Anda di halaman 1dari 17

Making higher

Education Open
All

PERILAKU ORGANISASI LINTAS BUDAYA


Inisiasi Tuton-9
Mata Kuliah : Perilaku Organisasi
Program Studi : Magister Manajemen
Budaya dan Perilaku Organisasi

• Jika dikaitkan ke perilaku organisasi bahwa budaya adalah individu dan


kelompok yang tergabung dalam suatu organisasi dimana ia sebagai
masyarakat adalah pelaku dari kegiatan organisasi

• Budaya mempengaruhi perilaku, di mana budaya itu sendiri mendorong


kembali manifestasi dari budaya. (Peter dan Olson, 1998)

• Karena budaya mempengaruhi perilaku melalui manifestasi-manifestasinya,


berupa Values, Heroes, Rituals, dan Symbols (Hofstede). maka setiap
budaya grup menghadapi manifestasi-manifestasi budaya yang berbeda
pula
A. MANAJEMEN DAN ORGANISASI LINTAS BUDAYA
• adalah ilmu yang berusaha untuk memahami bagaimana budaya nasional mempengaruhi praktek
manajemen, mengidentifikasi persamaan dan perbedaan lintas budaya dalam praktek manajemen
dan berbagai konteks organisasi, serta meningkatkan efektivitas dalam manajemen global.

• Pentingnya manajemen lintas budaya karena dapat membantu kita memahami bagaimana
lingkungan kelompok yang terdiri dari berbagai latarbelakang dan diharapkan dapat menunjang
kinerja dari elemen dalam kelompok tersebut.

Isu-isu yang dihadapi para manajer jauh lebih kompleks-bukan hanya aspek manajerial, tetapi
juga spek kultural. Dengan menerapkan manajemen lintas budaya yang dipimpin oleh manajer
global, perhatian para manajer bukan hanya tertuju pada isu-isu manajemen lokal, tetapi juga pada
perilaku manusia lintas negara dan lintas budaya.
1. Mengapa Budaya Berbeda?
Menurut Edward B. Tylor, (Kultur atau peradaban adalah kompleksitas menyeluruh yang terdiri
atas pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan, dan berbagai kapabilitas lainnya
serta kebiasaan apa saja yang diperoleh seorang manusia sebagal bagian dari sebuah masyarakat).

Bronislaw Malinowski mengungkapkan berikut ini. (Kultur adalah keseluruhan kehidupan manusia
integral yang terdiri atas berbagai peralatan dan barang-barang konsumen, berbagai peraturan untuk
kehidupan masyarakat, ide-ide dan hasil karya manusia, serta keyakinan dan kebiasaan manusia).

Menurut Melville Herskovits, (Budaya adalah sebuah kerangka pikir [ construct] yang menjelaskan
keyakinan perilaku, pengetahuan, kesepakatan-kesepakatan, nital nilai, dan tujuan yang semuanya itu
membentuk pandangan hidup [way of life) sekelompok orang).

Budaya dalam disiplin antropologi, budaya adalah fenomena dan milik kelompok.
Perilaku budaya

sikap Nilai-nilai
B. PENGARUH PERBEDAAN BUDAYA TERHADAP
PERILAKU

Hofstede memberikan pengertian budaya nasional sebagai


budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
yang tinggal di sebuah wilayah (negara). Pengertian ini
menunjukkan bahwa sekelompok orang (masyarakat) yang
tinggal di sebuah negara dianggap memiliki kesamaan-
kesamaan dan tujuan publik yang sama.
C. DIMENSI-DIMENSI BUDAYA
NASIONAL
Salah satu pendekatan untuk mempelajari budaya adalah dengan:
Identifikasi dan pengukuran dimensi budaya

Menurut Hofstade, terdapat empat dimensi budaya, yaitu:


• Individualisme-kolektivisme,
• Maskulinitas-feminitas,
• Penghindaran ketidakpastian,
• Jarak kekuasaan,
• Orientasi jangka pendek dan jangka panjang atau masa depan.
C.DIMENSI-DIMENSI BUDAYA NASIONAL

Empat dimensi, yakni power distance (jarak kekuasaan), individualisme( collectivism), masculinity
(femininity), dan uncertainty avoidance (mengindari ketidakmenentuan).
1. Power Distance
Power distance didefinisikan sebagai (sejauh mana anggota-anggota biasa yang tidak
memiliki 2 kekuasaan sebuah institusi atau organisasi berharap dan mau menerima kenyataan
bahwa kekuasaan tidak didistribusikan secara merata).

2. Individualism vs Collectivism
Pada dimensi kedua, negara akan entifikasi melalui struktur sosialnya, yakni apakah masyarakat
yang tinggal di negara tersebut cenderung lebih individual atau kolektif.
Hofstede memberikan pengertian masyarakat yang individual dan kolektif. (Istilah i
ndividualism berkaitan dengan masyarakat ketika hubungan antar individual begitu renggang,
setiap orang lebih peduli pada dirinya dan keluarga dekatnya. Sementara itu, istilah collectivism,
kebalikan dari Individualism, berkaitan dengan masyarakat, yaitu seseorang sejak dilahirkan
merupakan bagian integral dari kelompok masyarakat).
Negara-negara yang masuk dalam individualism dan collectivism
Individualism Collectivism

1. USA 1. Guatemala
2. Australia 2. Ekuador
3. Inggris Raya 3. Panama
4. Canada 4. Venezuela
5. Netherlands 5. Colombia
6. New Zealand 6. Indonesia
7. Italia 7. Pakistan
8. Belgia 8. Costa Rica
9. Denmark 9. Peru
10. Swedia 10. Taiwan

3. Uncertainty Avoidance
masa datang merupakan sesuatu yang tidak diketahui ( unkown), tidak bisa diprediksi
(unpredictable), dan tidak menentu/tidak pasti (uncertain). Hofstede menunjukkan bahwa upaya
menghindari ketidakpastian/ketidakmenentuan (uncertainty avoidance) merupakan salah satu dimensi
budaya nasional.
4. Masculinity dan feminity
Istilah masculinity seperti dikatakan oleh Hofstede berkaitan dengan pola pikir masyarakat yang
membedakan secara tegas peran gender, yaitu kaum pria diharapkan lebih asertif, kompetitif, tegas, dan
macho. Sementara itu, yang dimaksud dengan femininity adalah pola pikir masyarakat yang tidak secara
tegas membedakan peran masing-masing gender.
Masculinity Feminine

1. Jepang 1. Swedia
2. Austria 2. Norwegia
3. Venezuela 3. Belanda
4. Italia 4. Denmark
5. Swiss 5. Costa Rica
6. Meksiko 6. Yugoslavia
7. Republik Irlandia 7. Finlandia
8. Jamaika 8. Cili
9. Inggris raya 9. Thailand
10. Jerman 10. Guatemala

Negara-negara yang masuk dalam Masculinity dan Feminity


5. Short-Term vs Long-Term Orientation
Masyarakat dibedakan berdasarkan orientasi mereka terhadap waktu, yakni
masyarakat yang berorientasi jangka pendek dan masyarakat yang berorientasi
jangka panjang.
PRAKTIK PERILAKU ORGANISASI DALAM
KERAGAMAN BUDAYA MASYARAKAT
A. KERAGAMAN BUDAYA: KEUNTUNGAN DAN
KERUGIAN
Dengan mengakui eksistensi perbedaan budaya, sejak awal sesungguhnya
seorang manajer mengakui bahwa perbedaan budaya bisa memberi
keuntungan sekaligus menimbulkan masalah bagi organisasi Dengan
pengakuan ini pula, seorang manajer bisa meminimalisasi persoalan yang
ditimbulkan perbedaaan budaya dan memaksimalkan keuntungan yang
ditawarkan oleh perbedaan tersebut.
B. STRATEGI MENGELOLA KERAGAMAN BUDAYA

Kemampuan manajer untuk mengakui keragaman budaya beserta potensi keuntungan dan
kerugiannya merupakan pertanda bahwa para manajer mencoba mengelola keragaman
budaya, bukan mengabaikan perbedaan. Berbagai macam respons manajer terhadap
keragaman budaya. Respons yang paling umum adalah parochial. Dengan respons seperti
ini, manajer memilih tidak mengakui keragaman budaya tahu dampaknya terhadap
organisasi.

Respons kedua adalah etnosentrik. Para manajer mengakui adanya keragaman budaya,
tetapi keragaman tersebut hanya dianggap sebagai sumber masalah

Respons ketiga, meski sangat jarang, itu adalah yang baik; para manajer secara eksplisit
mengakui bahwa keragamaan budaya sekaligus bisa berdampak positif dan negatif
terhadap organisasi.
C. MEMECAHKAN MASALAH DENGAN SINERGI
BUDAYA
Organisasi yang menerapkan strategi ini disebut organisasi
bersinergi secara kultural (culturally sinergistic organization). Sinergi
adalah perilaku keseluruhan sistem yang tidak dapat diprediksi dari
perilaku subsistem secara terpisah.

Culturally sinergistic organization adalah organisasi yang


mempertimbangkan kesamaan dan perbedaan budaya sebagai
bagian untuk membangun keseluruhan sistem organisasi.
D. KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA

Hambatan komunikasi yang disebabkan perbedaan budaya


relatif kecil kalau tidak dikatakan tidak ada. Hambatan
komunikasi lebih disebabkan faktor nonbudaya.

Bahasa dan budaya menjadi variabel penting dalam proses


komunikasi. Artinya, jika kedua variabel tersebut tidak dipahami
dengan baik, distorsi komunikasi akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai