Anda di halaman 1dari 23

KEJANG DEMAM PADA ANAK

Disusun oleh:
dr. Yohana Winda Tiurma sidauruk
Pembimbing
dr. Lulu Honna, Sp. A
Pendamping:
dr. Ade Mirza

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RSUD DEMANG SEPULAU RAYA
LAMPUNG TENGAH
2021
ANAMNESIS
Tanyakan :
1) Waktu terjadinya kejang, durasi, frekuensi.

2) Sifat kejang

3) Bentuk kejang

4) Kesadaran sebelum dan sesudah kejang

5) Riwayat demam

6) Kejang disertai demam atau kejang tanpa demam

lalu mengalami kejang disertai demam kembali.


7) Ada apa tidak riwayat gangguan neurologis
PEMERIKSAAN FISIK
 TTV
 Pemeriksaan Fokus Infeksi
 Melihat apa tonsil memerah atau tidak.
 Apakah gendang telinga hipereremi atau tidak.
 Apakah ada ruam kulit atau tidak.
• Tanda Rangsang Meningeal
1. Kaku kuduk
2. Brudzinski 1
3. Kernig
4. Laseque
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Jika kejang demam sederhana tdk diperlukan PP.
 Pd kejang demam sederhana PP hanya u/ mencari
penyakit dasaryg menyebabkan demam.
 Punksi lumbal
 WAJIB untuk anak < 12 bulan dgn kejang demam
 Dianjurkan untuk anak < 18 bulan dengan kejang

demam
 Kejang demam dengan meningeal (+)
 Kejang demam kompleks
 Dicurigai meningitis, ensefalitis
 Partially treated meningitis

• CT-SCAN , MMRI
 Hanya atas indikasi seperti kelainan neurologis,
kejang demam kompleks yg berulang, paresis n
VI, papiledema
DIAGNOSIS KERJA
KEJANG DEMAM
1) Kejang + demam
2) Anak usia 6 bulan s/d 5 tahun.
3) Tanpa kelainan neurologis pada PF atau pada riwayat
perkembangan
4) Ekstrakranium bukan intrakranium atau penyebab lain
5) Dmam > 38,5 C
* Kejang + tanpa demam sebelumnya lalu sekarang kejang
disertai demam tidak dimasukkan kejang demam
Klasifikasi kejang demam
Kejang Demam Kejang Demam Kompleks
Sederhana -Kejang berlangsung > 15
-Kejang bersfifat umum dan menit
kurang dari 15 menit -Kejang fokal atau kejang
-Kejang berhenti sendiri multiple yang terjadi dalam
dan tidak berulang dalam waktu yang berdekatan antara 1
24 jam kejang dengan kejang yang
-Kejang umum tonik lainnya.
klonik. -Kejang terjadi lebih dari 1x
-Kejang tidak ada lebih dari dalam 24 jam
1 kali dalam 24 jam -Kejang fokal atau kejang fokal
-Tidak ada kelainan yang menjalar menjadi kejang
neurologis setelah kejang umum
-Anaknya dalam keadaan - Mirip gejala SSP
sadar
DIAGNOSIS BANDING
1) Ensefalitis
 Trias : demam , nyeri kepala, perubahan kesadaran
 Letargi, muntah, anoreksia, keluhan non spesifik lainnya
 Kelainan fungsi mental yg bermanifestasi sebagai
kebingungan, penurunan daya ingat, memberontak,
halusinasi dan koma
 Bangkitan kejang sering terjadi
2) Meningitis
- Trias : demam , kaku kuduk, sakit kepala
- Perubahan tingkat kesadaran
- Letargi, iritabilitas, atau delirium
Kriteria Kejang Demam Epilepsi Meningitis dan
Banding Ensefalitis

Demam Pencetusnya Tidak berkaitan Salah satu


demam dengan demam gejalanya demam

Kelainan Otak - + +

Kejang Berulang + + +

Penurunan + - +
Kesadaran
ETIOLOGI
1) Umur anak
2) Tinggi dan cepatnya suhu meningkat
3) Hereditas
4) Infeksi di luar SSP ( ISPA < tonsilitis, faringitis,
otitis media akut> , gastroenteritis akut, ISK)
5) Imunisasi DPT dan campak
EPIDEMIOLOGI
 Penelitian oleh berbagai pakar didapatkan bahwa sekitar 2,2-
2,5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka
mencapai usia 5 tahun
 Laki-laki : wanita = 1,4 : 1
 Miyake ( 1992 ) dari 112 penderita kejang demam = 60 laki-
lako dan 52 perempuan
 Lumbahobing (1975) : Insidens tertinggi antara usia 6 bulan
s/d 1 tahun
 Kurang lebih 3% anak yg berumur 6 bulan s/d 9 tahun pernah
menderita satu kali atau lebih serangan kejang demam
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
1. Serangan kejang biasanya terjadi dlm 24 jam pertama
sewaktu demam, berlangsung singkat, dengan sifat bangkitan
berbentuk tonik klonik, tonik, klonik, fokal, atau akinetik.
Umumnya kejang berhenti sendiri.
2. Demam ( < 38,5 C )
3. Kejang dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada
otot kedua sisi tubuh anak.
4. Dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot
5. Dapat lidah atau pipinya tergigit.
6. Dapat gigi atau rahangnya terkatup rapat.
7. Mengeluarkan air kemih atau tinja di luar kesadaran.
8. Gangguan pernafasan.
9. Kulitnya kebiruan
10. Hilang kesadaran
PENATALAKSANAAN
 Bila pasien datang dengan keadaan sudah tdk
kejang,
1) Periksa jalan napas, periksa pernapasan sirkulasi
2) Klo ada lakukan oksigenasi.
3) Tidak perlu diberikan antikonvulsan
4) Lakukan PF Neurologis
5) Cari kenapa kejang demam
6) Liat fokus infeksi
 Bila pasien dtg dengan keadan kejang
1) Semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala di
miringkan untuk mencegah aspirasi lambung.
2) Periksa jalan napas, periksa pernapasan sirkulasi
3) Klo ada lakukan oksigenasi.
4) Berikan obat anti konvulsan
5) Lakukan PF Neurologis
6) Cari kenapa kejang demam
7) Liat fokus infeksi
Obat Buccal IV Dose Rectal Dose
Midazolam 0,5 mg/ kg ( max
10 mg )
Diazepam 0,3 mg/kg at a rate 0,5 mg/kg (max 20
of 2mg/min ( max 5 mg per dose )
mg per dose < 5
years; 10 mg for ≥
5 years )
Lorazepam 0,05-0,1 mg/kg 0,1 mg/kg ( max 4
over 1-2 min ( max mg per dose )
4 mg per dose ) diluted 1:1 with
water prior to
administration
Non medika mentosa
1) Edukasi kepada orang tua agar tidak panik

2) Apabila anak kejang kembali


 Tetap tenang dan jangan panik
 Longgarkan pakaian terutama sekitar leher
 Bila tidak sadar :
 Posisi terlentang dengan kepala miring
 Jangan memasukkan sesuatu apapun ke dalam mulut walau
untuk mencegah lidah tergigit
 Bersihkan lendir/ ludah/ muntahan dari mulut dan hidung
 Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
 Tetap bersama anak selama kejang
 Diazepam rektal; jangan diberikan bila kejang berhenti
 Bawa ke dokter/ klinik/ RS bila kejang ≥5’. 6
Indikasi Rawat Inap
 Kejang demam kompleks
 Suspect SSP
 Tidak dapat ditentukan fokus infeksi penyebab
demam
 Penatalaksanaan infeksi yang membutuhkan rawat
inap
 Kecemasan dan kepanikan keluarga pasien
 Bisa juga karena anak gak mau makan, muntah, dll.
KOMPLIKASI
1) Kejang demam berulang
Faktor risiko
- Riwayat kejang dlm keluarga
- Usia < 12 bulan
- Suhu yg rendah saat kejang
- Cepatnya kejang setelah demam
2. Gangguan belajar dan perilaku, retardasi mental,
deficit koordiansi dan motorik dll.
3. Epilepsi
Faktor Risiko
 Anak yang menderita kejang demam berisiko lebih besar
mengalami epilepsy, dibandingkan dengan yang tidak.
 Faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari :
 Kelainan neurologis dan perkembangan yang jelas
sebelum kejang demam pertama
 Kejang demam kompleks
 Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat
prognosisnya baik
Daftar Pustaka
 Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 3, Edisi 15. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000; XXVII : 2059 – 2060.
 Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran No. 27. 1982 : 6 – 8.
 Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani Wahyu Ika, et al. Neurologi Anak, dalam Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius FK Universitas Indonesia, Jakarta. 2000 :
48, 434 – 437.
 William T. Basco, Jr, MD,MS. 2021. The Febrile Infant : New AAP Guidance for the First 2 Month
of Life. . Medscape Pediatri . https://www.medscape.com/viewarticle/954462 (diakses pada tanggal 4
September 2021)
 Pusponegoro Hardiono D, Widodo Dwi Putro, Ismael Sofyan. Konsensus Penatalaksanaan Kejang
Demam. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta. 2006 : 1 – 14.
 Saharso Darto. Kejang Demam, dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag./SMF Ilmu Kesehatan
Anak RSU dr. Soetomo, Surabaya. 2006 : 271 – 273.
 Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI Jakarta. 1985 : 25, 847 – 855.

Anda mungkin juga menyukai