Anda di halaman 1dari 56

Komplikasi dan Penyulit

Kehamilan Trimester III

Fitri Hijri Khana, S.Tr.Keb,.M.Keb


Komplikasi dan Penyulit
Kehamilan Trimester III :
Kehamilan dengan Hipertensi
Kehamilan dengan Hipertensi

Kehamilan dengan hipertensi berarti bahwa


seorang ibu telah menderita hipertensi sebelum
ibu hamil. Penyebab utamanya terjadi keadaan
tersebut adalah karena hipertensi esensial dan
penyakit ginjal.
PENGERTIAN
Hipertensi adalah adanya
kenaikan tekanan darah
Hipertensi melebihi batas normal
sekurang-kurangnya 140
mmHg sistolik atau 90
mmHg diastolik pada dua
≥ 140/90 kali pemeriksaan berjarak 4- 6
jam pada wanita yang
mmHg sebelumnya normotensi.
(Prawirohardjo, 2008).
A. Hipertensi Esensial

Hipertensi kronis yang disebabkan oleh kelainan


vaskular yang terjadi sebelum kehamilan atau
timbul dalam kehamilan.
FAKTOR
RISIKO

KETURUNAN
(70-80% RIWAYAT
HIPERTENSI DLM LINGKUNGAN
KELUARGA) (STRESS, OBESITAS
& KURANG OLAH
RAGA)
Hipertensi Esensial terbagi 2 yaitu :

• Hipertensi Essensial ringan (tekanan


darah antara 140/90 mmHg dan 150/95
mmHg)
• Hipertensi Esensial berat (tekanan
darah > 150/95 mmHg)
B. Hipertensi karena kehamilan

Hipertensi karena adalah


kehamilan hipertensi
timbul
yangatau
karena kehamilan, hipertensi yangdiperberat
terjadi
pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu,
selama persalinan atau dalam 48 jam pasca
persalinan.
 Lebih sering pada primigravida
Hipertensi ini lebih mungkin terjadi pada ibu yang:
– Terpapar vili khorialis untuk pertama kalinya
– Terpapar vili khorialis yang terdapat jumlah
yang banyak seperti kehamilan kembar atau
molahidatidosa.
– Mempunyai riwayat penyakit vaskuler.
– Mempunyai kecenderungan genetik untuk
menderita hipertensi kehamilan.
Risiko meningkat pada :
• Massa plasenta besar (pada
gemelli, penyakit trofoblast)
• Diabetes melitus
• Isoimunisasi rhesus
• Faktor herediter
• Masalah vaskuler
Hipertensi karena kehamilan :
• Hipertensi tanpa protein atau
edema
• Pre-eklampsia ringan (PER)
• Pre-eklampsia berat (PEB)
• Eklampsia
Hipertensi karena kehamilan dan
PER seringditemukan
tanpa gejala,
kecuali
meningkatnya tekanan darah. Prognosis
menjadi lebih buruk dengan terdapatnya
proteinuria. Terdapatnya proteinuria
mengubah diagnosis hipertensi dalam
kehamilan menjadi pre-eklampsia.
PENGELOLAAN
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
TANPA PROTEINURIA
Jika kehamilan <37 minggu
 Rawat jalan
 Pemantauan tekanan darah, proteinuria &
kondisi janin tiap minggu
 Bila kondisi janin memburuk atau gangguan
pertumbuhan janin -> rawat dan pertimbangjab
terminasi kehamilan

Jika kehamilan > 37 minggu


• Terminasi kehamilan
C. Pre Eklampsia
Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai proteinuria

Pembagian
A. Preeklampsia Ringan (PER)
B. Preeklampsia Berat (PEB)
C. Eklampsia
PREEKLAMSIA
Gejalanya :
1. OEDEM : karena retensi cairan,
penambahan BB normal ½ Kg/ minggu
2. ALBUMINURIA : karena
dinding kapiler lebih mudah dilalui
protein, melebihi 5 gram/ 24 jam, 3+
atau 4+
3. HIPERTENSI :
• Kenaikan tensi sistolik > 30mmHg
• Kenaikan tensi diastolik > 15mmHg
• Tensi > 140/ 90 (patologik)
Lanjutan…

• OLIGURI : urine < 400 ml/ 24 jam


• GANGGUAN PENGLIHATAN, enek,
muntah
• EDEMA PARU dan cyanosis
• NYERI EPIGASTRIUM
• HEMOLISIS, TEST FUNGSI HATI :
MENINGKAT, TROMBOSIT
FAKTOR PREDISPOSISI

1. Nulipara umur belasan tahun


2. Pemeriksaan antenatal kurang,
nutrisi buruk, kurang protein
3. Riwayat preeklamsi atau eklamsi
dalam keluarga
4. Penyakit vaskuler hipertensi
sebelumnya
5. Kehamilan ganda, Mola
hidatidosa, DM, Hidrops fetalis
PENATALAKSANAAN
Tujuan :
• Mencegah kejang dan komplikasi
lainnya
• Melahirkan bayi hidup
• Melahirkan dengan trauma minimal
terhadap ibu dan bayi
• Mencegah keadaan patologik yang
tersisa
Pre-eklamsi ringan
• Keadaan dimana hipertensi disertai
dengan proteinuria dan atau edema
setelah kehamilan 20 minggu.

• Penyebabnya sampai sekarang belum


diketahui dengan jelas namun
patofisiologinya telah diketahui yakni
disfungsi atau kerusakan sel endotel
vaskuler secara menyeluruh (imunologi,
genetik, nutrisi).
• Gejala Klinis :

– Terjadi kenaikan TD > 30 mmHg


atau diastole > 15 mmHg (sistole >
140 mmHg atau < 160 mmHg,
diastole > 90 mmHg atau < 110
mmHg ).
– Protein urine 0,3 gr/lt dalam 24 jam
atau secara kwalitatif (++).
– Edema (pretibia, dinding perut,
lumbosakral, Wajah/tangan).
• Penyulit :

• Pre-eklamsi berat sampai


eklamsia
• Kegagalan pada organ
(ginjal,hepar,paru,jantung dan
otak)
• Gawat Janin
• IUFD
• Penatalaksanaan :

– Rawat Jalan
• Banyak istirahat (tidur miring)
• Diet tinggi protein rendah
karbohidrat
• Setiap 2 minggu penilaian
kesejahteraan janin ( 30-32
minggu ) NST dan USG.
• Dapat diberikan vitamin
kombinasi dan aspirin dosis
rendah
Pre-eklamsi berat
• Suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya
hipertensi, protein urine, dan atau
edema pada kehamilan 20 minggu
atau lebih.
• Gejala Klinis :

o Kehamilan 20 minggu atau lebih,


o TD sistole > 160 mmHg dan diastole
> 110 mmHg
o Protein urine > 5 gr/24 jam, kwalitatif
(++++)
o Oligouri (< 500 cc/24 jam)
o Kenaikan kadar kreatinin dalam
darah
o Gejala impending eklamsia
(gangguan visus, gangguan serebral,
nyeri epigastrium, kejang)
• Penyulit :

– Eklamsia
– Kegagalan pada organ (hepar,
ginjal,paru, jantung, otak)
– Janin (prematur, IUFD, Gawat
janin)
• Penatalaksanaan :

– Perawatan konservatif di kamar


bersalin selama 24 jam.
 Tirah baring
 Infus RD 5% 60-125 cc/jam
 10 gr MgSO4 i.m setiap 6 jam
sampai dengan 24 jam
pasca persalinan (tidak ada
kontraindikasi)
Lanjutan…

 Antihipertensi Nifedipine 5-10 mg


setiap 8 jam
 Pantauan produksi urine
 Diet tinggi protein rendah
karbohidrat
 Lakukan penilaian kesejahteraan
janin
D. Eklamsi
• yaitu kelainan akut pada ibu hamil,
saat ahmil tua, persalinan atau nifas
ditandai dengan timbilnya kejang atau
koma, sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala pre-
eklamsi
Lanjutan…

• Patofisiologinya sama dengan pre-


eklamsi, dengan akibat yang lebih
serius pada organ-organ hati, ginjal,
patu dan jantung. Bisa terjadi perdarahn
dan nekrosis.
• Gejala Klinis :

– Kehamilan lebih dari 20 minggu


atau saat persalinan ataupun saat
nifas.
– Tanda-tanda pre-eklamsi
– Kejang, koma
– Kadang disertai gangguan fungsi
organ.
• Pemeriksaan tambahan :

– Lab ( proteinuri, fungsi hepar, fungsi


ginjal, jantung dan homeostasis )
– Konsultasi
kardiologi,optalmologi,neurologi,
anatesiologi.
• Penyulit :

– Ibu ( perdarahan serebral, edema


paru, gagal ginjal, payah
jantung, sindroma hellp, dan
perdarahan posrt partum )
– Anak ( prematuritas, gawat janin,
IUFD )
• Ada satu tanda eklampsi, bernama
konvulsi eklampsi. Empat fasenya
antara lain:

a) Tahap premonitory
b) Tahap Tonic
c) Tahap klonik.
d) Tahap Comatose
• Pengertian Perdarahan Antepartum
• Perdarahan pada kehamilan harus selalu
dianggap sebagai suatu kelainan yang
berbahaya. Yang dimaksud dengan
perdarahan antepartum adalah
perdarahan pada trimester terakhir dari
kehamilan.Perdarahan antepartum
biasanya terjadi pada umur kehamilan
setelah 22 minggu.
• Perdarahan Antepartum,yaitu :
• Solusio plasenta,Plasenta
previa,Insertio,Velamentosa,dan Ruptura
Sinus.
• Plasenta adalah alat yang
sangat penting bagi janin karena
merupakan alat pertukaran zat antara
ibu dan anak.Plasenta berbentuk
bundar atau hampir bundar dengan
diameter 15-20 cm dan tebal ± 2,5
cm dan berat rata- rata 500 gram.
Plasenta berhubungan dengan tali
pusat, jika letak tali pusat ditengah
plasenta maka keadaan ini disebut
insertio sentralis, jika letak tali pusat
agak ke pinggir, disebut insertio
lateralis, dan bila dipinggir disebut
insertio marginalis.
Fungsi plasenta, antara lain :
• Sebagai alat yang memberikan nutrisi pada
janin (nutritif)
• Sebagai alat yang mengeluarkan sisa
metabolisme (ekskresi)
• Sebagai alat yang memberikan zat
asam dan mengeluarkan CO2
(respirasi)
• Sebagai alat yang membentuk
hormone
• Penyalur antibodi ke janin.
Perdarahan Antepartum Terdiri Dari :
A. Solusio Plasenta
 Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya
sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada
lapisan desidua endometrium
sebelum waktunya yakni sebelum
anak lahir.
Definisi ini berlaku dengan masa gestasi diatas
22 minggu atau berat janin diatas 500 gram.
Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan
istilah dengan istilah abruption plasenta atau
separasi premature dari plasenta. Placenta
dapat lepas seluruhnya yang disebut solusio
plasenta totalis atau terlepas sebagian yang
disebut solusio plasenta parsialis atau terlepas
hanya pada sebagian kecil pinggir plasenta
yang sering disebut rupture sinus marginalis.
Solusio plasenta dapat dibagi menjadi dua bagian,yaitu:
 Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi
Biasanya pada jenis ini keadaan penderita lebih
buruk,plasenta terlepas luas,uterus keras/tegang, sering
berkaitan dengan hipertensi.
 Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
Pada jenis ini biasanya keadaan umum penderita relatif
lebih baik,plasenta terlepas sebagian atau inkomplit dan
jarang berhubungan dengan hipertensi.
Gambaran Klinis Solusio Plasenta

Gambaran klinik penderita solusio


plasenta
bervariasi sesuai dengan berat ringannya
atau luas permukaan maternal plasenta yang
terlepas,yaitu solusio plasenta ringan, solusio
plasenta sedang, dan solusio plasenta
berat.Gejala dan tanda klinis yang klasik dari
solusio plasenta adalah terjadinya perdarahan
yang berwarna tua keluar melalui vagina, rasa
nyeri perut dan uterus tegang terus- menerus
mirip his partus prematurus.
 Etiologi/penyebab
Etiologi solusio plasenta belum diketahui.
Keadaan berikut merupakan faktor
predisposisi/pemicu timbulnya solusio
plasenta,yaitu:
1) Trauma langsung terhadap uterus ibu
hamil,seperti:
• Terjatuh terutama tertelungkup
• Tendangan anak yang sedang digendong
• Trauma eksternal lainnya.
2) Trauma kebidanan, artinya terjadi karena tindakan
kebidanan yang dilakukan,yaitu :
• Setelah dilakukan versi luar
• Setelah memecahkan ketuban
• Persalinan anak kedua hamil kembar.
3) Faktor predisposisi,yaitu :
• Hipertensi
• Tali pusat pendek
• Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava
inferior
• Hamil pada usia lanjut
• Multiparitas
• Bersamaaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia
• Defisiensi asam folat
 Diagnosis
Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan
dengan melakukan :
1) Anamnesa
• Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri
• Terjadi spontan atau karena trauma
• Perut terasa nyeri
• Tampak anemis
• Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan
janin dalam rahim.
2) Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik umum:
• Keadaan umum penderita tampak tidak sesuai
dengan jumlah perdarahan.
• Tekanan darah menurun,nadi dan pernapasan
meningkat.
•Penderita tampak anemis.
Pemeriksaan khusus
 Palpasi abdomen :
Perut tegang terus menerus,terasa nyeri saat
di palpasi,dan bagian janin sukar
ditentukan.
 Auskultasi
Terdengar denyut jantung janin
bervariasi dari asfiksia ringan sampai
berat .
 Pemeriksaan dalam
Terdapat pembukaan,dan Ketuban
tegang menonjol.
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang, dengan
ultrasonografi dijumpai perdarahan antara
plasenta dengan dinding abdomen.
.
 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala solusio plasenta berat :
• Sakit perut bagian atas dan terasa mulas terus
menerus
• Nyeri tekan pada uterus
• Uterus teraba tegang dan bagian janin tidak teraba
• Perdarahan pervaginam
• Syok
• Bunyi jantung janin tidak terdengar lagi.
• Air ketuban mungkin telah berwarna kemerah –
merahan
karena bercampur darah.
 Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari
luasnya plasenta yang terlepas dan lamanya
solusio plasenta berlangsung.
Komplikasi yang dapat terjadi ibu adalah:
• Perdarahan yang dapat menimbulkan variasi
turunnya tekanan darah sampai keadaan
syok, perdarahan yang terjadi tidak sesuai
dengan keadaan penderita anemis sampai
syok,dan kesadaran penderita dari baik
sampai koma.
• Ganguan pembekuan darah disebabkan
karena masuknya tromboplastin ke dalam
sirkulasi darah menyebabkan pembekuan
darah intravaskular dan disertai hemolisis.
Selain itu juga terjadi penurunan fibrinogen
sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu
pembekuan darah.
• Oliguria
• Perdarahan postpartum
Komplikasi pada janin :
• Perdarahan yang tertimbun dibelakang
plasenta mengganggu sirkulasi dan nutrisi ke
arah janin sehingga dapat menimbulkan
asfiksia ringan sampai berat dan kematian
janin dalam rahim
• Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian
janin tergantung pada seberapa bagian plasenta
telah lepas dari implantasinya fundus uteri.
 Penatalaksanaan
penatalaksanaan solusio plasenta,yaitu :
1) Lakukan uji pembekuan darah.
2) Transfusi darah segara.
3) Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi)
lakukan persalinan segera.
4) Seksio caesarea
Seksio caesarea dilakukan jika:
 janin hidup,gawat janin,tetapi persalinan pervagina tidak
dapat dilaksanakan dengan segera (pembukaan belum
lengkap).
 Janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan
persalinan pervaginam dapat berlangsung dalam waktu
singkat.
 persiapan cukup dilakukan penanggulangan awal dan
segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-
satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan.
5) Partus pervaginam dilakukan apabila :
janin hidup,gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian
terendah didasar panggul,amniotomi (bila ketuban belum
pecah) kemudian percepat kala II dengan ekstraksi
forcep/vakum.
B. PLASENTA PREVIA
 Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat yang tidak
normal(abnormal), yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jaln lahir (ostium uteri internum).
Implantasi yang normal ialah pada dinding depan
atau dinding belakang rahim didaerah fundus uteri.
Pembagian plasenta previa :
• Plasenta previa totalis : jika seluruh pembukaan
(ostium uteri
internum) tertutup oleh jaringan plasenta
• Plasenta previa parsialis : hanya sebagian
pembukaan yang tertutup oleh jaringan plasenta
• Plasenta previa marginalis : tepi plasenta berada
tepat pada pinggir
pembukaan
• Plasenta letak rendah : plasenta yang implantasinya
rendah tapi tidak sampai ke ostium uteri internum,
pinggir plasenta kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir
pembukaan,sehingga tidak akan teraba pada
pembukaan jalan lahir.
 Etiologi/Penyebab
Etiologi Faktor terpenting terjadinya plasenta previa
adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua
sehingga menyebabkan atrofi dan peradangan
pada endometrium. Keadaan ini misalnya terdapat
pada :
• Multipara,terutama kalau jarak kehamilan
yang pendek.
• Pada mioma uteri.
• Kuretase yang berulang-ulang.
THANKS
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai