Anda di halaman 1dari 22

OM SWASTYASTU

Konsep Umum
Korupsi dan Jenis-
Jenis Korupsi
Oleh :
Kelompok 6
PERANGKAT SEMINAR :

Ni Kadek Priska Windhyani Ni Kadek Dian Rasmi


NIM : P07120121060 NIM : P07120121059

Ni Kadek Apriyana Dewi


NIM : P07120121058
ANGGOTA KELOMPOK 6 (PENYAJI)
MATERI :

 Anak Agung Gede Riski Aditya (01/ P07120121041)


 Ni Putu Anggi Sari Leoni Putri (02/ P07120121042)
 Ni Kadek Winsa Winsani (25/ P07120121065)
 Ni Luh Dhea Arillia Putri (28/ P07120121068)
 Ni Luh Eva Apriyani Putri (29/ P07120121069)
 Ni Made Ayu Febriya (31/ P07120121071)
PENGERTIAN KORUPSI
SECARA UMUM :
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio (Fockema Andrea, 1951) atau corruptus (Webster
Student Dictionary, 1960). Arti kata korupsi secara harfiah adalah "sesuatu yang busuk, jahat, dan
merusakkan" (Dikti, 2011). Selain itu, ada kata koruptif yang bermakna bersifat korupsi dan
pelakunya disebut koruptor. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, korupsi dikategorikan sebagai tindakan setiap orang
dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah tindakan menguntungkan diri sendiri
dan orang lain yang bersifat busuk, jahat, dan merusakkan karena merugikan negara dan
masyarakat luas. Pelaku korupsi dianggap telah melakukan penyelewengan dalam hal keuangan
atau pengkhianatan amanat terkait pada tanggung jawab dan wewenang diberikan kepadanya,
serta pelanggaran hukum.
MENURUT PARA AHLI :

 Nurdjana (1990). Pengertian korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani
yaitu “corruptio”, yang berarti perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat
disuap, tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma
agama materiil, mental dan hukum.
 Haryatmoko. Pengertian korupsi adalah upaya menggunakan kemampuan campur
tangan karena posisinya untuk menyalahgunakan informasi, keputusan,
pengaruh,uang atau kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya.
 Henry Campbell Black. Pengertian korupsi adalah suatu perbuatan yang dilakukan
dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan
kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak lain.
FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB KORUPSI

Umum

Internal

Eksternal
Faktor umum :
Menurut buku Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi yang disusun oleh Tim Penulis
Buku Pendidikan Anti Korupsi, secara umum, faktor penyebab korupsi dapat meliputi:

❖ Faktor Politik

Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi
instabilitas politik, kepentingan politis para pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan
mempertahankan kekuasaan. Perilaku korup seperti penyuapan dan politik uang merupakan
fenomena yang sering terjadi.
❖ Faktor Hukum

Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, di satu sisi dari aspek perundang-undangan dan sisi
lain lemahnya penegakan hukum. Ini bisa meliputi aturan yang diskriminatif dan tidak adil,
rumusan yang tidak jelas-tegas (non lex certa) sehingga multi tafsir, hingga sanksi yang
terlalu ringan
❖ Faktor Ekonomi

Terkait faktor ekonomi dan terjadinya korupsi, banyak pendapat menyatakan bahwa
kemiskinan merupakan akar masalah korupsi. Namun, kenyataannya korupsi juga dilakukan
oleh orang yang sudah kaya. Ini membuat korupsi sebenarnya bukan disebabkan oleh
kemiskinan, tapi justru sebaliknya, kemiskinan disebabkan oleh korupsi.

❖ Faktor organisasi

Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk sistem
pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban korupsi atau di
mana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi karena membuka peluang
atau kesempatan untuk terjadinya korupsi.
Faktor Internal & Eksternal
1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor penyebab terjadinya korupsi, yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang.
Hal ini ditandai dengan sifat manusia yang terbagi menjadi dua aspek, yakni: a. Berdasarkan aspek perilaku
individu .
• Sifat tamak/rakus

Orang tamak memiliki hasrat untuk menambah harta dan kekayaan dengan melakukan tindakan yang
merugikan orang lain, seperti korupsi.
• Moral yang tidak kuat

Orang yang tidak memiliki moral kuat, tentunya akan mudah tergoda untuk melakukan korupsi.Ketika
seseorang memang sudah tidak memiliki moral yang kuat, atau kurang konsisten bisa tergoda dengan
mudah. Banyak pengaruh dari luar yang masuk ke dalam dirinya.
• Gaya hidup yang konsumtif
Seperti diketahui, manusia kerap kali ingin memenuhi keinginan yang tak terbatas.
2. Faktor Eksternal

Penyebab terjadinya korupsi dilihat dari faktor eksternal, lebih


condong terhadap pengaruh dari luar yang terbagi dalam aspek berikut:

• Aspek Sikap Masyarakat terhadap Korupsi


Penyebab korupsi dalam aspek ini ialah saat nilai-nilai di masyarakat
itu kondusif untuk terjadinya korupsi. Masyarakat tidak menyadari,
bahwa yang paling rugi atau korban utama dari adanya korupsi adalah
mereka sendiri. Selain itu, ada pula masyarakat yang tidak menyadari
kalau mereka sedang terlibat korupsi.
• Aspek Ekonomi
Penyebab terjadinya korupsi berikutnya, dari aspek ekonomi.
Hampir mirip dengan perilaku konsumtif pada faktor internal.
Bedanya, di sini lebih ditekankan pada pendapatan seseorang.
Bukan kepada sifat konsumtifnya. Pendapatan yang dinilai tidak
mencukupi, bisa menjadi penyebab terjadinya korupsi dilakukan
seseorang.
• Aspek Politis
Selanjutnya pada aspek politis, penyebab terjadinya korupsi
karena kepentingan politik serta haus kekuasaan, ingin meraih
dan mempertahankan jabatan. Biasanya dalam aspek politis ini,
bisa membentuk rantai-rantai korupsi yang tak terputus. Dari
seseorang kepada orang lainnya.
• Aspek Organisasi
Penyebab terjadinya korupsi dari aspek organisasi, bisa terjadi
karena beberapa hal. Termasuk di antaranya sebagai berikut:
- Kurang adanya sikap keteladanan pemimpin.
- Tidak adanya kultur budaya organisasi yang benar.
- Kurang memadainya sistem akuntabilitas.
- Kelemahan sistem pengendalian manajemen.
- Pengawasan yang terbagi menjadi dua, yaitu pengawasan
internal (pengawasan fungsional dan pengawasan langsung
oleh pemimpin) dan pengawasan eksternal (pengawasan dari
legislatif dalam hal ini antara lain KPKP, Bawasda, masyarakat
dan lainnya).
Ciri-Ciri Korupsi
Syed Hussein Alatas mengungkapkan berapa ciri dari korupsi, yaitu:
a. korupsi selalu melibatkan lebih dari satu orang
b. korupsi umumnya melibatkan keserbarahasiaan, kecuali ia telah begitu merajalela,
dan begitu dalam berurat akar, sehingga individu-individu yang berkuasa, atau mereka
yang berada dalam lingkungan tidak tergoda untuk menyembunyikan perbuatan
mereka
c. korupsi yang mengandung unsur kewajiban dan keuntungan timbal balik
d. mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi biasanya berusaha untuk
menyelubungi perbuatannya dengan berlindung di balik pembenaran hukum
e. mereka yang terlibat korupsi adalah mereka yang menginginkan keputusan-
keputusan yang tegas, dan mereka yang mampu memengaruhi keputusan- keputusan itu
f. setiap korupsi mengandung penipuan
g. setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan
h. setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari mereka yang
melakukan tindakan itu
i. suatu pelanggaran pelanggaran norma-norma tugas dan pertanggungjawaban dalam
tatanan masyarakat.
Jenis-Jenis Korupsi
1. Korupsi Suap Menyuap
Jenis korupsi pertama yang perlu kalian ketahui yaitu korupsi suap menyuap. Suap menyuap sendiri
merupakan tindakan pemberian uang atau menerima uang hadiah yang dilakukan pejabat pemerintah untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya sebagaimana perbedaan
hukum formil dan materiil.
Adapun contoh dari korupsi suap menyuap seperti adanya seorang pejabat negara yang mempunyai posisi
jabatan tinggi, kemudian memberikan suap menyuap hakim, pengacara atau advokat. Jenis korupsi yang satu
ini telah diatur dalam UU PTPK.
2. Korupsi Penggelapan Jabatan
Selanjutnya, jenis korupsi yang sering dilakukan yaitu penggelapan jabatan. Penggelapan sendiri berarti
perbuatan yang melawan hukum sebagai bentuk penyalahgunaan jabatan. Sebagai contohnya, pegawai
negeri menyalahgunakan uang atau membiarkan penyalahgunaan uang yang ditugaskan untuk menjalankan
suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk sementara. Penggelapan jabatan sendiri bertujuan
sebagai bentuk menguntungkan diri sendiri dan merugikan negara.
3. Korupsi Tindakan Pemerasan
Korupsi tindakan pemerasan yaitu korupsi yang dilakukan oleh pegawai negeri yang bertujuan untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara melawan hukum dengan menyalahgunakan
kekuasaannya dengan memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran
dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
4. Korupsi Gratifikasi
Jenis korupsi gratifikasi merupakan tindakan pemberian hadiah yang diterima oleh
pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara dan tidak dilaporkan kepada KPK dalam
jangka waktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi. Gratifikasi dapat berupa uang, barang,
diskon, pinjaman tanpa bunga, tiket pesawat, liburan, biaya pengobatan, serta fasilitas-
fasilitas lainnya. Jenis korupsi ini diatur dalam Pasal 12B UU PTPK dan Pasal 12C UU
PTPK.

5. Korupsi Benturan Kepentingan Pengadaan


Selanjutnya, jenis korupsi yang sering terjadi yaitu korupsi benturan kepentingan
pengadaan. Pengadaan sendiri merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghadirkan
barang atau jasa yang dibutuhkan oleh suatu instansi atau perusahaan. Orang atau badan
yang ditunjuk untuk pengadaan barang atau jasa ini dipilih setelah melalui proses seleksi
yang disebut dengan tender.
Pada dasarnya, proses tender harus berjalan dengan bersih dan jujur. Instansi atau
kontraktor yang rapornya paling bagus dan penawaran biayanya paling kompetitif, maka
instansi atau kontraktor tersebut yang akan ditunjuk dan menjaga, pihak yang menyeleksi
tidak boleh ikut sebagai peserta. Apabila ada instansi yang bertindak sebagai penyeleksi
sekaligus sebagai peserta tender maka itu dapat dikategorikan sebagai korupsi. Hal ini
telah diatur dalam Pasal 12 huruf i UU PTPK.
6. Korupsi Perbuatan Curang
Korupsi perbuatan curang seringkali dilakukan oleh TNI/Polri, pemborong, atau
pengawas proyek. Akibat perbuatannya tersebut, mengakibatkan kerugian bagi
orang lain atau terhadap keuangan negara atau yang dapat membahayakan
keselamatan negara pada saat perang. Selain itu pegawai negeri yang
menyerobot tanah negara yang mendatangkan kerugian bagi orang lain juga
termasuk dalam jenis korupsi ini.

7. Korupsi Keuangan Negara


Pasti kalian sudah sering mendengar korupsi keuangan negara. Korupsi yang
mencari keuntungan dan sebagai tindakan melawan hukum ini biasanya
dilakukan bagi mereka yang sering menyalahgunakan jabatan. Contoh dari
korupsi uang negara ini yaitu mengambil keuntungan dari pembayaran pajak
misalkan pembayaran sekian dibayar sekian. Perbuatan curang ini memang
harus segera ditindak.
Jenis-jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh
reformasi, M. Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat jenis
korupsi, yaitu (Anwar, 2006:18):
a. Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan
pengusaha kepada penguasa.
b. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki
kepentingan
ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat peraturan atau
UU yang menguntungkan bagi usaha ekonominya.
c. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan
kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya.
d. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara
secara sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan
sejumlah keuntungan pribadi.
Jeremy Pope (2007: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden dalam Toward a General Theory of
Official Corruption menguraikan secara rinci bentuk-bentuk korupsi yang umum dikenal,
yaitu:

a. Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal, penyelundupan.


b. Penggelapan barang milik lembaga, swastanisasi anggaran pemerintah, menipu dan
mencuri.
c. Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan penggelapan uang,
mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi, menggelapkan pajak, menyalahgunakan
dana.
d. Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa, penganiayaan, memberi ampun dan
grasi tidak pada tempatnya.
e. Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi dan memperdaya,
memeras.
f. Mengabaikan keadilan, melanggar, memberikan kesaksian palsu, menahan secara tidak
sah, menjebak.
g. Tidak menjalankan tugas, desersi, hidup menempel pada orang lain seperti benalu.
h. Penyuapan dan penyogokan, memeras, mengutip pungutan, meminta komisi
i. Menjegal pemilihan umum, memalsukan kartu suara, membagi-bagi wilayah pemilihan
umum agar bisa unggul.
j. Menggunakan informasi internal dan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi;
KESIMPULAN
korupsi adalah tindakan menguntungkan diri sendiri dan orang lain
yang bersifat busuk, jahat, dan merusakkan karena merugikan negara
dan masyarakat luas. Pelaku korupsi dianggap telah melakukan
penyelewengan dalam hal keuangan atau pengkhianatan amanat terkait
pada tanggung jawab dan wewenang diberikan kepadanya, serta
pelanggaran hukum. Korupsi disebabkan karena beberapa faktor
umum, eksternal dan internal. Secara umum korupsi disebabkan karena
faktor politik, hukum, ekonomi, dan organisasi, sedangkan secara
internal korupsi disebabkan berdasarkan aspek prilaku individu dan
aspek social, dan secara eksternal disebabkan karena sikap masyarakat
terhadap korupsi, ekonomi dan organisasi. Terdapat 7 jenis korupsi
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia, yaitu korupsi suap
menyuap, korupsi penggelapan jabatan, korupsi Tindakan pemerasan,
korupsi gratifikasi, korupsi benturan kepentingan pribadi, korupsi
perbuatan curang, dan korupsi keuangan negara
THANKS!
OM SANTHI SANTHI
SANTHI OM

Anda mungkin juga menyukai