Anda di halaman 1dari 30

Etika Profesi Hukum

ETIKA BAGIAN II
Prinsip-Prinsip Etika
 Kejujuran (Honesty)
 Memegang prinsip (Integrity)
 Memelihara janji (Promise Keeping)
 Kesetiaan (Fidelity)
 Kewajaran (Fairness)
 Suka membantu orang lain (Caring for other)
 Hormat kepada orang lain (Respect for other)
 Warga negara yang bertanggung jawab (Responbility citizenship)
 Mengejar keunggulan (pursuit of excellence)
 Dapat dipertanggungjawabkan (accountability)
Objek Kajian Etika
 bahan kajian etika adalah moralitas manusia. Satuan dari
moralitas itu adalah moral. Moral sendiri merupakan salah satu
norma sosial (social norms), atau menurut Hens Kelsen, moral
adalah regulation of internal behavior.
 Jika moral merupakan suatu norma, maka dapat dipastikan
moral mengandung nilai-nilai karena norma adalah
konkretisasi dari nilai.
Sumber Etika.
Internal
 bersumber dari dalam diri seseorang hasil dari proses pendidikan orang tua
semenjak dalam kandungan hingga contoh-contoh berkata dan berperilaku yang baik
selama seseorang berada dalam lingkungan keluarga.
Eksternal,
 yaitu dari ajaran agama yang dianut seseorang, bisa juga bersumber dari
lingkungan masyarakat yang telah memiliki kaidah-kaidah perilaku baik yang diharuskan
untuk dilakukan serta perilaku tidak baik yang harus dihindari; dari lingkungan sekolah
yang diajarkan dan dicontohkan oleh para guru, dan bisa juga diciptakan oleh aturan-
aturan eksternal yang disepakati secara kolektif, misalnya sumpah jabatan, disiplin,
hidup bersih, tertib dan sebagainya.
Komponen Etika
1. Kebebasan dan Tanggung Jawab
 Kebebasan bagi manusia pertama-tama berarti, bahwa ia dapat
menentukan apa yang mau dilakukannya secara fisik.
 Terdapat hubungan timbal balik antara kebebasan dan tanggung jawab,
sehingga orang yang mengatakan “manusia itu bebas, maka dia harus
menerima konsekwensinya bahwa manusia itu harus bertanggung
jawab”.
 dalam etika, tidak ada kebebasan tanpa tanggung jawab, begitu juga
sebaliknya, tidak ada tanggung jawab tanpa ada kebebasan
2. Hak dan Kewajiban.

 Hak dan kewajiban manusia merupakan dua sisi mata uang yang sama.
Keduanya berjalan bersamaan.

 Konsekuensi dari hak adalah kewajiban, dan konsekuensi dari kewajiban adalah
adanya hak. Kewajiban pada dasarnya adalah beban, sementara hak adalah
klaim rasional yang kuat atas telah terlaksananya suatu kewajiban.

 Dengan terciptanya keseimbangan pelaksanaan hak terpenuhinya kewajiban


maka etika memiliki dasar yang baik dan kuat. Atau dengan kata lain, basis kuat
dari etika adalah keseimbangan pemenuhan hak dan kewajiban.
3. Baik Dan Buruk
 Baik dan buruk bisa dilihat dari akibat yang ditimbulkan dari perbuatan baik
maupun perbuatan buruk.
 Apabila akibat yang ditimbulkan dari perbuatannya itu baik, maka tindakan
yang dilakukan itu benar secara etika, dan sebaliknya apabila tindakannya
berakibat tidak baik, maka secara etika salah.
 Baik adalah Sesuatu yang mendatangkan rahmat, keberkahan, perasaan senang
atau bahagia.
 Segala sesuatu yang tercela, perbuatan buruk berarti perbuatan yang
bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku
MENILAI SUATU PERBUATAN
Burhanuddin Salam, menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga)
tingkat:
1. Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa
rencana dalam hati, niat.
2. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
3. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
 Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Isi dari
karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan.
Dalam hal merealisasikan Niat, Will, Kehendak, ada (4 empat) variabel yang terjadi:
 Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
 Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik.
 Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik.
 Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.
TUJUAN MEMPELAJARI ETIKA
 berupaya mencari norma-norma yang seharusnya menghubungkan antar pribadi
dan hubungan antar pribadi dengan masyarakat.
 berupaya memelajari ciri yang berkaitan dengan masyarakat dalam konteks tatanan
social.
 berupaya mencari dan menemukan kualitas-kualitas kemanusiaan dan berbagai
bentuk kelembagaan social yang dapat memberikan dorongan secara optimal pada
realisasi kondisi tersebut.
 berupaya mewujudkan nilai-nilai etis dalam kehidupan masyarakat.
 agar manusia mampu memengaruhi dan mengubah lingkungannya dalam ukuran
yang semakin besar melalui upaya-upaya kerjasama, visi etisnya pun tidak perlu
dibatasi oleh batas-batas masa kini.
 berupaya menciptakan tatanan kemanusiaan yang lebih baik.
4 ALIRAN PEMIKIRAN ETIKA
1. Aliran Empiris: etika diambil dari pengalaman dan dirumuskan sebagai
kesepakatan
2. Aliran Rasional: manusia menentukan apa yang baik dan buruk berdasar
penalaran atau logika.
3. Alran Intuitif: Manusia secara naluriah atau otomatis mampu membedakan hal
yang baik dan buruk.
4. Aliran Wahyu: Ketentuan baik dan buruk datang dari Yang Maha Kuasa.  
TEORI-TEORI ETIKA
1. Etika Deontologi

Deontologi menekankan kewajiban untuk bertindak secara baik , tanpa mengkaitkan dengan tujuan
atas tindakan ( jangan mencuri,jangan korupsi). Tertanam dalam hati manusia secara universal.
Immanuel Kant : “ Kemauan baik adalah syarat mutlak untuk bertindak secara Moral. “ Kant : “
bertndaklah berdasar keyakinan bahwa orang lainpun dalam situasi yang anda hadapi bertindak
sama”.

2. Etika Teleologi.

Teleologi mengukur baik buruk suatu tindakan dilihat dari tujuan , maupun akibat dari suatu
tindakan tersebut. Menurut etika teleologi mencuri itu boleh jika sejak awal tindakan mencuri itu
dimaksudkan untuk membeli obat karena keluarga ada yang sakit parah.
Lanjutan…
Timbul pertanyaan tujuan baik untuk siapa?
 Orang banyak atau diri sendiri
Jawabannya:

1. Aliran Egoisme etis: Aristoteles “bisa dibenarkan secara moral jika untuk mempertahankan hidup dan
kebahagiaan secara dasar bukan hedonism”

2. Utilitarianisme : Jeremy Bentham “bahwa untuk menilai baik buruknya suatu tindakan secara moral
adalah menguntungkan kepentingan orang banyak”.

Etika Utilitarianisme menetapkan 3 kriteria :

1. Manfaat

2. Manfaat terbesar dari alternatif

3. Manfaat terbesar untuk orang banyak


Utilitarianisme= Universalisme etis
 Utilitarianisme, karena menilai baik atau buruknya suatu tindakan berdasarkan
kegunaan atau manfaat dari tindakan itu.
 Universal, karena menekankan akibat baik yang berguna bagi sebanyak mungkin
orang
 Etis, karena menekankan akibat baik.
Pilihan Pendekatan
 Suatu tindakan dinilai baik kalau tindakan itu mendatangkan akibat baik yang paling
besar atau akibat buruk yang paling kecil.
 Tujuan dari tindakan kita yang paling bermoral adalah untuk mengusahakan
kesejahteraan manusia sebanyuak mungkin dengan memperkecil kerugian dan
memperbesar manfaat.
Deontologis ataukah teleologis: mana yang dipilih?
Tiga Prinsip Dasar Dalam Menentukan Pilihan (Frans Magnis-Suseno)
1. Sikap baik
2. Keadilan
3. Hormat terhadap martabat manusia termasuk diri sendiri.

Prinsip bersikap baik = prinsip berprasangka Baik


 Prinsip sikap baik ini harus mendahului dua prinsip yang lain.
 Dengan sikap dasar ini kita dapat mengandaikan orang lain akan berbuat
baik terhadap orang lain.
 Jika kita diliputi rasa curiga pada orang lain, hubungan antar manusia akan
mati.
Prinsip Keadilan
 Adil berarti kita memberi kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
 Prinsip keadilan mengungkapkan kewajiban untuk memberi perlakuan yang sama
dan menghormati hak semua pihak yang bersangkutan.
 Keadilan menuntut kita agar jangan mencapai tujuan termasuk yang baik, dengan
melanggar hak seseorang.
Prinsip hormat terhadap martabat manusia termasuk diri sendiri
 Dalam bertindak, orang diwajibkan memperhatikan kepentingan orang lain.
 Kepentingan orang lain, tidak perlu mengabaikan perhatian terhadap diri sendiri.
 Erat kaitannya dengan etika pengembangan diri. Pengembangan diri jangan sampai
menjadi prinsip moral satu-satunya.
Aliran Landasan Etika ( setelah Zaman Renaissance abad 15 )
1. Naturalisme : Etika mempunyai dasar alami , bahwa secara kodrati adalah baik.
1. Individulisme : Bahwa setiap orang harus bertanggung jawab atas dirinya ( I.Kant ) dan berfokus pada
kematangan pribadi -- - dapat memacu prestasi --- berdampak egois. Dasar : setiap manusia terlahir bebas ---
liberalisme
2. Hedonisme : Kodrat manusia mencari kesenangan
3. Eudaemonisme : Demon ( Yunani) adalah roh ( pengawal yang baik) , Eudaemonia adalah orang yang sadar akan
kepuasan yang sempurna , jasmani, dan rohani, kebaikan tertinggi (primafacie)
4. Utilitarianisme : Jeremy Bentham dan Jhon Stuard Mill yang menekankan manfaat dari suatu perbuatan
5. Idealisme : Keyakinan manusia terdiri atas jasmani dan rohani :
 Idealisme rasionalistik bahwa fikiran dan akal manusia dituntun untuk berperilaku.
 Idealisme estetik , manusia berada di dunia ( Kosmos) yang tertib seperti hiasan sebagai karya seni.
 Idealisme etik = seuai ukuran-ukuran moral dan kesusilaan
FUNGSI ETIKA
Etika berusaha memberi petunjuk untuk tiga jenis pertanyaan yang senantiasa kita
geluti.
1. Apakah yang saya / kita lakukan dalam situasi konkrit yang tengah dihadapi?
2. Bagaimana kita akan mengatur pola koeksistensi kita dengan orang lain?
3. Akan menjadi manusia macam apakah kita ini?

Inti fungsi etika


 Membantu kita mencari orientasi secara kritis dalam berhadapan dengan
moralitas yang membingungkan.
 Memberi orientasi dalam bersikap.
WUJUD DAN HASIL
 Etika dapat berwujud pemikiran sistematis yang kritis tentang
moralitas.
 Yang dihasilkan etika secara langsung bukan kebaikan, melainkan
pengertian yang mendasar dan kritis.
ARTI PENTING ETIKA
 Kita hidup dalam masyarakat yang semakin pluralistik, juga dalam
bidang moral.
 Modernisasi/ globalisasi membawa perubahan besar dalam struktur
kebutuhan dan nilai masyarakat yang selalu berubah cepat
 Adanya berbagai tawaran ideologi
 Diperlukan agamawan
Kegunaan/Manfaat Etika
 Mengambil sikap yang wajar dalam suasana perbedaan
 Memahami adanya perbedaan (suku, budaya, agama, prinsip, dll)
 Mampu menyesuaikan dengan dampak modernisasi yang membawa
perubahan yang berbeda
 Penuntun kehidupan
URGENSI BER-ETIKA
 Etika mengarahkan penggunaan akal budi untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan
tingkah laku seseorang terhadap orang lain;
 etika berkaitan dengan kepedulian dan tuntutan memperhatikan kehidupan orang lain;
 etika sebagai tata aturan mengenai baik buruknya suatu perbuatan yang dikaitkan dengan
tujuan hidup manusia itu sendiri.

 Sumber pengendalian diri, dan pengawasan;


 Sumber tertib kehidupan bermasyarakat;
 Sumber ditegakkanya nilai-nilai kemanusiaan yang beradab, dan berkeadilan;
 Sumber orientasi tujuan hidup manusia.
URGENSI BER-ETIKA
 Peran individu sebagai orientasi kontrol agar terhindar dari perilaku salah;
 Dalam Interaksi sosial, dikawal/dipimpin oleh kaidah etika shg tdk keluar dari
link kebenaran;
 Kepedulian dan tuntutan untuk memperhatikan kehidupan orang lain;
 Tujuan hidup: baik buruk perbuatan manusia berkorelasi dg tujuan kehidupanya.
ISU-ISU ETIKA
Kemunculan konsep etika bukan muncul dari ruang hampa, tetapi dari
kenyataan perilaku manusia yang telah menjadi fenomena sosial yang
tercakup dalam lima isu umum sebagai berikut:
1. Bribery
2. Coercion
3. Deception
4. Theft
5. Unfair discrimination
Kelima isu etika tersebut telah lama melanda profesi apapun, termasuk
profesi hukum yang sedari awal perkembangannya lama mengabaikan
etika.
PERAN ETIKA DALAM PENEGAKAN PROFESI
HUKUM
 Profesi hukum cenderung berkembang dan dikembangkan kemampuan dan
kecakapan tehnis, tetapi mengabaikan etika yang seharusnya menjadi kerangka
utama pelaksanaan suatu profesi hukum. Suap, penipuan, ingkar janji, tidak
berterus terang, tidak bertanggungjawab, menggunakan kewenangan dan
kemampuan hukum untuk aniaya terhadap orang lain sudah menjadi realitas
hitam pada profesi hukum yang membuat etika profesi hukum menjadi berpacu
dengan perkembangan profesi itu sendiri.
 Fungsi utama etika adalah membantu manusia mencari orientasi secara kritis
dalam berhadapan dengan moralitas yang bermacam-macam.
 Orientasi itu terutama diperlukan apabila terjadi konflik moralitas, sehingga
seseorang harus mengambil keputusan untuk mengacu moralitas tertentu.
TIGA LEMBAGA NORMATIF PENENTU DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN
1. Masyarakat
 Masyarakat secara implisit maupun eksplisit dapat menyatakan apa yang baik dan
tidak baik.
 Masyarakat di sini dapat diwakili oleh pemerintah, pemuka agama .
1. Ideologi = paham
2. Superego pribadi
Perasaan malu atau bersalah dari si subjek, yang tertanam dalam proses
sosialisasi.
HUBUNGAN SI SUBJEK DG SUMBER NORMATIF
 Kita selalu berhadapan dengan tiga sumber normatif tersebut yang menyatakan
apa yang harus kita lakukan.
 Ketiga sumber normatif tersebut tidak selalu seragam dan tidak selalu sama
kuatnya.
 Walaupun ketiganya tetap patut diperhatikan, akhirnya si subjek sendirilah yang
harus mengambil keputusan.

KETERLIBATAN SUARA HATI


 Subjek dalam mengambil keputusan, berangkat dari kesadaran moralnya sendiri
yang disebut “suara hati”.
 Suara hati merupakan kesadaran moral kita dalam situasi konkret.
 Dalam pusat perhatian kita yang disebut hati, kita sadar apa yang sebenarnya
dituntut dari kita.
PERAN SUARA HATI
Meskipun banyak pihak yang mengatakan kepada kita apa yang wajib kita lakukan,
hati kita sadar bahwa akhirnya hanya kita masing-masing yang mengetahui apa yang
patut dilakukan.

YANG DIPERLUKAN SUARA HATI


 Suara hati tidak otomatis muncul.
 Suara hati memerlukan nalar.
 Nalar sendiri memerlukan informasi/ data sebanyak mungkin.
 Suara hati mungkin saja keliru, terutama jika tidak didukung oleh informasi/ data
yang memadai.
 Pemahaman terhadap etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil
keputusan, diperlukan untuk membuat pemahaman terhadap hukum secara benar.
TITIK TEMU HUKUM DAN ETIKA
 Kesamaan substansial dan orientasi terhadap kepentingan dan tata kehidupan
manusia (tertib, adil, sejahtera);
 Keduanya mengatur perbuatan manusia sebagai manusia;
 Hukum adalah implementasi atau “reinstitusionalisasi “ dari etika;
 Pemahaman hukum tidak sampai pada memahami etika/moral akan menjadikan
pemikiran tentang hukum tidah utuh.
 terdapat pepatah “Quid leges sine moribus” = apa artinya UU/Hk kalau tidak
disertai moralitas (Jiwanya hukum adalah moralitas),
 Brian Z Tamanaha,, 2006, A General Jurisprudence of Law and Society
a. law is that reflection a mirror of society;
b. every legal system stands in a close relationship to the ideas, aims and
purposes of society;
c. law is the expression of the principle of order to which men must conform in
their conduct and relation as members of society.
HUKUM ETIKA/MORAL
Hukum lebih dikodifikasi dari pada moralitas, Etika/moral Bersifat lebih subyektif
karena itu norma yuridis mempunyai kepastian
lebih besar dan bersifat lebih obyektif
Baik hukum maupun moral mengatur tingkah laku Menyangkut juga sikap batin seseorang
manusia, namun hukum membatasi diri pada
tingkah laku lahiriah saja.

Sanksinya dapat dipaksakan Sanksinya tidak dapat dipaksakan


Hukum didasarkan atas kehendak Norma etis/moral didasarkan pada norma-norma
masyarakat/negara. yang melebihi para individu & masyarakat.
Masalah etika tidak dapat diputuskan dengan suara
terbanyak.

Anda mungkin juga menyukai