Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER


Asiandi
Pengertian

• Penyakit jantung koroner (PJK) adalah terjadinya


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen miokard.
• Ketidakseimbangan dapat terjadi karena:
– Penyempitan arteri koroner
– Penurunan aliran darah/curah jantung (cardiac
output)
– Peningkatan kebutuhan oksigen miokard
– Spasme arteri koroner
Manifestasi Klinis

• Tanpa gejala
• Angina pektoris
• Infark miokard akut
• Aritmia
• Payah jantung
• Kematian mendadak
ANGINA PEKTORIS

• Angina pektoris adalah rasa sakit dada akibat


adanya iskemia otot jantung; sakit dada timbul
karena timbunan asam laktat, akibat metabolisme
anaerob pada sel miokard yang hipoksik.
• Angina pektoris terbagi menjadi:
– Angina pektoris setabil (Stable angina)
– Angina pektoris tidak setabil (Unstable angina)
– Angina variant (Angina prinzmetal)
Angina pektoris setabil

• Angina pektoris setabil (SAP) adalah sakit dada


yang timbul saat melakukan aktivitas.
• Rasa sakit tidak lebih dari 15 menit dan hilang
dengan istirahat.
Angina pektoris tidak setabil

• Angina pektoris tidak setabil (UAP) adalah sakit


dada yang timbul saat istirahat, lamanya lebih
dari 15 menit, ada peningkatan dalam frekuensi
sakitnya atau ada gejala perburukan.
Angina variant/prinzmetal

• Angina variant/angina prinzmetal adalah bentuk


angina tidak setabil yang disebabkan oleh
spasme arteri koroner.
INFARK MIOKARD

• Infark miokard adalah kematian jaringan otot


jantung yang ditandai dengan adanya sakit dada
khas: lama sakitnya > 30 menit, tidak hilang
dengan istirahat atau pemberian anti angina.
• Biasanya disebabkan oleh trombus aretri
koroner.
• Lokasi dan luasnya infark tergantung letak arteri
koroner yang tersumbat.
Gambar 1. Jantung tampak depan
Gambar 2. Arteri jantung anterior (depan).
Gambar 3. Arteri jantung posterior (belakang).
ASUHAN KEPERAWATAN

• Pengkajian (anamnesa)
Keluhan sakit dada:
– Faktor pencetus tersering penyebab angina adl
kegiatan fisik, emosi yang berlebihan atau setelah
makan.
– Kualitas/sifat sakitnya: sakit dada dirasakan di
daerah mid sternal, rasa sakit tidak jelas tetapi
banyak yang menggambarkan sakitnya seperti
ditusuk-tusuk, terbakar atau ditimpa beban berat.
– Penjalaran rasa sakit ke rahang, leher bahkan ke
lengan dan jari tangan kiri.
– Tanda dan gejala yang menyertai rasa sakit, yaitu:
mual, muntah, keringat dingin dan berdebar-debar,
sesak napas.
– Lama sakit dada pada angina tidak melebihi 30
menit dan umumnya masih respon dengan
pemberian obat-obatan anti-angina baik oral
maupun parenteral, sedangkan pada Infark
Miokard rasa sakit > 30 menit, tidak hilang dengan
pemberian obat-obat anti-angina, biasanya akan
hilang denga pemberian analgetik, seperti Morfin
atau Petidin.
Riwayat penyakit/pengobatan sebelumnya:
– Angina pektoris
– Infark miokard
– Hipertensi
– Diabetes mellitus, dll.
Faktor risiko PJK:
– Hipertensi
– Hiperkolestrol
– Diabetes mellitus
– Merokok
– Obesitas
– Usia
– Jenis kelamin
– Keturunan
– Keperibadian tipe A
• Pemeriksaan Fisik
– Tanda-tanda vital—TD, nadi, pernapasan.
– Perfusi perifer—kulit, pulsasi arteri.
– Bunyi jantung—normal, S3/S4/murmur.
– Bunyi paru—ronchi, wheezing.
• Respon Psikologis
– Depresi
– Gelisah/cemas
– Denial
• Prosedur Diagnostik
– EKG
• Monitor EKG: aritmia
• Rekam EKG lengkap: T inverted, ST depresi atau Q patologis.
– Laboratorium
• Darah rutin
• Kadar enzim: CK, CKMB
• Fungsi ginjal
• Fungsi hati
• Profil lipid
• Troponin T
• Foto thoraks
• Ekokardiografi
• Kateterisasi
• Scanning Thalium
Gambar 1. Urutan perubahan yang tampak selama evolusi infark miokard.
Gambar 2. Gelombang T hiperakut (gel. T menonjol, simetris dan tajam [hiperakut].
Gambar 3. Infark miokar anterior dengan segmen ST kasar (tampak gel. R menyerupai “batu nisan”.
Gambar 4. Gelombang Q patologis pada lead (sadapan) inferior dan anterior.
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi miokard.


2. Gangguan rasa nyaman: nyeri.
3. Kecemasan.
4. Gangguan aktivitas.
5. Risiko kurangnya pengetahuan
6. dll.
• Tujuan
– Menurunkan kebutuhan oksigen.
– Meningkatkan suplai oksigen miokard.
– Mencegah perluasan kerusakan miokard.
– Mencegah komplikasi.
Intervensi

• Tirah baring posisi nyaman.


• Observasi tanda-tanda vital.
• Pasang infus.
• Monitor EKG.
• Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian:
oksigen, obat-obatan seperti Nitrogliserin, Beta
bloker, Calsium antagonis, penenang, narkotik,
laxative, antikoagulan dan trombolitik.
• Bantu ADL klien.
• Berikan penjelasan mengenai prosedur yang
dilakukan.
• Ambil sampel darah untuk pemeriksaan.
• Observasi efek samping obat.
• Pengaturan diet.
• Kurangi rangsangan lingkungan.
• Kaji pengetahun klien terkait penyakit.
• Bersikap tenang dalam bekerja.
• Berikan klien kesempatan untuk bertanya dan
memberikan jawaban yang benar.
• Observasi tanda-tanda komplikasi.
• Fisioterapi/mobilisasi.
Referensi

• Nurhayati, T. (2001). Asuhan keperawatan


penyakit jantung koroner. Dalam H. Rokhaeni, E.
Purnamasari, & A. U. Rahayoe, Buku Ajar
Keperawatan Kardiovaskuler (Edisi pertama).
Jakarta: Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pusat
Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
Nasional “Harapan Kita”.
SEKIAN !!

Anda mungkin juga menyukai