Tugas CR TB RR Dan DM Fix BGT
Tugas CR TB RR Dan DM Fix BGT
Umur: 43 Tahun
Agama: Islam
Pekerjaa Buruh
n:
Alamat : Jl. Purnawirawan Gg. Swadaya X
ANAMNESI
S
Autoanamnesis
dilakukan pada Keluhan Utama
29 Oktober 2021
Batuk berdahak sejak 2 bulan yang lalu
Keluhan Tambahan
Demam hingga menggigil, Sering
berkeringat malam, nafsu makan
menurun dan makin lama berat badan
pasien makin turun.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien memiliki penyakit gula darah sejak tahun 2011. Selama ini pasien sering mengeluhkan lemas, sering
terbangun pada malam hari untuk kencing, dan kesemutan. Apabila keluhan tersebut muncul, pasien
hanya minum jamu-jamuan herbal dan tidak berobat ke dokter. Pasien mengaku telah mengatur pola makannya
dan tidak mengonsumsi gula. Pasien memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus per hari namun sudah berhenti sejak 1
bulan yang lalu. Pada tahun 2015 pasien mengalami sakit TB, telah selesai pengobatan, dan dinyatakan
sembuh. Saat ini pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan batuk berdahak sejak 2 bulan yang lalu.
Pasien mengatakan batuk dirasakan terus menerus. Batuk disertai dahak berwarna putih kehijauan, tanpa disertai
darah. Pasien mengeluhkan demam hingga menggigil dan sering berkeringat malam, nafsu makan
menurun dan makin lama berat badan pasien makin turun. Tidak terdapat riwayat kontak dengan penderita
TB. Pasien tidak mengeluhkan sesak, pilek, nyeri tenggorokan, atau kehilangan kemampuan menghidu. Riwayat
perjalanan ke luar kota disangkal pasien. Pasien tinggal dengan istri dan kedua anaknya.
ANAMNESIS
■ Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat TBC (+) pada tahun 2015.
- Riwayat Diabetes Mellitus (+) sejak tahun 2011.
■ Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat asma (-), hipertensi (-), diabetes melitus (-), penyakit jantung (-)
■ Riwayat Pribadi
- Pasien merupakan seorang perokok berat.
PEMERIKSAAN FISIK
Vital sign
■ Kes : CM T 36,6 0C
■ GCS : E4V5 M6 = 15 SpO2 98%
BB 68 kg
TB 158 cm
IMT 27,2
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dinding dada kanan-kiri simetris
Palpasi : Nyeri tekan (-)/(-)
Perkusi : Sonor pada seluruh lapangan paru
Auskultasi : Ves (+/+), WH (-/-), Ronkhi kasar di apeks paru (+/+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kesan:
■ Konsolidasi disertai fibroinfiltrat di apex
sampai lapang atas paru kanan.
■ Fibrosis di lapang tengah kiri
■ Kesan: TB paru lama aktif
■ Cor dalam batas normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
13/10/2021 15/09/2021
– . GDS: 443 mg/dL Creatinin: 0.99 mg/dL
TCM: MTB detected low, Rif Resistance HbA1c: 12.80 % Ureum: 28 mg/dL
Detected SGOT: 13 U/L Leukosit: 7.890 /uL
SGPT: 12 U/L
Hb: 15.4 g/dL Hematokrit: 43 %
15/09/2021
Eritrosit: 5.3 juta/uL LED: 30mm/jam
Pengobatan TB ■ Pengobatan DM
• N acetyl sistein cap 3 x 200mg
• B6 tab 1 x 1
• Lantus 10 IU
• Pengobatan TB RO Kategori Panduan Individual (Jangka • Glimepiride 2 x 2mg
Panjang)
• Pioglitazone 1 x 30mg
6 Bdq – Lfx – Lnz – Cfz – Cs / / 14 Lfx – Lnz – Cfz – Cs
Menurut PNPK Tatalaksana Tuberkulosis tahun 2020, ada 3 faktor yang menentukan transmisi
M.TB, yaitu:
• Jumlah organisme yang keluar ke udara.
• Konsentrasi organisme dalam udara, ditentukan oleh volume ruang & ventilasi.
• Lama seseorang menghirup udara terkontaminasi.
GEJALA KLINIS TB PARU
Menurut PNPK Tatalaksana Tuberkulosis tahun 2020 gejala penyakit TB sebagai berikut:
■ Batuk > 2minggu
■ Batuk berdahak
■ Batuk berdahak dapat bercampur darah
■ Dapat disertai nyeri dada
■ Sesak napas
■ Dengan gejala lain meliputi :
- Malaise
- Penurunan berat badan
- Menurunnya nafsu makan
- Menggigil
- Demam
- Berkeringat di malam hari
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
PARU
Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomis: Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan :
–TB paru – Kasus baru
–TB ekstra paru – Kasus dengan riwayat pengobatan
Kasus ini diklasifikasikan lebih lanjut
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan berdasarkan hasil pengobatan terakhir sebagai
uji kepekaan obat: berikut :
•Monoresisten • Kasus kambuh
•Poliresisten • Kasus pengobatan setelah gagal
•Multidrug resistant (TB MDR • Kasus setelah loss to follow up
•Extensive drug resistant (TB XDR - Kasus lain-lain
•Rifampicine resistant (TB RR - Kasus dengan riwayat pengobatan tidak
•TB RR diketahui
DIAGNOSIS TB PARU
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
■ Umumnya kelainan terletak di daerah lobus superior
■ Gejala TB paru: Batuk produktif > 2-3 mgg terutama daerah apex dan segmen posterior, serta daerah
apex lobus inferior.
■ Gejala pernapasan: Nyeri dada, sesak napas, dan
■ Auskultasi: suara napas bronchial, amforik, ronkhi
hemoptisis. basah/suara napas melemah pada apex paru serta tanda-
tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum
■ Gejala sistemik: Demam, penurunan nafsu makan,
■ Perkusi: Pekak pada pleuritis TB (tergantung dari
penurunan BB, keringat malam hari, dan mudah banyaknya cairan di rongga pleura) saat Auskultasi
terdengar suara napas yang melemah sampai tidak
lelah. terdengar pada sisi yang terdapat cairan
DIAGNOSIS TB PARU
Pemeriksaan penunjang
Xpert MTB/RIF assay
• Pemeriksaan Xpert MTB/RIF dapat mendeteksi
Interpretasi hasil pemeriksaan BTA TB dan TB resisten rifampisin dalam waktu < 2
berdasarkan WHO (1998) adalah sebagai jam.
berikut.
• WHO merekomendasikan penggunaan
■Negatif : BTA tidak ditemukan dalam Xpert MTB/RIF untuk pasien anak dan dewasa
100- 300 LP dengan kecurigaan MDR-TB atau TB dengan HIV
■Sconty : BTA antara 1-9 basil pada 100 Hematologi lengkap : Menilai limfositosis atau
LP monositosis, peningkatan LED & penurunan
■Positif 1 (+1) : 10-99 BTA per 100 LP hemoglobin.
■Positif 2 (+2) : 1-10 BTA per LP Pemeriksaan mikroskopis BTA dengan bahan
diamati 50 LP sputum yang dikumpulkan dari dua sampai tiga
spesimen (SP atau SPS) dan pewarnaan Ziehl-
■Positif 3 (+3) : >10 BTA per LP diamati
Neelsen
20 LP
DIAGNOSIS TB PARU
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi Foto Toraks PA-
Lateral atau top lordotik.
– Pada Apeks paru ditemukan gambaran
bercak-bercak awan dengan densitas
rendah-sedang dan batas tidak tegas
yang menunjukkan proses aktif TB.
– Gambaran lain Kavitas berupa
bayangan berupa cincin berdinding tipis
yg menunjukkan proses aktif, kecuali
bila lubang berukuran kecil yang
disebut residual cavity.
– Gambaran fibrosis dan kalsifikasi Rontgen toraks pasien dengan TB paru. Terlihat
infiltrate dan kavitas dengan air fluid level pada lobus
biasanya menunjukkan proses yang
kanan bagian atas menunjukkan proses aktif TB paru
sudah tenang
TATALAKSANA TB PARU
Kategori 2: 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
– Diberikan pada TB paru pengobatan ulang (TB kambuh, gagal pengobatan, putus berobat/default).
– Tahap awal pengobatan diberikan setiap hari selama 3 bulan 2 bulan RHZE + suntikan streptomisin, dan 1
bulan HRZE.
– Tahap lanjutan diberikan HRE selama 5 bulan, 3x/minggu.
– Lama pengobatan 8 bulan.
Kriteria Diagnosis DM
DIAGNOSIS DM
Hasil yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM digolongkan ke
kelompok Prediabetes yang meliputi TGT & GDPT
• Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT):
Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100 – 125 mg/dL dan pemeriksaan TTGO
glukosa plasma 2jam < 140 mg/dL;
• Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2jam setelah
TTGO antara 140 – 199 mg/dL dan glukosa plasma puasa < 100 mg/dL
• atau HbA1c yang menunjukkan angka 5,7 – 6,4%.
KOMPLIKASI DM
Komplikasi Makrovaskular Komplikasi Mikrovaskular
■ Komplikasi yang mengenai pembuluh ■ Biasanya terjadi pada DM tipe 1
darah arteri yang lebih besar
■ Hiperglikemia persisten & pembentukan
atherosklerosis
protein yang terglikasi Dinding
■ Menimbulkan masalah seperti: pembuluh darah menjadi makin lemah &
- Jantung koroner rapuh Terjadi penyumbatan pada
pembuluh-pembuluh darah kecil.
- Hipertensi
- Stroke ■ Menimbulkan maslah seperti:
– Retinopati
– Nefropati
– neuropati
PENATALAKSANAAN DM
Tujuan penatalaksanaan
• Tujuan jangka pendek
Menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko
komplikasi akut.
• Tujuan jangka panjang
Mencegah dan menghambat progresivitas penyulit mikroangiopati dan
makroangiopati.
• Tujuan akhir
Turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
PENATALAKSANAAN DM
Pasien dengan sistem imun rendah Kejadian infeksi paru pada penderita
karena penyakit kronik seperti DM Kadar HbA1C ≥ 7% memiliki risiko DM merupakan akibat kegagalan sistem
memiliki 2-3 kali risiko untuk relatif TB sebesar 3 kali dibanding pertahanan tubuh, dalam hal ini paru
menderita TB dibanding orang tanpa dengan mereka dengan HbA1C <7% mengalami gangguan fungsi pada epitel
DM pernapasan dan juga motilitas silia.
■ Menurut penelitian Park Terdapat perbedaan gambaran foto toraks antara pasien
DM dan non-DM dimana Pasien didapatkan kavitas lebih banyak pada pasien DM
yang terdiagnosis TB
■ Pada penelitiannya di India melaporkan bahwa didapatkan 84% pasien TB dengan DM
yang menunjukkan gambaran TB pada lobus bawah dan hanya 16% pada bagian atas
paru.
■ 32% menunjukkan keterlibatan kedua bagian paru, dan 68% hanya di satu sisi paru.
■ Perbedaan gambaran radiologis tersebut disebabkan oleh karena penderita DM
memiliki gangguan pada imunitas selular dan disfungsi sel PMN.
SPUTUM BTA PASIEN TB DENGAN
DM
■ Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penderita TB dengan
DM memiliki persentasi BTA sputum lebih tinggi, konversi
BTA lebih lama dan lebih cenderung mengalami resistensi
terhadap OAT Penderita TB dengan DM sangat mungkin
dalam kondisi yang lebih parah dan memiliki risiko
penularan TB yang lebih tinggi.
■ Menurut Alisjahbana didapatkan bahwa setelah terapi TB
selama 6 bulan, ditemukan hasil kutur yang masih positif 7,65
kali lebih tinggi pada pasien yang juga menderita DM
dibandingkan penderita tanpa DM.
REKOMENDASI PADA TB DENGAN DM
Skrining TB yang
direkomendasikan adalah
Pada pasien dengan DM perlu
penilaian gejala-gejala TB seperti
dilakukan skrining untuk infeksi
batuk >2 mgg pada setiap pasien
TB, dan sebaliknya pada pasien
DM. Skrining lengkap dengan
dengan TB perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang belum
skrining DM.
disarankan karena belum ada bukti
yang mendukung.
■ Kemenkes RI. 2012. Panduan tatalaksana tuberculosis sesuai ISTC dengan strategi DOTS untuk praktik dokter swasta
(PDS). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
■ Kemenkes RI. 2016. Pusat Data dan Informasi Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
■ Kemenkes RI. 2018. Pusat Data dan Informasi Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
■ Kemenkes RI. 2020. TB MDR [internet]. Jakarta: Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Subdirektorat Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tersedia dari:
https://tbindonesia.or.id/informasi/teknis/tb-mdr/
■ Kemenkes RI. 2020. Protokol tatalaksana pasien TB dalam masa pandemi COVID-19. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
■ PDPI. 2011. Tuberkulosis. Jakarta: Persatuan Dokter Paru Indonesia.
■ WHO. 1998. Laboratory services in tuberculosis control part II microscopy. Geneva: Global Tuberculosis Programme World
Health Organization.
■ WHO. 2020. Global Tuberculosis Report 2020. Geneva: World Health Organization
TERIMA KASIH