Anda di halaman 1dari 11

Doa Arwah

Sejarah Mendoakan Arwah


• Gereja Katolik mempunyai aneka rupa devosional dalam iman
umatnya. Selain Perayaan Ekaristi yang adalah sumber dan puncak
liturgi iman Kristiani, gereja Katolik juga mempunyai devosi kepada
orang-orang kudus.
• Perayaan semua orang kudus dimulai oleh oleh St. Efrem dan St.
Yohanes Krisostomus pada 407 yang menetapkan, satu minggu
setelah pentakosta sebagai hari raya semua orang kudus.
• Kemudian pada tahun 741 Paus Bonivasius III menetapkan tanggal 1
November sebagai Hari raya semua orang kudus.
• Tradisi mendoakan peringatan arwah orang beriman sudah ada dalam
Kitab Suci.
• Dalam 2 Mak 12: 41-42, dijelaskan fungsi dan tujuan kita mendoakan
arwah orang beriman.
• Lalu dalam Perjanjian Baru, St. Paulus mendoakan sahabatnya yang
meninggal, Onesiforus. (2 Tim 1:18).
• Pada tahun 998, Rahib Odilo dari Biara Cluny menetapkan peringatan
kepada semua arwah orang beriman pada 2 November. Penetapan ini
kemudian diterima secara umum oleh gereja Katolik, dan berlaku
hingga hari ini.
• prinsip dasar ajaran Gereja Katolik untuk mendoakan jiwa-jiwa orang
yang sudah meninggal adalah adanya Persekutuan Orang Kudus yang
tidak terputuskan oleh maut.
• Rasul Paulus menegaskan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut,
maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-
pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun
sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih
Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39).
Pengajaran tentang Api Penyucian termasuk
dalam ajaran iman De fide (Dogma)
• “The Communion of the Faithful Terjemahannya:
on earth and the Saints in • Persekutuan umat beriman di dunia
Heaven with Poor Souls in dan Para Kudus di Surga dengan
Purgatory: Jiwa-jiwa yang menderita di Api
The living Faithful can come to Penyucian:
the assistance of the Souls in Para beriman yang [masih] hidup
Purgatory by their intercessions dapat membantu jiwa-jiwa di Api
(suffrages).” Penyucian dengan doa-doa syafaat
(doa silih).
(Dr. Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, Illinois, TAN Books ands Publishers, 1974, p.321
Tradisi mendoakan jiwa orang yang sudah meninggalpun
dicatat dalam tulisan para Bapa Gereja
• Tertullian, yang mengajarkan untuk menyelenggarakan Misa kudus
untuk mendoakan mereka pada perayaan hari meninggalnya mereka
setiap tahunnya.
• St. Cyril dari Yerusalem dalam pengajarannya tentang Ekaristi
memasukkan doa-doa untuk jiwa orang-orang yang sudah meninggal.
• St. Yohanes Krisostomus dan St Agustinus mengajarkan bahwa para
beriman dapat mendoakan jiwa orang-orang yang meninggal dengan
mengadakan derma.
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
• KGK 1032 Ajaran ini juga berdasarkan praktik doa untuk orang yang
sudah meninggal tentangnya Kitab Suci sudah mengatakan: “Karena
itu [Yudas Makabe] mengadakan kurban penyilihan untuk orang-
orang mati, supaya mereka dibebaskan dari dosa-dosanya” (2 Mak
12:45). Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan
akan orang-orang mati dan membawakan doa dan terutama kurban
Ekaristi. Doa untuk mereka bertujuan supaya mereka disucikan dan
dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Gereja juga
menganjurkan amal, indulgensi, dan karya penitensi demi orang-
orang mati.
• KGK 1371 Kurban Ekaristi juga dipersembahkan untuk umat beriman yang
mati di dalam Kristus, “yang belum disucikan seluruhnya”, supaya mereka
dapat masuk ke dalam Kerajaan Kristus, Kerajaan terang dan damai:
“Kuburkanlah badan ini di mana saja ia berada: kamu tidak perlu peduli
dengannya. Hanya satu yang saya minta kepada kamu: Di mana pun kamu
berada, kenangkan saya pada altar Tuhan”. (Santa Monika sebelum
wafatnya, kepada santo Augustinus dan saudaranya: Agustinus, conf.
9,11,27).
• Karena kita percaya bahwa jiwa-jiwa yang didoakan dalam kurban yang
kudus dan agung ini, akan mendapat keuntungan yang besar darinya… Kita
menyampaikan kepada Allah doa-doa kita untuk orang-orang yang telah
meninggal, walaupun mereka adalah orang-orang berdosa… Kita
mengurbankan Kristus yang dikurbankan untuk dosa kita. Olehnya kita
mendamaikan Allah yang penuh kasih sayang kepada manusia dengan
mereka dan dengan kita”
• Mendoakan jiwa orang-orang yang sudah meninggal bagi orang Katolik merupakan
salah satu perbuatan kasih yang bisa kita lakukan, terutama kepada orang-orang
yang kita kasihi yang telah mendahului kita. Ini adalah salah satu dogma yang
semestinya kita jalankan, sebagai orang Katolik.
• Kita semua disatukan oleh kasih Kristus: kita yang masih hidup dapat mendoakan
jiwa-jiwa yang di Api Penyucian, dan jika kelak mereka sampai di surga, merekalah
yang mendoakan kita agar juga sampai ke surga.
• Doa mereka tentu saja tidak melangkahi Perantaraan Kristus, sebab yang
mengizinkan mereka mendoakan kita juga adalah Kristus, sebab di atas semuanya,
Kristuslah yang paling menginginkan agar kita selamat dan masuk ke surga.
• Jadi doa para kudus saling mendukung dalam karya keselamatan Allah bagi
manusia.
• Kita tergabung dalam satu persekutuan orang-orang kudus, karena kita semua
adalah anggota Tubuh Kristus yang diikat oleh kasih persaudaraan yang tak
terputuskan oleh maut, sebab Kristus Sang Kepala, telah mengalahkan maut itu
bagi keselamatan kita.
• Dasar teologis dari perayaan Hari Arwah tidak dapat dilepaskan dari
ajaran Gereja bahwa arwah semua orang beriman belum disucikan
sepenuhnya dan masih harus menjalankan penyucian agar dapat
masuk ke dalam kegembiraan surga (KGK 1030).
• Proses penyucian ini disebut Gereja sebagai purgatorium – api
penyucian (KGK 1031). Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi,
dan karya penitensi demi orang-orang mati (KGK 1032). 
• Dasar doa untuk mereka yang sudah meninggl bertujuan supaya
mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan.
• Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi, dan karya penitensi demi
orang-orang mati.
• Dari dasar ini, ibadat untuk mendoakan arwah dapat dipadukan
dengan budaya setempat.
• Upaya mempadukan ibadat mendoakan arwah dilakukan setelah doa
permohonan.

Anda mungkin juga menyukai