Anda di halaman 1dari 23

Askep dengan Meningitis

( Pak Suhardono)
Pengertian

Meningitis adalah inflamasi lapisan


disekeliling otak dan medula spinalis
yang disebabkan oleh bakteria atau
virus (Smeltzer, 2014)

Meningitis adalah radang pada meningen (membran


yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan
disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur
(Smeltzer & Bare, 2002)
Klasifikasi Meningitis dibagi menjadi 3 :

Meningitis Bakterial
(Meningitis sepsis)

Meningitis Virus
(Meningitisaseptic) Meningitis Jamur
1. Meningitis Bakterial
(Meningitis sepsis)

 Sering terjadi pada musim dingin dan saat terjadi


infeksi saluran pernafasan.

 Jenis organisme yang sering menyebabkan


meningitis bacterial adalah streptokokus
pneumonia dan neisseria meningitis.

 Meningitis bacterial yang sering terjadi pada


daerah penduduk yang padat (asrama, penjara).
2. Meningitis Virus (Meningitisaseptic)

Meningitis virus adalah infeksi pada meningen


cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri.

Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya


infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran
cerna)dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat
melalui sistem vaskuler.

Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus


spt: campak, mumps, herpes simplek dan herpes
zoster.
3. Meningitis Jamur

Meningitis Cryptococcal adalah infeksi


jamur Yang mempengaruhi sistem saraf
pusat pada Klien dengan AIDS.

Gejala klinisnya bervariasi Tergantung Dari


Systemkekebalan tubuh yang akan
berefek pada Respon inflamasi.
Respon inflamasi yang Ditimbulkan Pada
klien dengan menurunnya sistem imun
Antara lain: bisa demam/tidak, sakit
kepala,mual, muntah Dan menurunnya
statusmental.
Etiologi
1. Bakteri
 Haemophillus 2. Virus
influenzae  Virus herpes
 Nesseria meningitides  Arbo virus
(meningococcal)  Campak dan varicela
 Diplococcus  Coxsacqy
pneumoniae
(pneumococcal)
 Streptococcus, grup A
3. Jamur
 Staphylococcus
aureus
 Escherichia coli
 Klebsiella
4. Protozoa
 Proteus
 Pseudomonas
Manifestasi klinis

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan


peningkatan TIK :
 Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
 Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi
letargik, tidak responsif, dan koma.
 Iritasi meningen
 Mengalami foto fobia, atau sensitif yang
berlebihan pada cahaya.
 Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan
peningkatan TIK
 Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada
meningitis meningokokal.
 Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia
Patofisiologi
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi
radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai
dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding
membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema
serebral dan peningkatan TIK. Pada infeksi akut pasien meninggal akibat
toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien
ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan
meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai
akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang
disebabkan oleh meningokokus.
Pemeriksaan diagnostik
1. Analisis CSS dari Pungsi lumbal
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil
( infeksi bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED :  meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine dapat mengindikasikan
daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ scan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik
atau tumor .
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi
intra kranial.
Penatalaksanaan

1. Umum
a) di rawat di rumah sakit
b) diberikan cairan infus dalam jumlah yang cukup dan tidak
berlebihan
c) bila pasien gelisah, diberikan sedative, seperti fenobarbital
atau penenang
d) nyeri kepala dapat diatasi dengan pemberian analgetik
e) Panas, diturunkan dengan kompres es, pemberian
parasetamol, atau asam salisilat
f) kejang-kejang dapat diatasi dengan memberikan :
diazepam dengan dosis 10-20 mg intravena, fenobarbital
dengan dosis, 6-120 mg per hari secara oral, atau
divenilhidantoin dengan dosis, 300 mg perhari secara oral.
g) sumber infeksi yang menimbulkan meningitis purulenta
dapat diberantas dengan obat-obatan atau operasi
h) peningkatan TIK, dapat diatasi dengan :
manitol dengan dosis, 1-1,5 mg/kg BB IV, dalam waktu 30-60
menit dan dapat diulangi 2 kali dalam jarak 4 jam
kortikosteroid, biasanya dipakai dexamethasone IV dengan
dosis pertama 10 mg, diulangi dengan 4 mg setiap 6 jam
mengatur pernapasan sebaik mungkin dengan membersihkan
jalan nafas
bila ada hidrosefalus obstruktif dapat dilakukan pemasangan
pirau (shunting)
efusi subdural pada anak dikeluarkan 25-30 cc tiap hari selama
2-3 minggu, bila gagal dilakukan operasi
fisioterapi diberikan untuk mencegah cacat
2. Antibiotik

Organisme Antibiotik Dosis

Pneumokok atau ampisilin 8-12 g/hari (dibagi 4 kali)


meningokok
Haemophylus influinza Kombinasi : 8-12 g/hari (dibagi 4 kali)
 ampisilin 4-8 g/hari (dibagi 4 kali)
 kloramfenikol
(kloramfenikol
diberikan 30 menit
setelah ampisilin)

Enterobacteriaceae sefotaksim 1-2 g tiap 8 jam

Staphylococcus aerus yang Sefotaksim atau 6-12 g


resisten terhadap penicillin seftrioakson
Pencegahan
Meningitis yang disebabkan oleh
meningokokus dan hemofilus influenza tipe B
bisa menular pada anak dan orang dewasa
yang berhubungan erat dengan penderita,
yaitu yang tinggal dan makan dalam 1 gedung
yang sama. Oleh karena itu, perlu dilakukan
upaya pencegahan antara lain :
1. penderita diisolasi
2. pemberian faksinasi
3. pemberian obat-obatan
Komplikasi
1.  Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water - friderichen (septik syok, DIC,
perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic
hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang Edema dan herniasi serebral
7. Cerebral palsy
8. Gangguan mental
9. Gangguan belajar  
10.Attention deficit disorder Read
Asuhan Keperawatan
1. Biodata klien
2. Riwayat kesehatan yang lalu
3. Riwayat kesehatan sekarang
a) Aktivitas
b) Sirkulasi
c) Eliminasi
4. Makanan/cairan
5. Higiene
6. Neurosensori
7. Nyeri/keamanan
8. Pernafasan
Diagnosa
1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan
dengan diseminata hematogen dari pathogen
2. Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi
jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
3. Risisko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang
umum /fokal, kelemahan umum, vertigo.
4. Nyeri (akut) sehubungan dengan proses inflamasi, toksin
dalam sirkulasi.
5. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan
neuromuskular, penurunan kekuatan
6. Anxietas berhubungan dengan krisissituasi, ancaman
kematian.
Intervensi keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan
dengan diseminata hematogen dari patogen.
Mandiri :
a) Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
b) Pertahankan teknik aseptik dan teknik cucitangan yang tepat.
c) Pantau suhu secara teratur
d) Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidakteraturdemam yang
terusmenerus
e) Auskultasisuaranafasubahposisipasiensecarateratur,
dianjurkannfasdalam
f) Cacatkarakteristik urine (warna, kejernihandanbau )
Kolaborasi:
g) Berikanterapiantibiotikiv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol,
gentamisin.
2. Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi
jaringan sehubungan dengan edema serebral,
hipovolemia.
Mandiri:
a) Tirah baring denganposisikepaladatar.
b) Pantau status neurologis.
c) Kajiregiditasnukal, pekarangsangdankejang
d) Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan
dan pengeluaran.
e) Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.
Kolaborasi.:
f) Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
g) Berikancairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
h) Pantau BGA.
i) Berikanobat : steoid, clorpomasin, asetaminofen
3. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal,
kelemahan umum vertigo.
Mandiri :
a) Pantau adanya kejang
b) Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas
buatan
c) Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat :venitoin, diaepam,
venobarbital.

4. Nyeri (akut) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.


Mandiri :
d) Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang
nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage
otot leher.
e) Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tinggi)
f) Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
g) Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul
Kolaborasi :
h) Berikan anal getik, asetaminofen, codein
5. Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis
a) Pantau perubahan orientasi, kemamapuan 3 berbicara, alam perasaaan,
sensorik dan proses pikir.
b) Kaji kesadaran sensorik : sentuhan, panas, dingin.
c) Observasi respons perilaku.
d) Hilangkan suara bising yang berlebihan.
e) Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.
f) Beri kesempatanuntuk berkomunikasi dan beraktivitas.
g) Kolaborasi ahli fisioterapi, terapiokupasi,wicara dan kognitif. 

6. Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.


h) Kaji status mental dantingkatansietasnya.
i) Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan prosedur.
j) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
k) Libatkan keluarga / pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta
petunjuk sumber penyokong.
EVALUASI
Hasil yang diharapkan:
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti
penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya / membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikantanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang / penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang / terkontrol dan menunjukkan postur
rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal
dankekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampa krileks dan melaporkan ansietas berkurang dan
mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.

Anda mungkin juga menyukai