Anda di halaman 1dari 13

Kelompok HIV

NAMA KELOMPOK : Priska Hana Istia:


2019071014095
Rahmalia yulianti: 20211072014058
Magdalena waine :2019071014202 (-)
WIHELMINA KLAUDIA B (-)
Peminataan ; -promkes
PENGERTIAN HIV

1. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah jenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih
yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immune Defciency Syndrome adalah
sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan yang disebabkan oleh HIV. Akibat menurunnya
kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi (infeksi oportunistik) yang
sering berakibat fatal. Pengidap HIV memerlukan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus
HIV dalam tubuh agar tidak masuk kedalam stadium AIDS, sedangkan pengidap AIDS memerlukan pengobatan
Antiretroviral (ARV) untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik dengan berbagai komplikasinya ( Kemenkes RI,
2019).
2. WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga akhir tahun 2015 terdapat 1,1juta orang meninggal, terinfeksi HIV 2,1
juta orang dan 36,7 orang hidup dengan HIV (WHO, 2015). Target tujuan pembangunan berkelanjutan atau
Sustainable development goal (SDG) antara lain menghentikan epidemi HIV AIDS didunia tahun 2030. Paradigma
baru yang menjadi tujuan Global dari UNAIDS adalah Zero AIDS –related death, hal ini dapat tercapai bila pasien
datang di pelayanan HIV dan mendapat terapi ARV secepatnya. Tujuan dari indikator ini adalah mengurangi infeksi
HIV hingga separuhnya, termasuk melakukan tindakan pengobatan ARV.Virus ini ditularkan terutama melalui
hubungan seks tanpa kondom dan dari ibu kepada anak-anak mereka. Pada pertemuan ke-37, Dewan Koordinasi
Program UNAIDS mengadopsi strategi baru untuk mengakhiri epidemi AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat
hingga 2030( UNAIDS, 2016).
1. Pengobatan setelah terjadi pajanan infeksi HIV pada seseorang adalah terapi Antiretroviral, yang berarti mengobati infeksi
HIV dengan beberapa obat. Karena HIV adalah retrovirus maka obat ini disebut sebagai obat Antiretroviral (ARV). ARV
tidak membunuh virus itu, namun hanya dapat memperlambat laju pertumbuhan virus, begitu juga penyakit HIV
(Spiritia,2012) dalam (Hardiyatmi, 2016) 
2. Kasus HIV dan AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan di Bali tahun 1987. Hingga saat ini sudah menyebar di 386
kabupaten/kota diseluruh provinsi di Indonesia. Jumlah kumulatif penderita HIV sejak tahun 1987 sampai september 2019
sebanyak 349,882 orang , sedangkan total kumulatif kasus AIDS sebanyak 55.779 orang ( Kemenkes RI,
2019).Indonesia termasuk salah satu dari 3 negara yang merupakan daerah infeksi HIV baru (Global Statistics UNAIDS,
2019). Jumlah penderita HIV pada akhir september 2019 sekitar 640.000 orang. 10 besar kasus HIV terbanyak ada di
provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Papua, Jawa Barat, Bali, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kepulauan
Riau dan Sulawesi Selatan ( Kemenkes RI, 2019). Data Kemenkes menunjukkan adanya kenaikan angka penderita HIV. Jika
semula pada 2019 penderita HIV mencapai 640.000 jiwa, saat ini Kemenkes mencatat hingga Juni 2019 penderita AIDS
berjumlah 17.325 jiwa. Angka ini dimungkinkan masih meningkat hingga akhir tahun (Muhammad, 2020)..
KAWASAN TIMUR
1. Di Kawasan Timur Indonesia, Provinsi Papua dalam hal tingkat pandemi Human Immunodeficiency Virus/Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (HIV dan AIDS). merupakan daerah dengan jumlah penderita HIV yang cukup banyak.
Jumlah penderita HIV di Papua pada akhir september tahun 2019 sebanyak 34.473 kasus (Global Statistics UNAIDS,
2019). Pada akhir Juni 2019, jumlah penderita HIV dan AIDS diPapua mencapai 34.473 orang. Angka itu
mengalami peningkatan cukup pesat selama enam bulan terakhir.Semua wilayah kabupaten/kota didalam wilayah
propinsi Papua telah ditemukan kasus HIV dan AIDS. Tiga diantaranya yang tertinggi adalah Nabire sebanyak 7240
Kasus, Kota Jayapura sebanyak 6185, Jayawijaya 5964 Kasus, dan Data Analisis DInas Kesehatan Kota Jayapura
bidang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi menunjukkan sepanjang tahun 2020 ada sekitar 11.316 orang yang dites
HIV, 628 orang positif HIV 592 orang ODHA yang mendapatkan perawatan dan 457 ODHIV yang menerima Anti
Retroviral Therapy (ARV), dalam arti hanya sekitar 77% capaian dari 90% target yang ingin dicapai (Laporan tahunan
Dinkes Kota Jayapura tahun 2020).
PERMASALAHAN
1. Berbagai permasalahan yang harus dihadapi dalam upaya penanggulangan infeksi HIV di Indonesia khususnya di kota
Jayapura adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang infeksi HIV meliputi cara penularan dan
penanggulangannya, kurangnya jumlah tes HIV yang dilaksanakan di masyarakat dikarenapenolakan dari masyarakat,
stigma negatif yang masih tinggi dimasyarakat sehingga masyarakat enggan memeriksakan diri di layanan kesehatan.
Disamping itu ada peran kebudayaan dalam masyarakat yang juga berperan dalam menghambat penanggulangan
infeksi HIV. Salah satu contoh adalah masyarakat dari daerah pegunungan yang tinggal diwilayah kelurahan koya
barat dimana mereka memiliki kebudayaan yaitu seorang istri yang baru melahirkan tidak boleh digauli oleh suaminya
sampai anak yang dilahirkannya berusia 2 tahun. Sehingga yang terjadi adalah suami memenuhi kebutuhannya di
ldimuar dan kembali kepada istrinya setelah waktunya diperbolehkan. Hal ini menjadikan potensi penularan infeksi
HIV menjadi tinggi. Disamping kebudayaan, pengetahuan yang dimiliki masyarakat tersebut juga kurang karena rata-
rata mereka tidak pernah sekolah. kan
PENDEKATAN DAN STRATEGI

Pendekatan holistik , suatu


pendekatan yang berdasarakan
pendapat bahwa masyarakat itu
dapat diselidiki sebagai
keseluruhan ,sebagai unit –unit
yang bersifat fungsional atau
sebagai sistem tertentu .
 
“ BAGIMANA TIM KESEHATAN MEMBERIKAN
EDUKASI BERKAITAN DENGAN INFORMASI
BAHAYA PENYAKIT MENULAR HIV .”

— AYO SIMAK
PENDEKATAN

Dimana pendekatan –pendekatan pada masyarakat dalam


menggubah cara padang sosial budayanya serta pendidikan
yang minim akan pengetahuan tentang bahaya hiv dengan
cara memberikan edukasi kepada masyakat yang dimana hal
ini dapat menyebabkan penyakit HIV sehingga masyakat
dapat memehami dampak dari budaya yang sering kali
dilakukan salah satu
CONTOH

contohnya budaya pengunggan yang tinggal wilayah


dikoya barat yang dimana istri yang baru melahirkan tidak
boleh digauli suaminya hingga anaknya berusia 2 tahun
dengan pemahaman ini dapat menimbulkan bahaya yang
diamana suami akan pergi untuk mendapatkan
kebutuhannya .yang dapat menyebabkan penularan hiv dan
dengan adanya pendekatan tenanga kesehatan pada
masyarakat di harapkan dapat menggubah masyarakat
dengan meninggkatan pengetahuan .
03
STRATEGI 
Serta strategi yang akan dilakukan promosi upaya
pencegahan , meningkatkan akses layanan kesehatan
dan mendukung pelaksanaan seperti memberikan
advokasi seperti memberikan penyuluhan di setiap
kelurahan dimana peran kader dan tenaga kesehatan
dalam melakukan pemeriksaan pada layanan
kesehatan serta pencegahan penularan hiv dan
dapat menjadi mitra kerja dilingkungan tempatnya
dengan memberikan pengetahuan faktor resiko HIV
dengan adanya pendekatan serta strategis mampu
memberikan pola hidup masyarakat yang sehat
 
KESIMPULAN
Diharapkan setiap tenang kesehatan dapat menyampaikan memberikan
pemahaman agar masyarakat mau memahami bahaya penularan hiv dan
masyarakat dapat menjadi mitra kerja pada lingkungannya agar dapat
menyampaikan kepada masyrakat-masyrakat agar ingin menggubah pola
hidup sehat
Kader masyarakat menyediakan hubungan yang tidak terpisahkan antara masyarakat dan
fasilitas kesehatan. Kader masyarakat mendukung pekerja kesehatan yang kewalahan
dalam dukungan dan tindak lanjut klien HIV. Namun, peran mereka dalam sistem
kesehatan tidak standar atau sistematis dan ada kebutuhan mendesak untuk berinvestasi
dalam standardisasi. Dukungan kepada kader masyarakat sangat potensial untuk
memaksimalkan dampak kesehatan di masa depan. Peran masyarakat dan model
jaringan yang terlibat dalam perencanaan, pemberi layanan dan pemantauan target
nasional untuk pencegahan penularan penularan HIV secara vertical diperkuat dengan
pemberian layanan dan advokasi melalui pemberian informasi data yang kontinu oleh
tenaga kesehatan kepada masyarakat. Adanya rujukan masyarakat, promosi
keterlibatan laki-laki melalui teman sebaya serta menghubungkan komunitas ke sarana
advokasi bertujuan untuk meningkatkan pencegahan penularan HIV secara vertikal.
 
Dengan ini petugas kesehatan akan melakuikan kegiatan dalam
penangan dan pencegahaan penyakit menular menggunkan metode
informasi yang dapat diterima kalangan masyarakat seperti
informasi langsung di puskesmas diwilaya penduduk tv radio dan
pembagian brosur pencegahaan dan memberikan edukasi kepada
masyarakat tentang bahaya penyakit menular HIV

Anda mungkin juga menyukai