Anda di halaman 1dari 8

RESPON MUHAMMADIYAH DAN NU

TERHADAP SISTEM PENDIDIKAN


KOLONIAL BELANDA
Disusun Oleh :

Ali Abbas Putra Rizda


Fadli Agung Prakoso
Graynindi Balqis
M. Riski Setiawan
Sistem Pendidikan Kolonial Belanda

Pada mulanya kedatangan orang-orang Belanda ke


Indonesia adalah untuk menjalin hubungan
perdagangan dengan bangsa Indonesia.
Belanda tidak hanya memonopoli perdagangan
dengan bangsa Indonesia, namun satu demi satu
Belanda berhasil menundukkan penguasa-penguasa
lokal, kemudian merampas daerah-daerah tersebut
ke dalam kekuasaannya yang kemudian
berlangsunglah sistem penjajahan
Pada zaman Belanda pendidikan sangat dipengaruhi oleh
kebijakan yang dibuat oleh bangsa Belanda sendiri yaitu
semasa VOC. Adapun kebijakan-kebijakan Belanda tentang
pendidikan dapat dikategorikan ke dalam 4 kelompok,
diantaranya yaitu :
 Pendidikan diselenggarakan dengan tujuan untuk
kemajuan dan kemampuan yang berkualitas bagi orang-
orang Belanda.
 Pendidikan diselenggarakan dengan maksud
menghasilkan tenaga-tenaga atau pekerja yang murah
untuk untuk membantu kepentingan Belanda.
 Pendidikan didirikan untuk menanamkan misi Kristen dan
mengkristenkan orang-orang pribumi.
 Pendidikan diselenggarakan dengan maksud untuk
memlihara dan mempertahankan perbedaan sosial
RESPON NU TERHADAP SISTEM
PENDIDIKAN KOLONIAL BELANDA
 Adapun respon Nahdlatul Ulama’ terhadap sistem pendidikan kolonial
Belanda yaitu Nahdlatul Ulama’ memberikan perhatian yang besar bagi
pendidikan, khususnya pendidikan tradisonal yang harus dipertahankan
keberadaannya. Pada awal berdirinya, NU tidak membicarakan secara tegas
tentang pembaharuan pendidikan, akan tetapi lambat laun akhirnya NU
terjun dalam kegiatan pembaharuan pendidikan. Meski terbatas di lingkungan
perkotaan, NU mendirikan madarsah-madrasah dengan model Barat.
 Pada akhir tahun 1959 Komisi Perguruan NU mengeluarkan reglement
tentang susunan madrasah-madrasah NU, yang mana diantara adalah :
 a.Madrasah Awaliyah, lama belajar 2 tahun.
 b.Madrasah Ibtidaiyah, lama belajar 3 tahun.
 c Madrasah Tsanawiyah, lama belajar 3 tahun.
 d.Madrasah Mu’alimin Wusta, lama belajar 2 tahun.
 e.MadrasahMu’alimin ‘Ulya, lama belajar 3 tahun.
RESPON NU TERHADAP SISTEM
PENDIDIKAN KOLONIAL
BELANDA
 Di bidang pendidikan dan pengajaran formal, Nahdlatul Ulama’ membentuk
satu bagian khusus yang mengelola kegiatan bidang ini dengan nama Al-Ma’arif
yang bertugas untuk membuat perundingan dan program pendidikan di
lembaga-lembaga pendidikan/sekolah yang berada dibawah naungan
NU.dalam salah satu keputusan dari suatu Konferensi Besar Al-Ma’arif NU
seluruh Indonesia yang berlangsung pada tanggal 23-26 Februari 1954,
ditetapkan susunan madrasah/sekolah NU diantaranya yaitu :
 1.Raudhatul Atfal (Taman Kanak-Kanak) lamanya 3 tahun.
 2.SR (Sekolah Rendah)/SD – lamanya 6 tahun.
 3.SMP NU lamanya 3 tahun.
 4.SMA NU lamanya 3 tahun.
 5.SGB NU lamanya 4 tahun.
 6.SGA NU (SPG- sekarang) lamanya 3 tahun.
 7.MMP NU (Madrasah Menengah Pertama) lamanya 3 tahun.
 8.MMA NU (Madrasah Menengah Atas) lamanya 3 tahun.
RESPON MUHAMMADIYAH
TERHADAP SISTEM
PENDIDIKAN KOLONIAL
BELANDA
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 yang
bertepatan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H di Surabaya oleh K.H.
Ahmad Dahlan. Kebijakan pendidikan dari pemerintah Kolonial Belanda
telah melahirkan kesadaran sejumlah tokoh masyarakat untuk
menggalang dan membenahi sistem pendidikan itu sehingga
pendidikan Islam tetap menjadi keniscayaan sejarah.
Gencarnya gerakan kristenisasi dan wasternisasi kala itu yang sengaja
memperkanalkan ilmu-ilmu dan kebudayaan Barat yang sekuler tanpa
diimbangi dengan pendidikan agama oleh pemerintah Belanda,
membuat K.H. Ahmad Dahlan merasa Gerang dan berfikir bahwa salah
satu wadah yang tepat untuk menangkal gerakan tersebut adalah
dengan cara mendirikan Muhammadiyah dan beranggapan bahwa
gerakan kristenisasi tersebut merupakan ancaman umat Islam terbesar
di awal abad ke-20.
Muhammadiyah mengasaskan dua macam lembaga
pendidikan, yaitu madrasah Diniyat yang khusus
memberikan pelajaran agama dan sekolah-sekolah yang
memberikan pelajaran umum. Madrasah Diniyat
Muhammadiyah berbeda dengan madrasah lain yang ada
ketika itu, masih menerapkan metode pengajaran sistem
halaqah (belum menggunakan bangku dan meja belajar).
Model madrasah Diniyat tersebut sudah mengambil sistem
pendidikan Barat (Belanda) kini menggunakan sistem
pengajaran klasikal dengan mendirikan sekolah-sekolah
umum model sekolah kerajaan Hindia Belanda, seperti
HIS dan Kweek School (Sekolah Guru) yang tetap
memberikan pelajaran agama Islam sebagai salah satu
materi kurikulumnya.
Melihat pendidikan Islam tradisional sudah ketinggalan zaman
akhirnya Muhammadiyah merumuskan kegiatan untuk
memperbaharui sistem pendidikan Islam secara modern sesuai dengan
kehendak dan kemajuan zaman. Sebagai organisasi dakwah dan
pendidikan, Muhammadiyah mendirikan lembaga pendidikan pada
zaman pemerintah colonial belanda sekolah-sekolah yang
dilaksanakan muhammadiyah adalah:

 Sekolah umum, ; sekolah umum taman kanak-kanak (Bustanul Atfal)


Vervolg Svhool 2tahun, Schakel School 4 tahun, HIS 7 tahun, MULO
3 tahun, AMS 3 tahun dan HIK 3 tahun. Pada sekolah-sekolah
tersebut diajarkan pendidikan agama islam sebanyak 4 jam pelajaran
seminggu.
 Sekolah agama ; Madrasah Ibtidaiyah 3 tahun, Tsanawiyah 3 tahun,
Mualimin/mualimat 5 tahun, kulliyatu muballiligin(SPG ISLAM) 5
tahun.

Anda mungkin juga menyukai