Bahaya fisik berasal dari faktor fisik yang secara terus menerus memaparkan tenaga kerja
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada tenaga kerja. Faktor fisik ini dapat berupa
kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro, dan sinar ultra ungu.
Dampak dari bahaya fisik bergantung pada faktor fisik yang dialami oleh tenaga kerja.
Contoh kasus dari dampak bahaya fisik antara lain, kerusakan pembuluh darah yang
diakibatkan oleh seringnya memegang peralatan yang bergetar, nyeri punggung bagian
bawah yang diakibatkan oleh rancangan kursi yang tidak sesuai dengan antropometri serta
penurunan pendengaran hingga tuli akibat terlalu lama terpapar oleh kebisingan.
2. Bahaya biologi (Biological Hazard)
Bahaya biologi (Biological Hazard) merupakan bahaya yang berasal dari hewan atau
mikroorganisme tak kasat mata yang dapat masuk ke dalam tubuh kita serta mengancam
kesehatan tubuh. Bahaya biologi umumnya disebabkan oleh adanya virus, bakteri, jamur, dan
mikroorganisme lainnya. Bahaya biologi dapat menyebabkan infeksi, alergi, dan keracunan
pada tenaga kerja. Hepatitis A, hepatitis B, dan TBC merupakan beberapa contoh dampak
dari bahaya biologi atau Biological Hazard.
3. Bahaya Kimia (Chemical Hazard)
Bahaya kimia (Chemical Hazard) merupakan bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia, baik yang berbentuk padat, cair, maupun gas. Bahan kimia yang memiliki sifat
beracun dapat memasuki aliran darah sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem
tubuh dan organ lainnya yang dapat masuk ke dalam tubuh. Contohnya merkuri, alkohol
dan turunannya, timbal, dan lain-lain. Potensi risiko gangguan yang dapat muncul pada
kesehatan dan keselamatan pekerja bervariasi sesuai dengan jenis bahan kimia yang
terpajan pada diri pekerja. Bahan kimia yang beracun dapat masuk ke dalam tubuh
dengan tiga cara, yaitu inhalasi (menghirup), pencernaan (menelan), dan penyerapan ke
dalam kulit atau kontak invasif.
4. Bahaya ergonomi (Biomechanical Hazard)
Bahaya ergonomi (Biomechanical Hazard) merupakan potensi bahaya yang disebabkan oleh tidak
efisiennya hubungan alat kerja dengan manusianya, biasanya berhubungan dengan perilaku kerja
manusia dengan alatnya. Hal ini juga dapat menimbulkan penyakit akibat kesalahan-kesalahan
dalam penggunaan alat. Contohnya, gerakan repetitif (berulang-ulang) seperti membungkuk-
berdiri-membungkuk, durasi dan frekuensi bekerja melebihi batas, bekerja dengan postur tubuh
yang janggal seperti berputar di area pinggang, menunduk, pekerjaan yang membutuhkan untuk
menjangkau terlalu tinggi, mengangkat beban berat, dan lain-lain. Bahaya ini dapat menyebabkan
bagian tubuh tertentu tenaga kerja mengalami kerusakan.
5. Bahaya psikologi (Psychosocial Hazard)
Bahaya psikologi (Psychosocial Hazard) merupakan bahaya yang berasal dari konflik batin
dengan lingkungan yang ada di tempat kerja, baik itu dengan rekan kerja maupun dengan fasilitas
yang ada di lingkungan kerja dimana nantinya dapat mengganggu aspek psikologis pekerja
sehingga dapat menyebabkan produktivitas pekerja menurun. bullying, kekerasan, pelecehan,
pengucilan, tekanan dan himpitan pekerjaan, tuntutan deadline pekerjaan, persaingan kerja tidak
sehat, pekerjaan yang monoton, jenjang karir tidak bagus, dan alat bantu kerja yang tidak
memadai merupakan beberapa contoh penyebab terjadinya bahaya psikologi pada tenaga kerja.
C. Prosedur Keselamatan, Keamanan, dan Kesehetan.
Prosedur Keselamatan, Keamanan, dan Kesehatan atau disingkat prosedur K3 adalah langkah atau tahapan untuk
menyelesaikan aktivitas atau metode langkah demi langkah secara pasti dalam pekerjaan yang harus ditaati oleh setiap pekerja
demi menjamin keselamatan, kesehatan, dan keamanan (K3). Dalam pelaksanaannya, K3 dilaksanakan melalui prosedur tertentu
yang harus diikuti oleh perusahaan dan karyawan. Prosedur ini berlaku secara umum oleh semua jenis perusahaan, baik kantor,
pabrik, tambang, maupun lainnya. Prosedur K3 sangat penting untuk mengurangi kerugian akibat kecelakaan kerja dan
meningkatkan produktivitas perusahaan. Peningkatan produktivitas akan tercapai jika perusahaan bisa menciptakan lingkungan
kerja yang aman, nyaman, dan efektif.
Prosedur K3 dibuat dengan bertujuan untuk :
1. Memudahkan pekerja dalam mengikuti arahan K3 untuk menghindari hal yang tidak diinginkan;
2. Menjamin pekerja dapat melaksanakan tugasnya dengan aman dan tertib;
3. Menginformasikan secara cepat kepada pihak lain yang terkait jika terjadi masalah saat bekerja;
4. Melaporkan kejadian langsung yang mencurigakan di lokasi kerja;
5. Memastikan setiap pekerja memahami pentingnya K3 dan mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan;
6. Menjamin setiap perlengkapan dan peralatan kerja (alat pelindung diri/APD) dapat digunakan dengan baik dan efektif.
Contoh Prosedur K3:
1. Mengikuti apel dan mengisi absensi.
2. Mengikuti briefing pertama tentang pengenalan alat pelindung diri (APD) dan penggunaan alat-alat yang dipimpin
pengawas K3.
3. Melakukan pemeriksaan atau pengecekan APD untuk memastikan alat-alat yang akan digunakan tidak rusak atau cacat
sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan atau memengaruhi kesehatan pekerja.
4. Memakai APD secara benar dengan mengikuti instruksi dari pengawas K3 dan pengawas memastikan APD sudah
digunakan secara benar.
5. Melakukan inspeksi terhadap mesin atau peralatan yang akan digunakan dalam bekerja.
6. Mengikuti briefing kedua yang dipimpin pengawas K3 mengenai mekanisme kerja untuk menghindari kecerobohan
pekerja.
7. Memulai pekerjaan sesuai tugasnya masing-masing.
D. Penanganan Terhadap Physical, Chemical, Biological,
Psychological, dan Biomechanical Hazards
1. Physical Hazards