Anda di halaman 1dari 4

TINJAUAN MEDIA SOSIAL TIKTOK

DJP DALAM EDUKASI PERPAJAKAN


Oleh
Rafi Ihza Mahendra
NPM 2301190544
Kelas: 5-08

Dosen Pembimbing: Sony Hartono


Tinjauan Media Sosial
TIKTOK DJP dalam
Judul edukasi perpajakan

Menjelaskan latar belakang Mendeskripsikan tantangan


Menjelaskan SOP dan prosedur Menguraikan respon dan
urgensi DJP memperluas dan kendala dalam
pengelolaan TikTok
Tujuan Penelitian media edukasi perpajakan
ke TikTok
@ditjenpajakri oleh DJP
feedback dari audiens
TikTok @ditjenpajakri
pengelolaan akun TikTok
@ditjenpajakri.

Dikutip dari E- learning Key Concepts, Senior Rule of Law


Senior Director Media Government Relations
IDEOWORKS.ID Dr. Ira Mirawati, M.Si. WINSTARLINK Robin Mason, Frank Business Internews, Jason
Teori Rennie, 2006 Lambert
Advisor USAID, Dondy
Setya

Tiktok menjadi satu satunya media Dibanding media sosial lain, Tujuan penggunaan media sosial pada Respon dan feedback diperlukan Tantangan yang dihadapi Media sosial memiliki peran
pemerintahan ialah untuk membangun dalam setiap pelaksanaan
sosial popular yang mengalami TikTok menjadi media yang media online yang penting untuk perbaikan kualitas
engagement dan koneksifitas antara program kerja dalam rangka
kenaikan pengguna sejak semester efektif untuk menyampaikan pemerintah dengan kelompok yang sulit disebabkan lingkungan yang demokrasi dan akuntabilitas di
evaluasi. Pesan yang positif dan
akhir 2020 hingga 2021 dengan pesan, khususnya untuk terjangkau. Kelompok yang sulit dijangkau kurang Indonesia. Namun, saat ini,
maksudnya adalah kelompok marginal mampu mengapresiasi upaya
demografi usia pengguna yang kelompok remaja. Hal ini apapun yang dilakukan oleh
mendukung. Tantangan itu media menghadapi kondisi yang
ataupun kelompok apatis. Kelompok
beragam. selaras dengan perspektif pebelajar (dalam hal ini adalah diantaranya kemampuan cukup berat karena kehadiran
marginal bisa saja kelompok yang memiliki
komunikasi, di mana media akses minim ke pemerintahan secara pihak DJP). Feedback dapat inovasi (termasuk di media sosial mendominasi
adalah alat untuk langsung. Sedangkan kelompok apatis diberikan melalui banyak cara; dalamnya kreativitas yang pendapatan iklan (revenue),
menyampaikan pesan secara adalah kelompok yang dengan sengaja langsung saat itu juga sering buntu dan kehadiran influencer individu di
menarik diri menjauh dari pemerintah, (terimplementasi di dalam
efektif. contohnya ialah kelompok anak muda.
kekhawatiran dalam platform media sosial, maraknya
konten), email, atau bahkan melakukan plagiarisme), mis-disinformasi dan rendahnya
Masing-masing memang pemerintah
memiliki kepentingan dan fokus tersendiri video call. Feedback COVID-19, dan turunnya literasi publik, yang mengancam
yang membuat penggunaannya menjadi membutuhkan konteks tertentu
tingkat kepercayaan publik kepercayaan masyarakat
berbeda-beda. Meskipun demikian, dimana mereka dapat mencoba
terhadap media.
penggunaan media sosial di bidang berbagai pendekatan dan solusi,
pemerintahan pada dasarnya dapat hingga mencapai hasil yang
membuat informasi dan pelayanan diinginkan. 
SUMBER DATA LAPANGAN DAN CARA
PENGUMPULANNYA

• Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, peneliti menggunakan studi pustaka


• Sumber data didapatkan dari :
a. Undang-undang dan peraturan terkait pengelolaaan sosial media oleh DJP : Keputusan
Direktur Jenderal Pajak No.273/PJ/2013 tentang Pengelolaan Akun Direktorat Jenderal
Pajak di Jejaring Media Sosial ; Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.SE-41/PJ/2012
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kegiatan Kehumasan Direktorat Jenderal Pajak
b. Situs terkait pengelolaan sosial media utamanya TikTok (ideoworks.id , winstarlink.com,
kominfo.go.id, pajak.go.id, news.ddtc.co.id
c. Beberapa pendapat para ahli berdasarkan landasan teori
• Metode wawancara Wawancara akan dilakukan dengan pelaksana penyuluhan dan
pelayanan pajak melalui media sosial Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dalam hal ini
Direktorat Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat (Direktorat P2 Humas)
TERIMA KASIH
MOHON SARAN DAN BIMBINGANNYA

Anda mungkin juga menyukai