama dan mengalami
peradangan steril.
• Membedakan torsio testis dengan akut skrotum dilakukan
menilai aliran darah ke testis menggunakan stetoskop
Doppler, ultrasonografi Doppler dan sintigrafi testis
• Torsio testis tidak ada aliran darah ke testis.
• Peradangan akut testis peningkatan aliran darah ke testis.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


DD
• Epididimitis akut : secara klinissulit dibedakan. Biasanya
disertai kenaikan suhu tubuh, keluar nanah dari
uretra,riwayat koitus suspektus, pernah kateterisasi uretra.
Jika dilakukan elevasi testis epididimis akut terkadang nyeri
jberkurang sedangkan pada torsio nyeri tetap ada (Phren).
Sedimen urin epididimis akut : leukosituria & bakteriuria (+)
• Hernia inkarserata : benjolan yang dapat keluar masuk ke
dalam scrotum
• Hidrokel terinfeksi : sudah ada benjolan dalam scrotum
• Tumor testis : benjolan tidak nyeri kecuali perdarahan testis

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Tatalaksana
• Detorsi manual : mengembalikan posisi testis ke asalnya dengan cara memutar
testis ke arah berlawanan dgn arah torsio. Torsio biasanya ke arah medial, putar
testis ke lateral jika nyeri hilang berhasil. Jika nyeri masih ada coba putar ke arah
sebaliknya. Hilangnya nyeri menandakan detorsi berhasil. Setelah berhasil tetap
lakukan operasi.
• Operasi : lakukan reposisi lalu cek apakah testis mengalami torsio masih viable
atau sudah nekrosis.
- Testis masih viable :orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos, disusul
orkidopeksi pada testis kontralateral. Prosedur ini menggunakan benang yang
tidak diserap pada 3 tempat untuk mencegah agak testis tidak mengalami torsio
lagi.
- Testis nekrosis :orkidektomi (pengangkatan testis), disusul orkidopeksi pada
testis kontralateral.
Testis yang nekrosis apabila didiamkan akan membentuk antibodi antisperma
sehingga dapat menyebabkan penurunan kemampuan fertile.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Maldesensus Testis
• Saat janin, testis berada di rongga abdomen dan
beberapa saat sebelum bayi dilahirkan, testis mengalami
desensus testikulorum atau turun ke dalam kantung
skrotum. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
penurunan testis ke dalam skrotum, antara lain:
1. Adanya tarikan dari gubernakulum testis dan refleks
dari otot kremaster.
2. Perbedaan pertumbuhan gubernakulum dengan
pertumbuhan badan.
3. Dorongan dari tekanan intraabdominal.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


• Terdapat 2 jenis maldesensus testis:
1 Kriptorkismus: testis tidak mencapai skrotum tetapi masih
berada pada jalurnya yang normal
- terletak di kanalis inguinalis atau di rongga abdomen
yaitu terletak di antara fossa renalis dan anulus
inguinalis internus
2 Ektopik : pada proses desensus, testis tersesat dari
jalurnya yang normal
- terletak di perineal, di luar kanalis inguinalis yaitu
diantara aponeurosis obligus eksternus dan jaringan
subkutan, suprapubik, atau di regio femoral

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Letak maldesensus testis

Kriptorkiskmus :
1. Testis retraktil
2. Inguinal
3. Abdominal

Testis ektopik :
4. Inguinal superfisial
5. Penil
6. Femoral

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Etiologi

Testis maldesensus terjadi karena :


– Kelainan gubernakulum testis
– Kelainan intrinsik testis
– Defisiensi hormon gonadotropin yang memacu
proses desensus testis.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Patofisiologi
• Suhu di dalam rongga abdomen ± 1˚C lebih tinggi daripada suhu di
dalam skrotum sehingga testis abdominal selalu mendapatkan suhu
yang lebih tinggi daripada testis normal akibatnya terjadi kerusakan
sel-sel epitel germinal testis.
• Pada usia 2 tahun, sebanyak 1/5 bagian dari sel-sel germinal testis
telah mengalami kerusakan.
• Pada usia 3 tahun hanya 1/3 sel-sel germinal yang masih normal.
• Kerusakan ini makin lama makin progresif dan akhirnya testis menjadi
mengecil.
• Karena sel-sel Leydig sebagai penghasil hormon androgen tidak ikut
rusak, maka potensi seksual tidak mengalami gangguan.
• Akibat lain yang ditimbulkan dari letak testis yang tidak berada di
skrotum adalah mudah terpluntir (torsio), mudah terkena trauma, dan
lebih mudah mengalami degenerasi maligna.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Gambaran Klinis
• Pada anak : testis tidak teraba dalam skrotum.
• Pada dewasa : infertil dan dirasakan benjolan di daerah perut
bag.bawah karena testis maldensensus mengalami trauma,
torsio atau malignansi.
• Skrotum hipoplasia karena tidak ditempati testis.
• Saat palpasi testis tidak ada di sktorum, melainkan terdapat di
ingunal atau tempat lain.
• Jika kedua testis tidak diketahui tempatnya, harus dibedakan
dengan anorkismus bilateral (tidak mempunyai testis).
Dilakukan dengan pemeriksaan hormonal testosteron dengan
pemberian HCG.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Pemeriksaan
Uji hCG  mengetahui keberadaan testis

Periksa kadar testoteron awal

Injeksi hCG 2000 U/hari selama 4 hari

Hari ke V: kadar meningkat 10 kali lebih tinggi


daripada kadar semula

Testis memang ada

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Pemeriksaan Penunjang
• Dilakukan apabila letak testis intraabdominal atau kulit pasien
terlalu tebal.
• Pemakaian ultrasonografi untuk mencari letak testis sering kali
tidak banyak manfaatnya sehingga jarang dikerjakan.
• Flebografi selektif : usaha untuk mencari keberadaan testis secara
tidak langsung, yaitu dengan mencari keberadaan pleksus
pampiniformis jika pleksus pampiniformis tidak ada kemungkinan
testis memang tidak pernah ada
• Diagnostik laparoskopi : mencari keberadaan testis mulai dari dari
fossa renalis hingga anulus inguinalis internus.Laparoskopi lebih
dianjurkan daripada melakukan eksplorasi melalui pembedahan
terbuka.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Tatalaksana
• Medikamentosa
Hormon hCG yang disemprotkan intranasal.
• Operasi
Operasi yang dikerjakan adalah orkidopeksi yaitu
meletakkan testis ke dalam skrotum dengan melakukan
fiksasi pada kantong sub dartos.
Tujuan operasi pada kriptorkismus adalah :
1. Mempertahankan fertilitas
2. Mencegah timbulnya degenerasi maligna
3. Mencegah kemungkinan terjadinya torsio testis
4. Melakukan koreksi hernia
5. Secara psikologis mencegah terjadinya rasa rendah
diri karena tidak mempunyai testis.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


DD
• Testis retraktil/ kriptorkismus fisiologis : testis yang biasanya
berada di kantung skrotum tiba-tiba berada di daerah inguinal dan
pada keadaan lain dapat kembali ke tempat semula. Disebabkan
oleh reflek otot kremaster yang terlalu kuat akibat cuaca
dingin/setelah melakukan aktifitas fisik
• Anorkismus : terjadi kongenital karena memang tidak terbentuk
testis atau testis atrofi akibat torsio in utero atau torsio pada saat
neonatus.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


LO 2

ISK
• Definisi:
– Merupakan infeksi yang terjadi sepanjang saluran
kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat
proliferasi suatu organisme (Corwin, E.J,2001: 480)
• Bakteriuria signifikan:
– Bakteriuria signifikan: ≥ 105 /mL pada urin
midstream.
Pada ambilan suprapubik, 10²-104 /mL
menandakan infeksi +
• ISK terjadi saat mikro organisme masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembang biak dalam media
urin

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Istilah dalam ISK
• ISK uncomplicated : infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai
kelainan anatomi maupun struktur saluran kemih
• ISK complicated : infeksi saluran kemih pada pasien yang menderita
kelainan anatomi maupun struktur saluran kemih, atau adanya penyakit
sistemik.
• First infection : infeksi yang pertama kali diderita atau infeksi yang didapat
setelah sekurang-kurangnya 6 bulan setelah bebas dari ISK
• Unresolved bacteriuria : infeksi yang tidak mempan dengan terapi
antibiotika. Hal ini disebabkan karena bakteri sudah resisten.
• Infeksi berulang : timbul kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat
dibasmi dengan antibiotika pada infeksi yang pertama
– Dapat berasal dari :
• Re-infeksi : bakteri penyebab berasal dari luar saluran Kemih
• Persisten : bakteri penyebabnya berasal dari saluran kemih

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Epidemiologi
Dapat menyerang semua umur

Wanita lebih sering daripada pria (uretra wanita lebih pendek)

Pada neonatus : anak laki-laki (2,7%) yang tidak menjalani sirkumsisi

daripada anak perempuan (0,7%)


Pada masa sekolah : anak perempuan (3%) sedangkan anak laki-laki (1,1%)

Remaja : anak perempuan meningkat dari 3,3 sampai 5,8%

Bakteriuria asimptomatik pada wanita usia 18-40 tahun (5-6%) dan

meningkat pada usia lanjut (20%)

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Patogenesis
Mikroorganisme memasuki
sal.kemih melalui cara :
 Ascending

Hematogen (M.Tuberculosis
atau S.aureus)
 Limfogen

Langsung dari organ sekitarnya


yang sebelumnya telah terinfeksi
Masuknya kuman secara ascending ke dalam sal.kemih :
(1) Kolonisasi kuman di sekitar uretra
(2) Kuman masuk melalui uretra ke VU
(3) Kuman menempal pada dinding VU
(4) Kuman masuk melalui ureter ke ginjal
Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo
• Sebagian besar mikro organisme masuk ke saluran kemih
melalui cara ascending
• Pada umumnya mikro organisme penyebab ISK merupakan
flora normal usus dan hidup secara komensal dalam introitus
vagina, preupusium penis, kulit perineum dan sekitar anus.
– ISK terjadi karena adanya gangguan keseimbangan antara
mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai
agent dan epitel saluran kemih sebagai host : pertahanan
tubuh host ↓ / virulensi agent ↑

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Faktor Host
• Kemampuan host dalam mencegah masuknya mikro organisme ke dalam saluran kemih di atur oleh 2
faktor :
1. Pertahanan lokal tubuh :
–Mekanisme pengosongan urine yang teratur dari VU dan gerakan peristaltik ureter (wash out
mechanism)
–pH urine yang rendah
–Adanya ureum dalam urin
–Osmolalitas urin yang cukup tinggi
–Estrogen pada wanita usia produktif
–Panjang uretra pada pria
–Adanya zat antibakteri pada kelenjar prostat atau PAF yang terdiri atas unsur Zn
–Uromukoid (protein Tamm-Horsfall) yang dapat menghambat penempelan bakteri pada urotelium

2. Peranan sistem imunitas tubuh yang terdiri dari imunitas humoral maupun selular

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Faktor Mikroba
• Bakteri memiliki pili atau fimbrae dipermukannya. Pili
digunakan untuk menempelkan bakteri pada
urotelium.
• Terdapat 2 jenis pili :
1. Pili 1 (menimbulkan infeksi pada sistitis)
2. Pili P (menimbulkan infeksi berat seperti pada
pielonefritis akut)
• Beberapa bakteri dapat membentuk antigen,
menghasilkan toksin (hemolisin), menghasilkan enzim
urease untuk mengubah urin menjadi basa.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Pielonefritis Akut
• Reaksi inflamasi akibat infeksi pada pielum
dan parenkim ginjal. Umumnya kuman berasal
dari saluran kemih bag.bawah yang naik ke
ginjal melalui ureter.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Etiologi
• E. coli
• Proteus
• Klebsiella sp
• Kokus gram positif : Strepcococcus faecalis dan
enterokokus
• Staphyllococcus aureus dapat melakukan
penularan hematogen tapi sangat jarang

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Gambaran Klinis
• Gambaran klasik : demam tinggi dengan
menggigil, nteri daerah perut dan pinggang,
mual muntah.
• Kadang disertai gejala iritasi VU

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Diagnosa
• PF : nyeri pinggang dan perut, suara usus melemah
seperti ileus paralitik.
• Pemeriksaan darah : leukositosis, peningkatan LED.
• Urinalisis : piuria, bakteriuria, hematuria.
• Pada pielonefritis bilateral terjadi penuruaan faal
ginjal dan pada kultur urin terdapat bakteriuria.
• Foto polos perut : kekaburan dari bayangan m.psoas
• IVU : bayangan ginjal membesar dan terdapat
keterlambatan pada fase nefrogram.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


DD
• Inflamasi pada organ di sekitar ginjal :
pankreatitis, appendisitis, kolesistitis,
divertikulitis, pneumonitis dan inflamasi organ
pelvis

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Talataksana
• Tujuan terapi adalah mencegah kerusakan ginjal dan memperbaiki keadaan pasien.
• Terapi suportif dan antibiotik.
• Antibiotik yang digunakan merupakan bakterisidal, spektrum luas yang mampu
melakukan penetrasi ke jaringan ginjal dan kadar dalam urin cukup tinggi.
• Antibiotik yang digunakan :
1. Aminoglikosida + aminopenisilin
2. Aminopenisilin + asam klavulanat/sulbaktam
3. Karboksipenisilin
4. Sefalosporin
5.Fluoroquinolone
• Jika dengan pemberian antibiotik keadaan membaik, pemberian parenteral
diteruskan sampai 1 minggu lalu lanjutkan per oral selama 2 minggu selanjutnya.
• Jika dalam 48-72 jam keadaan tidak membaik mungkin kuman tidak sensitif
terhadap antibiotik tersebut.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Epididimitis
• Definisi : reaksi inflamasi pada epididimis.
• Jika tidak di obati dengan baik dapat
menyebar ke testis sehingga menyebabkan
orkitis, abses testis, nyeri kronis pada skrotum
dan infertilitas.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Patogenesis
• Diduga berasal dari bakteri dalam VU, prostat
atau uretra yang secara ascending menjalar ke
epididimis.
• Bisa juga karena refluks urin melalui duktus
ejakulatorius atau penyebaran bakteri secara
hematogen.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Etiologi
• Mikroba penyebab pada pria dewasa (<35thn)
tersering : Chlamydia trachomatis atau
Neisseria gonorrhoeae
• Pada anak dan orang tua : E. coli, atau
Ureaplasma ureaitycum.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Gambaran Klinis
• Gejala sulit dibedakan dengan torsio testis
• Nyeri mendadak pada skrotum
• Bengkak pada kauda hingga kapur epididimis
• Terkadang disertai demam,malaise, dan nyeri
hingga pinggang

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Diagnosa
• Pemeriksaan menunjukan pembengkakan pada
hemiskrotum dan terkadang saat palpasi susah untuk
memisahkan antara epididimis dengan testis.
• Terkadang disertai hidrokel sekunder akibat reaksi inflamasi
pada epididimis.
• Reaksi inflamasi dapat menjalar ke funikulus spermatikus
pada daerah inguinal.
• Pemeriksaan urinalisis dan darah lengkap dapat
membuktikan adanya proses inflamasi,
• USG Doppler dan stetoskop Doppler menunjukan
peningkatan aliran darah ke epididimis.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Tatalaksana
• Antibiotik tergantung kuman penyebab
• Usia < 35 tahun dengan perkiraan kuman penyebab
Chlamydia trachomatis atau Neisseria gonorrhoeae dapat
diberikan :
Amoksisilin + probenesid
Ceftriakson IV
• Kemudian teruskan dengan doksisiklin atau eritromisin per
oral selama 10hari.
• Untuk menghilangkan nyeri berikan anastesi lokal/topikal.
Disarankan menggunakan celana ketat agar testis terangkat
dan kurangi aktivitas.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


LO 3

Batu Saluran Kemih Kolik


Etiologi
• Gangguan aliran urin
• Gangguan metabolik
• Infeksi saluran kemih
• Dehidrasi
• Idiopatik

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Faktor Intrinsik
• Herediter : diturunkan dari orang tua
• Usia : paling sering didapatkan pada usia 30-
50 tahun
• Jenis kelamin : laki-laki 3x lebih sering terjadi
daripada perempuan

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Faktor Ekstrinsik
• Geografi : beberapa daerah menunjukka kejadian batu
saluran kemih lebih tinggi daripada daerah lain
sehingga disebut daerah stone belt
• Iklim dan suhu
• Konsumsi air : konsumsi air yang kurang dan tingginya
kadar kalsium dalam air yang dikonsumsi dapat
meningkatkan batu saluran kemih
• Diet : diet tinggi purin, oksalat, dan kalsium
• Pekerjaan : pekerjaanbanyak duduk atau kurang
aktifitas

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Proses Pembentukan Batu Saluran Kemih

• Batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih


terutama di tempat yang mengalami hambatan aliran
urin (stasis urin) yaitu kaliks ginjal dan vesika urinaria
• Kristal melakukan presipitasi membentuk inti batu
(nukleasi)  agregasi, menarik bahan lain sehingga
terbentuk kristal yg lebih besar agregat kristal
menempel pada epitel saluran kemih terbentuk
retensi kristal  bahan lain ikut diendapkan pada
agregat sehingga membentuk batu yang cukup besar
untuk menyumbat saluran kemih
Batu Asam Urat
• Terjadi pada pasien gout, • Batu asam urat halus
menggunakan obat dan bulat  keluar
urikosurik seperti thiazide, spontan
sulfinpyrazone dan salisilat
• Pada IVU  bayangan
• Asam urat relatif tidak
filling defect karena
larut dalam urin
batu asam urat
• Faktor pembentuk batu
berwarna radiolusen
asam urat : urin terlalu
asam (pH<6), volume urin • Pada USG  gambaran
sedikit (<2 L/hari), bayangan akustik
hiperurikosuri

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Batu Kalsium
• Kandungan : kalsium
oksalat, kalsium fosfat
atau campuran kedua
unsur
• Batu kalsium bentuknya
bergerigi

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Faktor Terbentuknya Batu Kalsium
1. Hiperkalsuri : kadar kalsium urin 4. Hipositraturia,
>250-300 mg, penyebab
sitrat + kalsium  kalsium sitrat 
terjadinya :
mengurangi ikatan kalsium dengan
• Hiperkalsuri absorbtif
oksalat/fosfat
• Hiperkalsuri renal
• Hiperkalsuri resorptif Pada : penyakit asidosis tubuli
ginjal, sindrom malabsorbsi atau
2. Hiperoksaluri : ekskresi oksalat urin
>45 g/ hari pemakaian diuretic golongan
Penyebab : setelah pembedahan usus thiazide dalam waktu lama
dan pbanyak konsumsi makanan tinggi 5. Hipomagnesuria
oksalat seperti teh, kopi instan, Magnesium + oksalat 
minuman bersoda magnesium oksalat  mengurangi
3. Hiperurikosuria : kadar asam urat pembentukan batu kalsium oksalat
urin >850 mg/24 jam
Sebagai inti batu
Penyebab : IBD dengan malabsorbsi
Sumber : makanan mengandung purin
dan metabolisme endogen
Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo
Batu Struvit (MAP)
• Disebabkan infeksi saluran
kemih • Batu triple-phosphate
• Kuman penyebab infeksi adalah (terdiri dari 3 kation)
dapat menghasilkan enzim • Kuman pemecah urea :
urease (hidrolisis urea menjadi
proteus, stafilokokus,
amoniak) sehingga dapat
membuat urin menjadi basa. klebsiella, enterobakter,
• Suasana basa memudahkan pseudomonas, serratia
magnesium, amonium, fosfat
dan karbonat membentuk
magnesium ammonium fosfat
(MAP) dan karbonat apatit

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Batu Ginjal dan Batu Ureter
• Batu ginjal terbentuk pada tubulus ginjal kemudian
berada di kaliks,infundibulum,pelvis ginjal dan
bahkan bisa mengivis pelvis serta seluruh kaliks
ginjal.
• Batu yang tidak terlalu besar akan di dorong oleh
peristaltik otot-otot sistem pelvikalises dan turun ke
ureter kemudian menjadi batu ureter.
• Batu dengan ukuran <5mm akan masuk ke VU,
sedangkan >5mm akan menyangkut di ureter dan
dapat menyebabkan reaksi radang dan obstruksi.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Gambaran Klinis
• Keluhan tergantung dari posisi atau letak batu,
besar batu dan penyulit yang telah terjadi.
• Nyeri pinggang. Nyeri bisa kolik ataupun non
kolik.
• Batu pada distal ureter menyebabkan nyeri
saat berkemih.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Diagnosa
• PF: ditemukan nyeri ketok CVA, teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis, retensi urin, jika disertai infeksi didapatkan demam.
• Sedimen urin terdapat leukosituria, hematuria dan kristal
pembentuk batu.
• Kultur urin mungkin menunjukan adanya kuman pemecah urea.
• Foto polos abdomen : dilakukan untuk melihat kemungkinan
adanya baru radio opak di saluran kemih.
• IVU (Pielografi Intra Vena): untuk menilai keadaan anatomi dan
fungsi ginjal. Selain itu dapat mendeteksi adanya batu semi opak
ataupun non opak yang tidak terlihat pada foto polos.
• USG dilakukan apabila tidak bisa dilakukan IVU.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Tatalaksana
• Terapi diindikasikan ketika adanya obstruksi dan rasa nyeri.
• Medikamentosa : untuk batu <5mm, diharapkan batu dapat keluar
spontan. Terapi ditujukan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran
urin dengan diuretik.
• ESWL : alat yang dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal atau
batu VU tanpa tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah
menjadi fragmen kecil. Terkadang batu yang pecah menjadi ukuran
sedang saat keluar menyebabkan kolik dan hematuria.
• Endourologi : tindakan invasif minimal untuk memecahkan batu
kemudian dikeluarkan dengan alat yang dimasukan ke dalam saluran
kemih.
• Bedah laparoskopi.
• Bedah terbuka.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Pencegahan
• Minum yang cukup dan usahakan produksi
urin 2-3L/hari
• Diet untuk mengurangi kadar zat komponen
pembentuk batu
• Aktivitas harian yang cukup
• Pemberian medikamentosa

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


LO 4

Batu Saluran Kemih Non Kolik


Batu Buli-Buli/ Vesikolitiasis
• Sering terjadi pada pasien yang mengalami
gangguan miksi atau terdapat benda asing
dalam VU.
• Kateter yang terpasang dalam waktu lama dan
adanya benda asing dalam VU seringkali
menjadi inti terbentuknnya batu buli-buli.
• Batu buli-buli juga dapat berasal dari batu ginjal
atau batu ureter yang turun ke dalam VU.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Gambaran Klinis
• Gejala khas adalah : disuria, perasaan tidak enak
sewaktu kencing, kencing terhenti tiba-tiba
kemudian menjadi lancar kembali dengan
perubahan posisi tubuh.
• Nyeri saat miksi seringkali dirasakan sampai ujung
penis,skrotum,perineum,pinggang,sampai kaki.
• Pada anak sering mengeluh adanya enuresis
nokturna, pada anak laki sering menarik penis,
pada perempuan sering menggosok vulva.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Diagnosa
• Komposisi batu sering terdiri dari batu asam
urat atau struvit (jika ada infeksi) sehingga tidak
jarang pada pemeriksaan foto polos abdomen
tida tampak sebagai bayangan opak pada
kavum pelvis.
• IVU pada fase sistogram memberikan gambaran
bayangan negatif.
• USG dapat mendeteksi batu radiolusen pada
buli-buli.
Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo
Tatalaksana
• Batu buli-buli dapat dipecahkan dengan
litotripsi
• Jika terlalu besar memerlukan pembedahan
terbuka (vesikolitotomi).

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Batu Uretra
• Sering berasal dari batu ginjal/ureter yang
turun ke VU lalu masuk ke uretra.
• Batu primer uretra sangat jarang kecuali
dibentuk pada divertikel uretra.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Tanda dan Gejala
• Miksi tiba-tiba berhenti hingga retensi urin.
• Nyeri pinggang .
• Batu di uretra anterior dapat diraba berupa benjolan
keras di uretra pars bulbosa maupun pendularis,
terkadang terdapat di meatus uretra eksterna.
• Nyeri terasa pada glans penis atau tempat batu
berada
• Batu di uretra posterior menyebabkan nyeri di
perineum atau rektum

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo


Tatalaksana
• Batu meatus uretra eksterna atau fossa navikularis bisa
diambil dengan forsep setelah dilakukan pelebaran meatus
uretra (meatotomi).
• Batu kecil di anterior dikeluarkan dengan lubrikasi
menggunakan campuran jelly dan lidokain 2% intrauretra
yang dimasukkan ke area tersebut.
• Batu yang cukup besar di uretra posterior didorong masuk
ke VU lalu dilakukan litotripsi.
• Batu besar yang sulit berpindah tempat meskipun telah
dicoba dilubrikasi, dilakukan uretrolitotomi atau
dihancurkan dengan pemecah batu transuretra.

Dasar-Dasar Urologi.Edisi 3.Basuki B Purnomo

Anda mungkin juga menyukai