Anda di halaman 1dari 19

MEMBERIKAN DUKUNGAN

KEPADA KELUARGA PADA ANAK


USIA REMAJA YANG TIDAK MAU
SEKOLAH

OLEH :
Tesa Aprianti
(1914201302)
A. Pengertian dari Pola Asuh Anak dan Remaja
dalam keluarga
Pengertian pola asuh anak dalam keluarga bisa
ditelusuri dari pedoman yang dikeluarkan oleh Tim
Penggerak PKK Pusat (1995), yakni : usaha orang tua
dalam membina anak dan membimbing anak baik
jiwa maupun raganya sejak lahir sampai dewasa (18
tahun). Selain itu, yang dimaksud dengan pola asuh
adalah kegiatan kompleks yang meliputi banyak
perilaku spesifik yang bekerja sendiri atau bersama
sama yang memiliki dampak pada anak.
B. GAYA DARI POLA ASUH ANAK DALAM KELUARGA.

1. Masalah di Sekolah
• Masalah dengan guru
• Masalah dengan peraturan sekolah
• Masalah dengan ujian, kenaikan kelas, dan
kelulusan
• Masalah dengan jajan dan makan minum
• Masalah dengan kegiatan belajar dan mengajar
• Masalah dengan transportasi pulang pergi
2. Masalah di Rumah
• Masalah dengan Pekerjaan Rumah (PR)
• Masalah dengan tugas sekolah
• Masalah dengan kursus, les, bimbingan
belajar, dll
• Masalah dengan orangtua
• Masalah dengan anggota keluarga dan kerabat
• Masalah dengan pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari
• Masalah dengan uang saku / uang jajan
3. Masalah dengan Teman-Teman
• Masalah dengan teman sekolah
• Masalah dengan teman di sekitar rumah
• Masalah dengan teman kursus / bimbel
• Masalah dengan teman lama
• Masalah dengan teman sehobi
• Masalah dengan teman gaib (bila ada)
C. MACAM-MACAM POLA ASUH ANAK DALAM KELUARGA
SECARA UMUM

1. Pola Asuh Demokrasi


Pola asuh yang paling baik adalah jenis Authoritative.
Anak yang diasuh dengan pola ini tampak lebih
bahagia, mandiri dan mampu untuk mengatasi stress.
Mereka juga cenderung lebih disukai pada kelompok
sebayanya, karena memiliki ketrampilan sosial dan
kepercayaan diri yang baik. Disadari atau tidak
kemarahan, ketakutan, keemasan adalah tiga factor
yang ikut menyertai kehadiran seseorang di dunia ini,
oleh karena itu hal tersebut mudah ditemukan
sehingga kasih sayanglah yang bisa menghilangkan.
2. Pola Asuh Otoriter.
Pola asuh ini cukup ketat dengan apa yang mereka
harapkan dan anaknya dan hukuman dan perilaku
anak yang kurang baik juga berat. Peraturan
diterapkan secara kaku dan seringkali tidak
dijelaskan secara memadal dan kurang memahami
serta mendengarkan kemamuan anaknya.
Penekanan pola asuh ini adalah ketaatan tanpa
bertanya dan menghargai tingkat kekuasaan.
Disiplin pada rumah tangga ini cenderung kasar dan
banyak hukuman.
3. Pola Asuh Tanpa Kendali
Orang tua pada kelompok ini membiarkan anaknya
untuk menampilkan dirinya dan tidak membuat
aturan yang jelas serta kejelasan tentang perilaku
yang mereka harapkan. Mereka seringkali
menenima atau tidak peduli dengan perilaku yang
buruk. Hubungan mereka dengan anaknya adalah
hangat dan menerima. Pada saat menetukan
batasan, mereka mencoba untuk memeberikan
alasan kepada anaknya dan tidak menggunakan
kekuasaan untuk mencapai keinginan mereka.
4. Pola Asuh Perlindungan Yang Berlebihan
Dalam hal ini semangat untuk memberikan
perlakuan dan perlindungan yang baik, namun
berlebihan caranya akan menimbulkan masalah
karena anak anak akan memiliki mentalitas yang
lemah bila mengahadapi tantangan dan kesulitan. 
D. FUNGSI KELUARGA DALAM MENERAPKAN POLA ASUH TERHADAP ANAK DALAM
KELUARGA

1. Fungsi Biologis.
Tempat keluarga memenuhi kebutuhan seksual ( suami –
istri ) dan mendapatkan keturunan (anak); dan selanjutnya
menjadi wahana di mana keluarga menjamin kesempatan
hidup bagi setiap anggotanya. Secara biologis, keluarga
menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
pangan, sandang , dan papan dengan syarat-syarat
tertentu.  Berkaitan dengan fungsi ini, pola asuh anak di
bidang kesehatan juga harus mendapat perhatian para
orangtua. Pola hidup sehat perlu diterapkan di dalam
keluarga yang bisa dilakukan dengan cara : “Membiasakan
anak mengkonsumsi yang halal,sehat dan bergizi.”
2. Fungsi Pendidikan. 
Keluarga diajak untuk mengkondisikan kehidupan
keluarga sebagai “institusi” pendidikan, sehingga
terdapat proses saling belajar di antara anggota
keluarga. Dalam situasi ini orangtua menjadi
pemegang peran utama dalam proses pembelajaran
anak-anaknya, terutama di kala mereka belum
dewasa. Kegiatannya antara lain melalui asuhan,
bimbingan dan pendampingan, dan teladan nyata.
Dalam bidang pergaulan pun, anak tetap dikontrol.
3. Fungsi Religius.
Para orangtua dituntut untuk mengenalkan, membimbing,
memberi teladan dan melibatkan anak serta anggota
keluarga lainnya mengenal kaidah-kaidah agama dan
perilaku keagamaan. Di sini para orangtua diharuskan
menjadi tokoh inti dan panutan dalam keluarga, untuk
menciptakan iklim keagamaan dalam kehidupan keluarganya.
Berkaitan dengan pola asuh anak di bidang agama, ajari anak
sejak dini untuk berperilaku dan berkata jujur serta belajar 
hidup sederhana itu menjadi modal utama dalam
perkembangnnya, orangtua harus sepakat bahwa agama
adalah solusi yang tertinggi bagi setiap persoalan hidup
anak-anak mereka. Masalahnya justru terletak pada
tantangan yang mereka hadapi dalam mensosialisasikan
ajaran agama.
4. Fungsi Perlindungan.
Fungsi perlindungan dalam keluarga ialah untuk
menjaga dan memelihara anak dan anggota keluarga
lainnya dari tindakan negatif yang mungkin timbul.
Baik dari dalam maupun dari luar kehidupan keluarga.
Selama ini dalam mendidik anak, banyak orangtua
mendidik anak-anak mereka dengan sabar dan
telaten, agar anak menurut sesuai dengan yang
diinginkan. Namun tidak jarang pula mereka
menggunakan cara-cara yang sedikit otoriter, agar
anak tidak bandel dan menurut apa yang kita
perintah. Fungsi perlindungan juga menyangkut pola
asuh orangtua di bidang kesehatan.
5. Fungsi Sosialisasi.
Para orangtua dituntut untuk mempersiapkan anak
untuk menjadi anggota masyarakat yang baik.
Dalam melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan
sebagai penghubung antara kehidupan anak dengan
kehidupan sosial dan norma-norma sosial, sehingga
kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh
anak, sehingga pada gilirannya anak berpikir dan
berbuat positif di dalam dan terhadap
lingkungannya. Ajari anak untuk peka terhadap
sosial suka membantu yang mengalami kesusahan
dan penderitaan.
6. Fungsi Kasih Sayang. 
Keluarga harus dapat menjalankan tugasnya menjadi
lembaga interaksi dalam ikatan batin yang kuat antara
anggotanya, sesuai dengan status dan peranan sosial
masing-masing dalam kehidupan keluarga itu. Ikatan batin
yang dalam dan kuat ini, harus dapat dirasakan oleh
setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang.
Dalam suasana yang penuh kerukunan, keakraban,
kerjasama dalam menghadapi berbagai masalah dan
persoalan hidup. Jadikan anak sebagai sahabat karib
berikan perhatian yang penuh sebelum ia (Anak) mencari
perhatian dari orang lain, jadikan rumah ibarat syurga bagi
anak sehingga anak tidak pernah melupakan rumah dan
orang tuanya rumah laksana “Taman yang indah”  bagi
Anak dan seluruh anggota keluarga.
7. Fungsi Ekonomis. 
Fungsi ini menunjukkan bahwa keluarga merupakan kesatuan
ekonomis. Aktivitas dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan
pencarian nafkah, pembinaan usaha, dan perencanaan anggaran
biaya, baik penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga. Penuhi
segala keperluan anak yang berkaitan dengan masa depannya
termasuk biaya pendidikan. Belajar menabung dan berhemat tidak
mubazzir dan rajin sedeqah.
8. Fungsi Rekreatif. 
Suasana Rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga
lainnya apabila dalam kehidupan keluarga itu terdapat perasaan
damai, jauh dari ketegangan batin, dan pada saat-saat tertentu
merasakan kehidupan bebas dari kesibukan sehari-hari dan merasa
nyaman tinggal dirumah sendiri ketimbang keluyuran di luar rumah
hal ini akan timbul jika peran ibu di dalam rumah tangga berfungsi
dengan anak dijadikan sahabat, dalam suasana apapun Ibu tak pernah
lepas tangan dari anak-anaknya  sehingga rumah bagi anak-anak
tersebut laksana “SYURGA” baginya.
9. Fungsi Status Keluarga. 
Fungsi ini dapat dicapai apabila keluarga telah
menjalankan fungsinya yang lain. Fungsi keluarga ini
menunjuk pada kadar kedudukan (status) keluarga
dibandingkan dengan keluarga lainnya. Dalam
mengembangkan anak untuk menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas diperlukan persiapan dan
perlakuan terhadap anak secara tepat sesuai
dengan kondisi anak. Sebagai manusia, setiap anak
mempunyai ciri individual yang berbeda satu
dengan yang lain.
E. CARA MENGASUH ANAK DAN REMAJA DALAM KELUARGA

Mengasuh anak adalah proses mendidik agar kepribadian


anak dapat berkembang dengan baik dan ketika dewasa
menjadi orang yang mandiri dan bertanggung jawab.
mengasuh anak sebaiknya disesuaikan dengan tahap
perkembangan anak. Mengasuh anak bukanlah dimulai
saat anak dapat berkomunikasi dengan baik, tetapi
dilakukan sendiri oleh kedua orangtua itu sendiri
termasuk “Orang Tua” yang terlebih dahulu meperbaiki
diri sebelum melahirkan “Sang Bayi” menjadi bibit yang
unggul sebelum melahirkan anak yang diharapkan anak
yang bermutu.
Kesimpulannya adalah dimulai dari orang tua itu sendiri untuk berusaha
memperbaiki diri terlebih dahulu sebelum mendidik anak-anaknya :
– Usia 12 – 18 tahun
Masa remaja bervariasi pada setiap anak, tapi pada umumnya
berlangsung antara usia 11 sampai 18 tahun. Di dalam masa remaja
pembentukan identitas diri merupakan salah satu tugas utama, sehingga
saat masa remaja selesai sudah terbentuk identitas diri yang mantap.
Pada masa remaja, rumah merupakan landasan dasar (base), sedangkan
‘dunianya” adalah sekolah, maka bagi remaja hubungan yang paling
penting selain dengan keluarganya adalah dengan teman sebaya.
Pengertian dari rumah sebagai landasan dasar adalah, anak dalam
kehidupan seahari-hani tampaknya ia seolah-olah sangat bergantung
kepada teman sebayanya, tapi sebenarnya Ia sangat membutuhkan
dukungan dan orang tuanya yang sekaligus harus berfungsi sebagai
pelindung di saat ia mengalami krisis, baik dalam dirinya atau karena
faktor lain. Pada masa ini penting sekali sikap keluarga yang dapat ber
empati, mengerti, mendukung, dan dapat bersikap komunikatif dua
anak dengan sang remaja dalam pembentukan identitas diri remaja itu.

Anda mungkin juga menyukai