Anda di halaman 1dari 21

PEMAAFAN

HUKUMAN DALAM
C

ISLAM
H. Rajab

HESY-HKI FSEI
IAIN Ambon
2022
PENGERTIAN PEMAAFAN
• Kata pemaafan berasal dari akar kata bahasa Arab al-‘afw.
• Menurut Ibn Faris, memiliki dua makna valid, yaitu; meninggalkan (tark al-syai’) dan
mencari/menuntut sesuatu(thalab).
• Kemudian muncul banyak derivasi darinya, yang tidak memiliki perbedaan signifikan
dalam hal makna. Maka, ketika dikatakan 'afw Allah 'an khalqihi, berarti tarkuhu
iyyahum fala yu'aqibhum (Allah membiarkan mereka, sehingga tidak menghukumnya).
• Al-Khalil mengatakan "setiap orang yang berhak mendapat hukuman, lalu engkau
biarkan (tarakahu), maka engkau telah memaafkannya ('afawta 'anhu)". Dari kata
al-’afwu juga muncul kata al-‘afiyah, yang berarti pembelaan atau penjagaan Allah
terhadap hamba-Nya
PENGERTIAN PEMAAFAN
• Pemaafan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar maaf dan imbuhan "pe-an". Menurut
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012), maaf berarti pembebasan seseorang
dari hukuman (tuntutan, denda, dan sebagainya) karena suatu kesalahan. Sementara pemaafan
dapat diartikan sebagai memberi ampun karena kesalahan dan sebagainya, tidak menganggap
salah lagi.
• Sedangkan dalam bahasa Inggris, kata pemaafan diartikan dari kata forgiveness. Forgiveness
berasal dari kata forgive dan imbuhan ness. Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current
English, mengartikan forgive sebagai pengampunan atau menunjukkan kebaikan hati kepada
seseorang (pardon or show mercy to somebody), tidak memelihara perasaan tidak senang
kepada seseorang (no longer have hard feeling towards).
PEMAAFAN MENURUT MAZHAB 4
• Ulama merumuskan definisi afwun berbeda-beda.
• Mazhab Hanafi dan Maliki mendefinisikannya sebagai melepaskan hak kisas (pembunuhan) terhadap
pembunuh tanpa imbalan.
• Menurut mereka, berdasarkan definisi ini, ahli waris korban pembunuhan hanya memiliki salah satu di
antara dua hak, yaitu hak menuntut pelaksanaan kisas terhadap pembunuh atau memaafkannya tanpa
menerima diyat (denda). Pembayaran diyat tergantung pada persetujuan dari pelaku pembunuhan.
Namun, jika pelaku pembunuhan tidak rela membayarnya, ahli waris tidak berhak menuntutnya.
• Sementara menurut mazhab Syafi'i dan Hanbali, definisi afwun adalah melepaskan hak kisas dengan
menerima diyat. Definisi ini memberikan pengertian bahwa ahli waris berhak memilih di antara dua hak,
yaitu menuntut penerapan kisas atau memaafkannya dengan menerima diyat, baik dengan persetujuan
pelaku pembunuhan maupun tidak.
Hikmah Pemaafan
• Dalam perspektif hukum Islam, pemaafan dikenal sebagai salah satu isu dalam hukum pidana Islam
(jinayah), yaitu dalam jarimah qisas-diyat. Qisas merupakan tradisi yang berasal dari Arab pra-Islam. Al-
Qur’an merespons praktik qisas dengan menginkulturasikan nilai baru, yaitu: keadilan, kesetaraan,
moralitas, dan pertanggungjawaban individu.
• Paradigma qisas dalam al-Qur’an menekankan pada prinsip rehabilitatif, yaitu mereformasi moralitas
masyarakat, khususnya pelaku tindak pembunuhan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya alternatif
hukuman yang ditawarkan al-Qur’an, yaitu membayar diyat, memberi maaf, dan menyelesaikannya
dengan perdamaian. Alternatif hukuman ini bertujuan untuk menyelesaikan konflik dengan
mengedepankan toleransi dan menghilangkan rasa dendam.
• Hukuman qisas bukan semata-mata untuk melakukan social control dengan membalas kejahatan, tetapi
untuk social engineering yaitu menjaga kelangsungan kehidupan manusia.
PEMAAFAN DALAM
AL-QUR’AN
C
QS. Al-Baqarah: 2/178
‫صاصُ فِى ْٱلقَ ْتلَى ۖ ْٱلحُرُّ بِ ْٱلح ُِّر َو ْٱل َع ْب ُد بِ ْٱل َع ْب ِد َوٱأْل ُنثَ ٰى‬ َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ْٱلق‬َ ِ‫وا ُكت‬۟ ُ‫ين َءامن‬ َ ‫ذ‬
ِ َّ ‫ل‬ ‫ٱ‬ ‫ا‬َ ‫ه‬ُّ ‫ي‬َ ‫أ‬َ ٓ‫• ٰي‬
َ
ٌ ۭ ِ‫ك تَ ْخف‬
‫يف ِّمن‬ َ ِ‫ُوف َوأَ َدٓا ٌء إِلَ ْي ِه بِإِحْ ٰ َس ۢ ٍن ۗ ٰ َذل‬
ِ ‫ع بِ ْٱل َم ْعر‬ ٌ ۢ ‫بِٱأْل ُنثَ ٰى ۚ فَ َم ْن ُع ِف َى لَهۥُ ِم ْن أَ ِخي ِه َش ْى ۭ ٌء فَٱتِّبَا‬
‫ك فَلَهۥُ َع َذابٌ أَلِي ۭ ٌم‬ َ ِ‫َّربِّ ُك ْم َو َرحْ َم ۭةٌ ۗ فَ َم ِن ٱ ْعتَ َد ٰى بَ ْع َد ٰ َذل‬
• Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang
yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita
dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah
(yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf)
membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu
adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui
batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.
QS. Al-Syura: 42/40
َّ ‫هَّلل‬ َ ُ ْ ٌ ۟ ٓ
• ُّ‫َو َج ٰ َز ُؤا َسيِّئَ ٍة َسيِّئَ ۭة ِّمثلهَا ۖ فَ َم ْن َعفَا َوأصْ لَ َح فَأجْ ُرهۥُ َعلَى ٱ ِ ۚ إِن ۥهُ اَل ي ُِحب‬
َ ۢ
َّ ٰ
‫ين‬
َ ‫ٱلظلِ ِم‬
• Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang
serupa, maka Barang siapa memaafkan dan berbuat
baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang
lalim.
QS. Al-Nur: 24/22
َ ‫ض ِل ِمن ُك ْم َوٱل َّس َع ِة أَن ي ُْؤتُ ٓو ۟ا أُ ۟ولِى ْٱلقُ ْربَ ٰى َو ْٱل َم ٰ َس ِك‬
‫ين‬ ْ َ‫وا ْٱلف‬ ۟ ُ‫• َواَل يَأْتَ ِل أُ ۟ول‬
َ ‫صفَح ُٓو ۟ا ۗ أَاَل تُ ِحب‬
ُ ‫ُّون أَن يَ ْغفِ َر ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۗ َوٱهَّلل‬ ْ َ‫وا َو ْلي‬۟ ُ‫يل ٱهَّلل ِ ۖ َو ْليَ ْعف‬
ِ ِ‫ين فِى َسب‬ َ ¢‫َو ْٱل ُم ٰهَ ِج ِر‬
ِ ‫َغفُو ۭ ٌر ر‬
‫َّحي ٌم‬
• Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu
bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-
orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. Al-Taghabun: 64/14
ُ َ
‫ٱحذرُوه ْم ۚ َوإِن‬ َ ُ َّ ً ُ ُ َ ٰ َ ُ ٰ ْ َ ْ َّ ۟ ُ
ْ ‫ين َءا َمن ٓوا إِن ِمن أز َو ِجك ْم َوأ ْول ِدك ْم َعد ۭ ّوا لك ْم ف‬ َّ َ ٓ
َ ‫• ٰيَأ ُّيهَا ٱل ِذ‬
ِ ‫ُوا فَإِ َّن ٱهَّلل َ َغفُو ۭ ٌر ر‬
‫َّحي ٌم‬ ۟ ‫ُوا َوتَ ْغفِر‬۟ ‫صفَح‬
ْ َ‫وا َوت‬۟ ُ‫تَ ْعف‬
• Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu
dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-
hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak
memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. Al-Maidah: 5/13
• ‫ظا‬ ًّ ۭ ‫ُوا َح‬
۟ ‫اض ِع ِهۦ ۙ َونَس‬
ِ ‫ون ْٱل َكلِ َم َعن َّم َو‬ َ ُ‫ض ِهم ِّمي ٰثَقَهُ ْم لَ َع ٰنَّهُ ْم َو َج َع ْلنَا قُلُوبَهُ ْم ٰقَ ِسيَ ۭةً ۖ يُ َح ِّرف‬ِ ‫فَبِ َما نَ ْق‬
ُ ‫ُوا بِ ِهۦ ۚ َواَل تَ َزا ُل تَطَّلِ ُع َعلَ ٰى َخٓائِنَ ۢ ٍة ِّم ْنهُ ْم إِاَّل قَلِياًۭل ِّم ْنهُ ْم ۖ فَٱ ْع‬
َ ‫ف َع ْنهُ ْم َوٱصْ فَحْ ۚ إِ َّن ٱهَّلل‬ ۟ ‫ِّم َّما ُذ ِّكر‬
َ ِ‫ي ُِحبُّ ْٱل ُمحْ ِسن‬
‫ين‬
• (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati
mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan
mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya,
dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di
antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka,
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
QS. Al-A’raf: 7/199
‫ين‬ ٰ ْ ْ َ
ْ ‫ف َوأع ِر‬
َ ِ‫ض َع ِن ٱل َج ِهل‬ ْ
ِ ‫ُخ ِذ ْٱل َع ْف َو َوأ ُم ْر بِٱلع ُْر‬
ْ
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah
daripada orang-orang yang bodoh.
PEMAAFAN DALAM
HADIS NABI
C
HR. Al-Nasaī
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل تَ َعافَ ْوا ْال ُح ُدو َد‬
َ ‫ب َع ْن أَبِي ِه َع ْن َج ِّد ِه َع ْن النَّبِ ِّي‬
ٍ ‫• َع ْن َع ْم ِرو ب ِْن ُش َع ْي‬
)‫ (رواه النسائي‬.‫ب‬ َ ‫قَب َْل أَ ْن تَأْتُونِي بِ ِه فَ َما أَتَانِي ِم ْن َح ٍّد فَقَ ْد َو َج‬
• Dari ‘Amr bin Syuaib dari Bapak dari Kakeknya dari Nabi saw. bersabda:
“Saling memaafkanlah kalian dalam kasus-kasus hukum di antara kamu
sebelum datang kepada saya (untuk mendapatkan putusan), sebab kasus
hukum apa saja yang sampai kepada saya, maka saya wajib menegakkan
ḥadd”.
• Ahmad bin Syuaib bin Abd al-Raḥmān al-Nasaī, al-Sunan al-Nasaī al-Kubrā, Juz IV (Beirut: Dār al-Ilmiyyah, 1991),
h. 330.
HR Abu Dāwūd
 ‫فِ َع إِلَ ْي ِه َش ْي ٌء فِي ِه‬¢‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُر‬
َ ‫ي‬ ُ ‫س ْب ِن َمالِ ٍك قَا َل َما َرأَ ْي‬
َّ ِ‫ت النَّب‬ َ
ِ ‫َع ْن أ‬
َ ‫ن‬
)‫صاصٌ إِاَّل أَ َم َر فِي ِه بِ ْال َع ْف ِو (رواه ابو داود‬ َ ِ‫ق‬
`Dari Anas bin Malik berkata: saya tidak pernah melihat
Nabi saw. pada saat diajukan kepadanya perkara yang
menyebabkan kisas melainkan Nabi memerintahkan agar
memaafkannya.'
Abū Dāwūd Sulaimān bin al-Asy‘aṡ al-Sijistānī, Sunan Abī Dāwūd, Juz IV (Beirut: Dār al-Kutub al-Arabī, t.th), h. 414.
ٍ ‫ص َدقَةٌ ِم ْن َم‬
‫ال َو َما‬ َ َ‫ قَا َل « َما نَق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ُول هَّللا‬
ْ ‫ص‬
َ ‫ت‬ ِ ‫• َع ْن أَبِى هُ َر ْي َرةَ َع ْن َرس‬
َ ‫َزا َد هَّللا ُ َع ْب ًدا بِ َع ْف ٍو إِالَّ ِع ًّزا َو َما تَ َو‬
)‫اض َع أَ َح ٌد هَّلِل ِ إِالَّ َرفَ َعهُ هَّللا ُ » (رواه مسلم‬
• Dari Abū Hurairah dari Nabi saw. bersabda: “Tidaklah seseorang
memaafkan suatu kelaliman (orang terhadapnya) melainkan Allah
menambahkan baginya dengan kemaafan yang diberikannya itu
suatu kemuliaan.” (HR Muslim).
• Muslim bin al-Ḥajjāj al-Naisabūri, Ṣaḥīḥ Muslim, Juz II (Beirut: Dār Ṭaybah, t.th.), h. 1201-1202.
.‫ َم ْن قُتِ َل لَهُ قَتِي ٌل فَهُ َو بِ َخ ْي ِر النَّظَ َر ْي ِن إِ َّما أَ ْن يَ ْعفُ َو َوإِ َّما أَ ْن يُ ْقتَل‬... َ‫َع ْن أَبِى هُ َر ْي َرة‬
‫مذي‬¢‫رواه التر‬
“Dari Abū Hurairah … barangsiapa yang menjadi keluarga
korban terbunuh maka ia memilih dua pilihan, bisa memilih
diat dan bisa juga dibunuh (kisas).” (HR al-Tirmiżī).
• Abū ‘Isā al-Tirmiżī, Sunan al-Tirmiżī, Juz I{ (Beirut: Dār Iḥyā al-Turāṡ al-Arabī, t.th.), h. 21.
‫‪HR. Muslim‬‬
‫ت لِ َرسُو ِل هَّللا ِ ‪-‬صلى هللا‪•  ‬‬ ‫الزبَي ِْر أَ َّن َعائِ َشةَ َز ْو َج النَّبِ ِّى ‪-‬صلى هللا عليه وسلم‪َ -‬ح َّدثَ ْتهُ أَنَّهَا قَالَ ْ‬ ‫ب َح َّدثَنِى ُعرْ َوةُ ب ُْن ُّ‬ ‫َع ِن اب ِْن ِشهَا ٍ‬
‫يت ِم ْنهُ ْم يَ ْو َم ْال َعقَبَ ِة‬ ‫ان أَ َش َّد َما لَقِ ُ‬ ‫يت ِم ْن قَ ْو ِم ِك َو َك َ‬ ‫ان أَ َش َّد ِم ْن يَ ْو ِم أ ُ ُح ٍد فَقَا َل « لَقَ ْد لَقِ ُ‬
‫ْك يَ ْو ٌم َك َ‬‫عليه وسلم‪ -‬يَا َرسُو َل هَّللا ِ هَلْ أَتَى َعلَي َ‬
‫ت َوأَنَا َم ْه ُمو ٌم َعلَى َوجْ ِهى فَلَ ْم أَ ْستَفِ ْق إِالَّ‬ ‫ت فَا ْنطَلَ ْق ُ‬ ‫ت نَ ْف ِسى َعلَى اب ِْن َع ْب ِد يَالِي َل ْب ِن َع ْب ِد ُكالَ ٍل فَلَ ْم ي ُِج ْبنِى إِلَى َما أَ َر ْد ُ‬ ‫إِ ْذ َع َرضْ ُ‬
‫ت فَإِ َذا فِيهَا ِجب ِْري ُل فَنَا َدانِى فَقَا َل إِ َّن هَّللا َ َع َّز َو َج َّل قَ ْد َس ِم َع قَ ْو َل‬ ‫ْت َر ْأ ِسى فَإِ َذا أَنَا بِ َس َحابَ ٍة قَ ْد َأ‪¢‬ظَلَّ ْتنِى فَنَظَرْ ُ‬ ‫ب فَ َرفَع ُ‬ ‫بِقَرْ ِن الثَّ َعالِ ِ‬
‫ال َو َسلَّ َم َعلَ َّى‪ .‬ثُ َّم قَا َل يَا ُم َح َّم ُد‬ ‫ك ْال ِجبَ ِ‬ ‫ت فِي ِه ْم قَا َل فَنَا َدانِى َملَ ُ‬ ‫ال لِتَأْ ُم َرهُ بِ َما ِش ْئ َ‬
‫ْك َملَ َك ْال ِجبَ ِ‬ ‫ث إَِل‪¢‬ي َ‬ ‫ْك َوقَ ْد بَ َع َ‬‫ك َو َما َر ُّدوا َعلَي َ‬ ‫ك لَ َ‬‫قَ ْو ِم َ‬
‫ق َعلَ ْي ِه ُم األَ ْخ َشبَي ِْن‬ ‫ت أَ ْن أُ ْ‬
‫طب ِ َ‬ ‫ت إِ ْن ِش ْئ َ‬ ‫ك فَ َما ِش ْئ َ‬ ‫ْك لِتَأْ ُم َرنِى بِأ َ ْم ِر َ‬‫ك إِلَي َ‬
‫ال َوقَ ْد بَ َعثَنِى َربُّ َ‬‫ك ْال ِجبَ ِ‬ ‫ك َوأَنَا َملَ ُ‬ ‫ك لَ َ‬‫إِ َّن هَّللا َ قَ ْد َس ِم َع قَ ْو َل قَ ْو ِم َ‬
‫ك بِ ِه َش ْيئًا »‪.‬‬ ‫»‪ .‬فَقَا َل لَهُ َرسُو ُل هَّللا ِ ‪-‬صلى هللا عليه وسلم‪ « -‬بَلْ أَرْ جُو أَ ْن ي ُْخ ِر َج هَّللا ُ ِم ْن أَصْ الَبِ ِه ْم َم ْن يَ ْعبُ ُد هَّللا َ َوحْ َدهُ الَ يُ ْش ِر ُ‬
‫رواه مسلم‬
‫‪• Muslim bin al-Hajjāj, Ṣaḥīḥ Muslim, Juz V, h.181.‬‬
Artinya:
• Dari Ibnu Syihāb dari ‘Urwah bin al-Zubair, ia menceritakan bahwa ‘Āisyah, Istri Rasulullah saw.
berkata, "Wahai Rasulullah saw., pernahkah engkau mengalami peristiwa yang lebih berat dari peristiwa
Uhud?“ Jawab Nabi saw, “Aku telah mengalami berbagai penganiayaan dari kaumku. Tetapi
penganiayaan terberat yang pernah aku rasakan ialah pada hari ‘Aqabah di mana aku datang dan
berdakwah kepada Ibnu Abd Yalīl bin Abd Kilāl, tetapi tersentak dan tersadar ketika sampai di Qarn al-
Sa’ālib. Lalu aku angkat kepalaku, dan aku pandang dan tiba-tiba muncul Jibril memanggilku seraya
berkata, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan jawaban kaummu terhadapmu, dan Allah
telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu,“ Rasulullah saw.
melanjutkan. "Kemudian Malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku lalu
berkata, “Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku
adalah Malaikat penjaga gunung, dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan
sesukamu, jika engkau suka, aku bisa membalikkan gunung Akhsyabin ini ke atas mereka." Jawab
Rasulullah saw. “Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan
mereka generasi yang menyembah Allah swt. semata, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
DANKE LAI
C

Anda mungkin juga menyukai