Anda di halaman 1dari 15

BAHAN KIMIA DAN

PENGELOLAAN LIMBAH
BAHAN KIMIA
DIII TLM B
KELOMPOK 2:
1. DIVA PUTRI ADELLA
2. FAREL ZIKRI
3. HENDRI SISWANDI
4. LUVIA DWI ZAHARA
5. PHUJA ANANTA
6. RISKA AULIA
PENGERTIAN BAHAN KIMIA

Bahan kimia adalah zat murni ataupun campuran yang


tersusun atas beragam element-element kimiawi.
Misalnya, air yang juga merupakan bahan kimia menjadi
bahan kimia murni karena homogen atau hanya terdiri
dari satu jenis bahan saja yaitu seluruh strukturnya
hanya terdapat molekul H2.
Bahan Kimia adalah media yang mengandung unsur
kimiawi yang sensitive atau resistan terhadap kondisi
lingkungan tertentu.
Penanganan dan Penyimpanan Bahan mudah terbakar:

1. Bahan tidak boleh dipanaskn secara langsung atau disimpan


dipermukaan yang panas.
2. Simpan pada tempat yang memiliki ventilasi baik
3. Sediakan dalam jumlah yang minimum. Pelarut yang tidak
digunakan lagi, kembalikan kebotol semula
4. Sediakan alat pemadam kebakaran. Bila kebakaran kecil
gunakan kain basah atau pasir.
5. Pada saat memanaskan bahan kimia, jangan melebihi ½
kapasitasnya
6. Jangan membuang cairan yang mudah terbakar ke bak cuci
7. Jangan menyimpan cairan yang mudah terbakar dekat
dengan pengoksidasi atau bahan korosif.
8. Kontrol semua bahan secara periodik
KLASIFIKASI BAHAN KIMIA

1. Bahan Mudah Terbakar (Flammable)


Bahan mudah terbakar dapat berwujud gas, cairan yang
mudah menguap, atau bahan padat dalam bentuk debu cika
tercampur dengan udara.
 
sifat-sifat:
1. Mudah menguap
2. Uap cairan dapat menimbulkan api dalam kondisi normal
3. Uap cairan menyebar memenuhi ruangan
4. Sebagian besar uap lebih berat dari udara sehingga
cenderung berada di permukaan lantai.
Contohnya Pelarut dan pereaksi seperti Asetaldehid, Asam
Asetat, Aseton
2. Bahan Pengoksidasi (Oxidizing)
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan
notasi bahaya “oxidizing“
 

Sifat-Sifat
1. Mudah bereaksi dengan oksigen
2. Tidak mudah terbakar
3. Bila berekasi dengan zat mudah terrbakar, dapat terbakar
secara signifikan
4. Biasanya zat anorganik

Contohnya Chlorat, Perchlorat, Bromat, Peroksida, Asam Nitrat,


Kalium Nitrat, Kalium Petinanganat, Bromin, Khlorin, Fluorin dan
Iodin yang mudah bereaksi dengan Oksigen (dalam kondisi
tertentu)
Penanganan dan Penyimpanan Bahan Pengoksidasi
1. Hindari penyimpanan di tempat panas
2. Sediakan bahan ini secara minimum
3. Jauhkan dari bahan yang mudah terbakar
4. Simpan secara aman dengan ventilasi yang baik
5. Kontrol bahan secara teratur

3. Bahan Korosif
Bahan korosif merupakan salah satu bahan
yang dapat merusak dan mengakibatkan cacat
permanen pada jaringan yang terkena bahan korosif.
Contohnya: Asam Nitrat, Asam Sulfat, Asam Klorida,
Natrium Hidroksida

Sifat-Sifat
1. Cairan yang tidak dapat terbakar
2. Sebagian mudah menguap
3. Merusak jaringan pada tubuh manusia
4. Merusak alat-alat yang digunakan
5. Bila asam pH <2 dan bila basa pH >11,5
Penanganan dan Penyimpanan Bahan Korosif
Simpan di tempat yang sesuai daan lakukan pengontrolan dan
pengawasan
Ikuti aturan penyimpanan
Simpan di laboratorium dalam jumlah minimum
Gunakan selalu pelindung, seperti sarung tangan, jas lab, dan
kacamata
Jangan sampai tumpah dan jika bersentuhan dengan kulit,
cucilah dengan air dan sabun
Untuk setiap bahan yang tidak dapat dicuci dengan air gunakan
emulsi pembersih kemudian basuh dengan sabun dan air.

4. Bahan Mudah Meledak (Explosive)


Beberapa bahan kimia dapat meledak jika bercampur
dengan udara, meskipun tidak terdapat udara bahan kimia
juga dapat terurai dan biasanya disertai ledakan ketika
dipanaskan atau dicampur dengan bahan lain.
Hal-Hal Pemicu Ledakan
1. Adanya pelarut mudah terbakar
2. Ada udara cair. Udara dapat meledak jika dicampur dengan
unsur-unsur pereduksi atau hidrokarbon
3. Ada debu. Debu padat dari bahan mudah terbakar bercampur
dengan udara
4. Ada gas-gas
5. Ada peroksida
Contohnya: asam nitrat daapat menimbulkan ledakan jika bereaksi
dengan beberapa pelarut seperti Aseton, Dietil Eter, Etanol, dll.
Penaganan dan Penyimpanan Bahan Mudah Meledak
1. Biasakan melakukan eksperimen di tempat terbuka atau didalam
lemari uap
2. Gunakan dalam jumlah sedikit
3. Gunakan alat yang layak, seperti gelas tebal, yang stabil oleh
tekanan
4. Lakukan pengamatan dari belakang layar pengaman atau
gunakan pelindung seperti masker.
5. Kontrol bahan secara teratur.
5. Bahan Beracun (Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau kondisi
kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya dapat
berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya.
 
Sifat-Sifat
1. Terdapat dalam berbagai wujud
2. Biasanya masuk ketubuh lewat mulut, pernafasan dan kulit
3. Berbahaya bagi tubuh
4. Bersifat karsiogenik
Contohnya: Anilin, Benzen, Bromin, Chlorin, Fluorin, Formaldehid,
Asam Format.
Penanganan dan Penyimpanan
1. Gunakan bahan sambil hidung ditutup atau berventilasi baik
2. Gunakan pelindung, seperti kacamata, sarung tangan,& jas lab
3. Botol harus selalu memiliki tabel dan disimpan di lemari yang
terkunci
4. Cuci tangan sampai bersih sebelum meninggalkan laboratorium
5. Taburkan tanah atau pasir jika bahan tumpah ke lantai sampai
terserap kemudian uapkan tanah/pasir terrsebut di dalam oven.
PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN KIMIA

Limbah kimia merupakan sisa bahan dari sebuah percobaan


atau eksperimen yang menggunakan bahan-bahan kimia. Bahan
tersebut bisa berupa bahan kimia yang sudah tidak bisa
digunakan lagi. Bahan kimia berbahaya dari sisa-sisa limbah
bisa menjadi racun yang mengganggu kesehatan dan akhirnya
memunculkan masalah baru seperti penyakit. Berikut ini cara
pengolahan limbah dari bahan kimia:

1. Menyimpan Limbah
Hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan limbah yaitu:
- Hindari menyimpan wadah limbah di dekat air atau wastafel.
- Tidak menyimpan limbah di lemari asam, hal ini dapat
menimbulkan  reaksi kimia yang berbahaya.
- Sesuaikan wadah untuk menyimpan limbah. Umumnya, wadah
yang sering digunakan untuk menyimpan limbah terbuat dari
gelas (kaca) atau polietilen.
- Jangan memakai wadah yang terbuat dari kaleng logam jika
limbah bersifat asam dan basa kuat, karena dapat menyebabkan
kerusakan wadah dengan cepat.

2. Memberi Label Wadah Kimia


Langkah ini juga penting dilakukan agar masing-masing bahan
kimia tidak bercampur dengan bahan yang dapat
membahayakan. Sebaiknya gunakan warna yang mencolok pada
saat memberi label pada wadah limbah. Tulis keterangan seperti
nama lengkap bahan (tunggal atau campuran), mulai
penyimpanan, tanggal pembuangan dan informasi penting
lainnya. Khusus untuk tulisan "limbah berbahaya" jangan sampai
hilang.  Hal ini juga bertujuan untuk menghindari terjadi
pencampuran bahan yang semestinya tidak ikut bercampur.
 
 
3. Metode Pembakaran Limbah (Insinerasi)
Pada umumnya, metode insinerasi banyak digunakan
untuk mengelola limbah medis dan beberapa racun kimia.
Metode insinerasi atau pembakaran juga menjadi salah
satu opsi dalam mengolah beberapa jenis limbah,
termasuk limbah kimia. Tak hanya karena lebih hemat
tempat, metode pembakaran ini dinilai cukup efektif dalam
mengurangi volume limbah padat hingga 95% dan
pengurangan berat mencapai 80%. Caranya dengan
memasukkan limbah ke dalam insinerator. Dalam
insinerator senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke
atmosfir berupa senyawa CO2 dan H2O. Bahan-bahan
seperti mineral, logam dan bahan organik lainnya yang
tidak terbakar tersisa dalam bentuk abu yang beratnya
10-30% dari berat aslinya (tergantung dari jenis limbah).
4. Metode Desinfeksi
Metode ini biasanya digunakan pada limbah kimia cair.
Caranya adalah dengan menambahkan disinfektan berupa
bahan kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-
kuman penyakit menjadi tidak aktif. Disinfektan yang
biasanya digunakan adalah khlorine dioxide, besi dan
mangan, yang berfungsi untuk oksidasi zat organik,
mengontrol masalah rasa, warna dan pertumbuhan patogen.
Biasanya metode ini digunakan pada saat mengolah air yang
bercampur limbah kimia agar menjadi air bersih siap minum.
Prinsip pengolahan limbah B3

Limbah yang tidak saling cocok, disimpan dalam kemasan


berbeda. Jumlah pengisian volume limbah harus
mempertimbangkan terjadinya pengembangan volume,
pembentukan gas atau kenaikan tekanan selama
penyimpanan. Ganti kemasan yang mengalami kerusakan
permanen (korosi atau bocor) dengan kemasan lain. Kemasan
yang telah berisi limbah ditandai sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan
pengumpulan harus dilaporkan sebagai bagian pengelolaan
limbah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai