Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
• ARIFANDI
• DIANA AGNES
• IZUL HUDA
• MUTHIARA ANDINI
ADHD
DEFINISI
Etiologi dari ADHD memang belum jelas diketahui. Faktor neurobiologi diduga
salah satu faktor yang cukup kuat untuk timbulnya gangguan ini. Pemaparan zat
toksik prenatal, prematuritas, dan mekanisme kelahiran yang mengganggu sistem
saraf diperkirakan berhubungan dengan gangguan ini (Franke et al., 2017). Faktor
psikososial juga diduga memiliki peran pada ADHD. Beberapa faktor yang diduga
berhubungan atau sebagai penyebab ADHD antara lain :
● Faktor Genetik, riset yang dilakukan pada anak kembar dan anak adopsi,
menunjukkan tingkat heritabilitas antara 60%-90% (Faraone and Larsson, 2018).
● Faktor Lingkungan, antara lain adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol,
penggunaan obat-obatan atau anemia selama kehamilan, dan kelahiran anak yang
prematur (Waldie et al., 2017), zat aditif pada makanan (Schneider-Momm et al.,
2018), serta intoksikasi logam berat timbal (Daneshparvar et al., 2016).
PATOFISIOLOGI
Penyebab ADHD dipahami sebagai disregulasi neurotransmiter tertentu di dalam
otak yang membuat seseorang lebih sulit untuk memiliki atau mengatur
stimulus internal dan eksternal. Beberapa neurotransmiter, termasuk dopamin
dan norepinefrin, memengaruhi produksi, pemakaian, pengaturan neuro-
transmiter lain serta beberapa struktur otak.
Faktor-faktor yang mungkin berperan dalam terjadinya ADHD, yaitu:
1. Faktor Genetik
2. Faktor Neurokimiawi
3. Cedera Otak
4. Faktor psikososial
KLASIFIKASI
Ciri-ciri ADHD muncul pada masa kanak-kanak awal, bersifat menahun, dan tidak
diakibatkan oleh kelainan fisik yang lain, mental, maupun emosional. Ciri utama
individu dengan gangguan pemusatan perhatian meliputi: gangguan pemusatan
perhatian (inattention), gangguan pengendalian diri (impulsivity), dan gangguan
dengan aktivitas yang berlebihan (hiperactivity). Terdapat 3 subtipe ADHD,
yaitu:
Predominan hiperaktif-impulsif (ADHD/ HI): Simtom terbanyak (≥6) ialah kategori
hiperaktif-impulsif; <6 simtom inatensi.
Predominan inatensi: Simtom terbanyak (≥6) ialah kategori inatensi dan <6 simptom
dari hiperaktif-impulsif. Anak dengan subtipe ini kurang berperan atau
mempunyai kesulitan bersama dengan anak lain. Mereka duduk tenang, tetapi
tidak memberikan perhatian kepada apa yang dilakukan. Orang tua mungkin tidak
memperhatikan simtom ADHD
Kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatensi: ≥6 simtom inatensi dan ≥6 simtom
hiperaktif-impulsif.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis ADHD ditengarai merupakan gangguan dari inefisiensi
“tuning” neurotransmitter dopamin dan norepinefrin di cortex prefrontal
(Stahl,2013). Gangguan neurokimiawi pada ADHD tidak sesederhana
hipotesa bahwa telah terjadi kekurangan neurotransmiter dopamin (DA)
dan norepinefrin (NE) di celah sinaps. Faktanya, pemberian obat agonis
dopamin tidak meredakan gejala ADHD. Hiperaktivitas dan hipoaktivitas
dari sistem katekolamin diduga menyebabkan munculnya serangkaian
gejala pada ADHD. Pada kondisi hipoaktif, rilis DA dan NE yang
berkurang menyebabkan insufisiensi aktivasi pada reseptor pasca sinaps.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada anak dengan ADHD
antara lain:
● Pemeriksaan tiroid: dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau
hipotiroid yang memberatkan masalah.
● Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya
gangguan otak organik.
● Tes psikologis sesuai indikasi: menyingkirkan adanya gangguan
ansietas, mengidentifikasi bawaan, anak tidak mau belajar dan
mengkaji responsivitas sosial dan perkembangan bahasa.
● Pemeriksaan diagnostik individual bergantung pada adanya gejala
fisik (misalnya: ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala
alergi lain).
PENATALAKSANAAN