Anda di halaman 1dari 22

Pengantar

Lingkungan
Lahan Basah
OLEH
Dr. DEASY ARISANTY, M.Sc
Lingkungan
 Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik
yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti
tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan
fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam
lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan
manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik tersebut.
 Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala
sesuatu yang ada di sekitar manusia dan
mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.
Lahan
 Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi
tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana
faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunannya. Termasuk didalamnya adalah akibat-
akibat kegiatan manusia, baik pada masa lalu maupun
sekarang, seperti reklamasi daerah-daerah pantai,
penebangan hutan dan akibat-akibat yang merugikan
seperti erosi dan akumulasi garam. Faktor-faktor sosial
dan ekonomi secara murni tidak termasuk dalam
konsep lahan ini (FAO,1976)
Lahan basah
 Lahan basah atau wetland adalah wilayah-wilayah di
mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen
(menetap) atau musiman.
 Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-
kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal.
 Digolongkan ke dalam lahan basah ini, di antaranya,
adalah rawa-rawa(termasuk rawa bakau), paya dan
gambut.
 Air yang menggenangi lahan basah dapat tergolong ke
dalam air tawar, payau atau asin
Lahan basah menurut Konvensi
Ramsar 1971
 lahan basah adalah wilayah paya, rawa, gambut, atau
perairan, baik alami maupun buatan, permanen atau
temporer (sementara), dengan air yang mengalir atau
diam, tawar, payau, atau asin, termasuk pula wilayah
dengan air laut yang kedalamannya di saat pasang
rendah (surut) tidak melebihi 6 meter
 Lahan basah dapat pula mencakup wilayah tepian sungai
dan pesisir yang berdekatan dengan suatu lahan basah,
pulau-pulau, atau bagian laut yang dalamnya lebih dari 6
meter yang terlingkupi oleh lahan basah
 Lahan basah adalah istilah kolektif tentang
ekosistem yang pembentukannya dikuasai air, dan
proses serta cirinya terutama dikendalikan air.
 Suatu lahan basah adalah suatu tempat yang cukup
basah selama waktu cukup panjang bagi
pengembangan vegetasi dan organisme lain yang
teradaptasi khusus (Maltby, 1986).
 Konvensi Ramsar memilahkan lahan basah berdasarkan
ciri biologi dan fisik dasar menjadi 30 kategori lahan basah
alami dan 9 kategori lahan basah buatan.
 Ketigapuluh kategori lahan basah alami dipilahkan lebih
lanjut menjadi 13 kategori berair asin dan 17 kategori
berair tawar. Lahan basah buatan mencakup waduk, lahan
sawah, jejaring irigasi, dan lahan akuakultur (perkolaman
tawar dan tambak). Untuk meringkus tinjauan,
penggolongan lahan basah alami boleh dikurangi menjadi
7 satuan bentanglahan (landscape) yang seluruhnya
merupakan komponen penting bagi penetapan kerangka
perencanaan konservasi lahan basah.
 Ketujuh satuan bentanglahan tersebut adalah estuari, pantai
terbuka, dataran banjir, rawa air tawar, danau, lahan
gambut, dan hutan rawa (Dugan, 1990).
Rawa
 Adalah suatu bagian daratan yang sepanjang tahun biasanya jenuh air
atau tergenang air (Barchia, 2006)
 Lahan rawa adalah lahan yang menempati posisi peralihan diantara
daratan dan sistem perairanv(Subagyo, 1997)
 Ada 3 istilah umum untuk rawa yaitu swamp, marsh dan bog (Barchia,
2006)
 Swamp adalah suatu bagian daratan yang berketinggian rendah, jenuh
air, dan dapat ditumbuhi pepohonan jarang
 Marsh adalah bagian daratan yang tergenang air seperti danau dangkal,
kadang-kadang dapat mengering, ditumbuhi rerumputan atau pepohonan
rapat, dapat berada dipegunungan, atau disepanjang perbatasan dengan
laut
 Bog adalah daratan yang basah dan pada umumnya merupakan gambut.
 Marsh dan swamp banyak di jawa sedangkan bog banyak terdapat di
Sumatera, Kalimantan, dan Papua (Notohadiprawiro, 1979)
Kawasan rawa
 Terbagi menjadi 2 ekosistem utama yaitu
ekosistem pasang surut dan ekosistem rawa
pedalaman/lebak (Barchia, 2006)
 Subagjo (1998) membagi kawasan rawa menjadi 3
zone, yaitu:
1. zone I: lahan rawa pasang surut alir salin/payau,
2. Zone II: lahan pasang surut air tawar dan
3. Zona III: lahan rawa buka pasang surut atau rawa
lebak.
 Berdasarkan keadaan jangkauan luapan air pasang, lahan pasang
surut dibedakan menjadi 4 tipe yaitu:
 Tipe A, daerah pasang surut yang langsung dipengaruhi oleh air
pasang karena selalu diluapi oleh air pasang kecil maupun besar.
 Tipe B, daerah pasang surut yang hanya diluapi oleh air pasang, tetapi
secara tidak langsung dipengaruhi air pasang melalui rembasan dalam
tanah.
 Tipe C, daerah pasang surut yang tidak diluapi oleh air pasang, tetapi
secara tidak langsung dipengaruhi air pasang melalui rembasan tanah.
 Tipe D, daerah pasang surut yang tidak dipengaruhi air pasang, baik
langsung maupun tidak langsung.
 Berdasarkan topografi, dalam dan lama penggenangan, lahan
rawa pedalaman/lebak, dibedakan menjadi 3 kategori yaitu:
 Lebak pematang, lahan yang terletak di sepanjang tanggul
alam sungai dengan topografi relative tinggi dan genangan
relative dangkal dan singkat.
 Lebak tengahan, lahan yang terletak di antara lebak dalam
dan lebak pematang.
 Lebak dalam, lahan yang terletak di sebelah dalam,
merupakan suatu cekungan, tergenang relative dalam dan
terus menerus.
 Lebih rinci tipologi dataran rawa termasuk kelompok
fisiografi yang disebut lingkungan pengendapan baru.
Secara umum fisiografi utama yang termasuk kelompok ini:
 Kelompok Alluvial, yang dibedakan menjadi a) ckungan
alluvial, b)dataran alluvial, c) dataran banjir, d) kipas
alluvial koluvial, 3)pelembahan sempit, f) teras sungai, g)
rawa belakang dan h) tanggul sungai alami.
 Kelompok Marin, yang dibedakan menjadi a)beting pantai,
b) dataran pasang surut, c) rawa belakang pantai, d) jalur
sungai tua, e)swales dan f) tanggul.
 Kelompok Kubah gambut, yaitu gambut dangkal, gambut
sedang dan gambut pedalaman.
180000 210000 240000 270000

9690000

9690000
0 5 10 Km

F2
9660000

9660000
F1
O2

O1
9630000

9630000
M2
M1

180000 210000 240000 270000

Legend
Shoreline Source: Landsat satellite image
in year 2001
Irrigation Channel
River
O1 Basin of peat anticline, material pebble, sand, silt, clay and mud
By:
O2 Limb of peat anticline, material pebble, sand, silt, clay and mudDeasy Arisanty
F1 Natural Levee, material pebble, sand, silt, clay and mud (10/306413/SGE/187)
F2 Oxbow Lake, material pebble, sand, silt, clay and mud
M1 Beach ridge, material pebble, sand, silt, clay and mud
M2 Tidal Flat, material pebble, sand, silt, clay and mud
 Badan Litbang Pertanian membagi lahan pasang surut
dalam 4 tipologi, yaitu lahan potensial, sulfat masam,
bergambut/gambut dan salin.
 Kendala fisik termasuk kemasaman tanah serta
kandungan Al dan Fe terlalu tinggi, intrusi garam, dan
adanya bahan-bahan beracun.
 Variabilitas tinggi menyangkut pasang surut air harian,
perubahan pola dalam jumlah dan mutu air selama
musim hujan dan musim kering, terjadinya kekeringan
yang hebat, serta banjir secara periodic yang tak terduga.
KESESUAIAN LAHAN GAMBUT
 Kesesuaian lahan kawasan rawa ditentukan oleh
hidrotopografi, drainabilitas, jenis tanah, intrusi air
asin dan adanya kondisi air/tanah asam dan racun.
 Dua parameter penting dari hidrologi yang akan
mempengaruhi penetapan zonasi kesesuaian lahan
yaitu hidro-topografi dan drainabilitas.
 Hidro-topografi adalah batas alam yang dibuat
permukaan air dari sungai atau saluran pada lahan
dengan kata ulang tertentu yang dapat digunakan
untuk penilaian kemungkinan irigasi pasang surut.
 Drainabilitas adalah kemampuan drainase yang
didasarkan pada selisih tinggi muka air rata-rata
dengan elevasi lahan, halini penting untuk
menetapkan jenis tanaman yang cocok serta
efektivitas pencucian lahan.
 Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam
penetapan hidrotopografi dan drainabilitas adalah:
 Fluktuasi muka air di sungai dan saluran akibat dari
pengaruh pasang surut laut dan debit air dari hulu.
 Analisis frekuensi tinggi muka air harian diperlukan
untuk menentukan batas-batas dari kategori
hidrotopografi.
 Elevasi mendatang dari lahan sehubungan dengan
pemadatan, pematangan dan subsiden lapisan gambut.
 Hidrotopografi ditentukan dengan memperhitungkan amplitude dan
beda fase dari masing-masing komponen pasang surut dan
hidrotopografi lahan rawa dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori,
yaitu:
 Kategori A: daerah pasang surut yang apabila pasang tertinggi
lahan selalu tergenang. Lahan terluapi >4-5 per siklus pasang
purnama,baik pada saat musim penghujan maupun musim kemarau.
 Kategori B: daerah pasang surut yang apabila pasang tertinggi
airnya mencapai elevasi lahan. Lahan terluapi >4-5 per siklus
pasang purnama pada sebagian musim penghujan.
 Kategori C: daerah pasang surut yang apabila pasang tertinggi
airnya mencapai daerah perakaran tanaman. Lahan terluapi >4-5
per siklus pasang surut pada saat musim penghujan.
 Kategori D: daerah pasang surut yang apabila pasang tertinggi
airnya tidak mencaqpai daerah perakaran tanaman. Lahan tidak
pernah terluapi walaupun oleh pasang besar dan tidak
mempengaruhi air tanah.
081348260253, deasyarisanty@
gmail.ac.id
Tugas: Print out dikumpul pas mata
kuliah
File: Diemailkan
Print out: 15 September 2018
dikumpulkan ke prodi
 Estuari
 Pantai terbuka
 Dataran banjir
 Rawa air tawar
 Danau
 Lahan gambut
 Hutan rawa
 Terumbu karang
 Lahan sawah
 Waduk
 Jejaring irigasi
 Lahan akuakulture

Anda mungkin juga menyukai