Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 3

Toksisitas Obat Narkotika


Dosen Pengampu :
Apt. Jenny Pontoan, M.Farm.

Putri Andriani 18330079


Shofa Salsabila 18330083
Sefia Martina 18330087
Khofifah Wulandari 18330088
Esa Yuni Milenia 18330098
Dela Indarani 18330106
Harfiana Safitri Umar 20330703
Rika Febrianti Nawawi 20330708

Devina Gressanta Simanullang 20330718


Dosmauli Nurita Simare-mare 20330749
TABLE OF CONTENT

LATAR MEKANISME
BELAKANG TOKSIKOKINETIK PENATALAKSANAAN
TOKSISTAS &
TOKSIKODINAMI
K

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


LATAR
BELAKANG
Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa pengobatan, menyembuhkan atau mencegah penyakit
pada manusia atau hewan. Meskipun obat dapat menyembuhkan tapi banyak kejadian yang menyebabkan
seseorang menderita akibat keracunan. Oleh karena itu dapat dikatakan obat dapat bersifat sebagai obat
apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang. Penyalahgunaan zat
atau obat dari hari ke hari semakin meningkat, walaupun banyak usaha untuk menanggulangi telah diusahakan.
Penyalahgunaan tidak terbatas pada orang dewasa saja tetapi telah terjadi pada anak-anak. Untuk itu sebagai
tenaga medis kita harus mengetahui apa itu penyalahgunaan zat/obat dan apa dampaknya bagi kesehatan dan
kehidupan sosial. Narkotik, pada mulanya ditemukan dan dikembangkan untuk pengobatan dan penelitian.
Tujuannya adalah untuk kebaikan manusia. Namun berbagai jenis obat tersebut kemudian juga dipakai untuk
tujuan bukan penelitian dan pengobatan, melainkan disalahgunakan untuk mencari kenikmatan sementara atau
mengatasi persoalan sementara. Pemakaian obat tanpa petunjuk medis merupakan penyalahgunaan.
Penyalahgunaan Narkotika cenderung mengakibatkan ketergantungan/dependensi, atau kecanduan. Biasanya
penyalahgunaan menghasilkan akibat yang serius dan dalam beberapa kasus bisa fatal dan mengakibatkan
kematian serta kerugian sosial dan ekonomi.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


Institut Sains Dan Teknologi Nasional

Narkotika adalah bahan/ zat/ obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan
mempengaruhi tubuh terutama otak/ susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan
gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan,
ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap narkotika.
Penyalahgunaan narkotika adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis
NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan
gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial (Azmiyati, 2014).

LATAR BELAKANG
Mekanisme toksisitas dan karakteristik pada
narkotika
Reseptor Narkotika Efek klinis

mu Morfin-analgesik Analgesia
Euforia
Sulit pernafasan
Miosis

Kappa Pentazocine Analgesia


Nalorfin Sedasi
Cyclazocine (analgesik yang Miosis
mirip morfin, memiliki beberapa
aktivitas kappa)
Levallorphan

sigma Pentazocine Disforia


Cyclazocine Delusi
Nalorfin Halusinasi
Toksikokinetik
Pada umumnya efek analgesik dari morfin dapat diabsorpsi dengan baik, walaupun
absopsi melalui saluran cerna cepat. Kodein dan oksikodon mempunyai rasio potensi
oral, parenteral yang tinggi karena konjugasinya dicegah oleh gugusan metil pada
gugusan hidroksil aromatik.
Penyerapan morfin oleh beberapa organ dan jaringan merupakan fungsi faktor fisiologik
dan kimia. Meskipun morfin terkait pada protein-protein plasma dengan berbagai
tingkat afisitas, senyawa-senyawa ini dengan cepat meninggalkan daah dan
terkolasisasi dengan konsentrasi tertinggi di jaringan-jaringan yang perfungsinya
tinggi seperti di paru, hati, ginjal dan limpa. Kadar morfin dalam otak biasanya
relatif rendah dibandingkan dengan diorgan-organ tubuh lain karena adanya sawar
darah otak. Penggunaan analgesik morfin untuk analgesia obstetrik dapat
menimbulkan depresi pernapasan.
Metabolit polar morfin diekskresi terutama pada ginjal. Konjugasi glukoroid juga
diekskresi kedalam empedu. Morfin diekskresi dalam bentuk terkonjugasi, yang
dominan adalah 3-0 glukuronida.
Toksikodinamik
Narkotika adalah golongan obat yang meliputi ganja, heroin, kokain, marijuana, kanabis,
dan morfin. Narkotika biasanya digunakan dengan cara dihisap atau sebagai rokok.
Tetrahydrocannabinol (THC), bahan aktif utama dalam narkotika, mengikat dan
mengaktifkan reseptor spesifik, yang dikenal sebagai reseptor cannabinoid.
Cerebellum adalah bagian otak yang terlibat dalam keseimbangan, postur tubuh, dan
koordinasi gerakan. Sedangkan Hippocampus terlibat dengan formasi memori.
Narkotika juga mempengaruhi area otak yang bertanggung jawab atas persepsi sensorik
(misalnya sentuhan, penglihatan, pendengaran, rasa, dan bau) di korteks serebral.
Efek akut narkotika bervariasi, termasuk tertawa dan cekikikan, peningkatan nafsu
makan, perubahan persepsi dan mood, dan efek stimulan atau sedatif.
Sensasi euphoria ringan, relaksasi, dan persepsi pendengaran dan visual yang diperkuat
dihasilkan oleh narkotika berpengaruh pada reseptor cannabinoid di otak.
Pada pengkonsumsi narkotika kronis, hilangnya reseptor CB1 di arteri otak mengurangi
aliran darah, dan karenanya menurunkan glukosa dan oksigen ke otak. Hasil utamanya
adalah defisit perhatian, kehilangan ingatan, dan kemampuan belajar terganggu.
Penatalaksanaan Opiat (morfin, kodein) :

1. Perbaiki tanda vital (tekanan darah, pernafasan, denyut nadi, temperatur suhu badan).
2. Berikan antidotum Naloxon HCL (Narcan, Nokoba) dengan dosis 0,01mg/kgBB secara
IV/IM,/SC.
3. Kemungkinan perlu perawatan ICU, khususnya bila terjadi penurunan kesadaran.
4. Observasi selama 24 jam untuk menilai stabilitas tanda-tanda vital

penatalaksanaan
Penatalaksanaan Opioid (metadon, oksikodon, dan buprenorfin) :

1. Simtomatik sesuai gejala klinis; Analgetik (Tramadol, Asam Mefenamat, Paracetamol), Spasmolitik
(Papaverin), Dekongestan, Sedatif - Hipnotik, Anti diare
2. Subtitusi Golongan Opioida: Kodein, Metadon, Buprenorfin yang diberikan secara tapering off. Untuk
Metadon dan Buprenorfin terapi dapat dilanjutkan untuk jangka panjang (Rumatan) 
3. Subtitusi non opioida; Klonidin dengan dosis 17mcg/KgBB dibagi dalam 3-4 dosis diberikan selama 10
hari dengan tapering of 10%/hari, perlu pengawasan tekanan darah. Bila tekanan darah systole kurang
dari 100 mmHg atau diastole kurang dari 70 mmHg maka Klonidin harus dihentikan 
4. Pemberian sedatif-hipnotika, neuroleptika (yang memberi efek sedatif, misal; Clozapin 25 mg, atau
Klorpromazin 100 mg)
DAFTAR PUSTAKA

- Anief. 2007. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

- Azmiyati, SR, dkk. 2014. Gambaran penggunaan NAPZA pada anak jalanan di Kota Semarang
Jurnal Kesehatan Masyarakat (KEMAS), 9 (2): 137-143.

- Sadock BJ, Saddock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatric : Behavior Sciences/
Clinical Psychiatric. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

Anda mungkin juga menyukai