Anda di halaman 1dari 24

Yithro Serang, M.farm.

,Apt
Pengertian
Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit yang
dikarakterisasi oleh tingginya level glukosa darah sebagai
akibat dari penurunan kemampuan tubuh untuk
memproduksi dan atau menggunakan insulin (American
Diabetes Association, 2011).
Faktor Penyebab Diabetes melittus
Umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya
sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari
pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.
KLASIFIKASI KLINIS :

1. Diabetes Melitus :

 DM tipe 1 ( tipe tergantung insulin/IDDM/Insulin


Dependent Diabetes Mellitus )
Disebabkan tubuh tidak mampu memproduksi
insulin karena sel β pankreas telah rusak. Bisa
diakibatkan oleh proses autoimun atau idiopatik.
DM tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun
orang dewasa. Rata-rata pasien tipe ini bergantung
injeksi insulin.
Hiperglikemia
terjadi apabila 80%
-90% dari sel β Rusak
KLASIFIKASI KLINIS :

 DM tipe 2 ( tipe tidak tergantung insulin/NIDDM/Non


Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Disebabkan pasien telah mengalami resistensi terhadap
insulin. Dapat diakibatkan oleh tubuh tidak mampu
menggunakan insulin atau insulin yang dihasilkan tidak
sebanding dengan tingginya kadar gula dalam darah.
Kebanyakan pasien DM (90%) menderita tipe ini.

Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup


berperan menyebabkan DM tipe II, antara lain obesitas,
diet tinggi lemak dan rendah serat serta aktivitas yang
kurang
2. Gangguan toleransi glukosa ( GTG )
Kadar glukosa darah tinggi tetapi belum sampai
batas diabetes. Hal ini berbahaya bila dibiarkan
saja karena bisa berkembang menjadi diabetes
mellitus. Pada keadaan ini biasanya tidak ada
gejala dan pasien merasa normal.
3. Diabetes Kehamilan ( GDM )/ Diabetes
gestational
Adalah diabetes yang diderita oleh wanita yang
hamil tanpa menunjukkan adanya hiperglikemia
sebelum kehamilan. Diabetes jenis ini biasanya
muncul pada kehamilan trimester kedua dan
ketiga. Terapi perlu dilakukan untuk mencegah
kecacatan dan kematian janin.
Komplikasi mikrovaskular berupa
retinopati (kerusakan progresif pembuluh
darah diretina yang disebabkan olleh kadar
gula daah tinggi), neuropati (kerusakan
saraf akibat kadar gula darah yang tinggi)
dan nefropati (gangguan fungsi ginjal
akibat kebocoran selaput penyaring darah)
Komplikasi makrovaskular berupa penyakit
jantung koroner dan stroke
Gejala klinik yang mungkin dialami pasien DM:

Poliuria (banyak kencing)

Polifagia (banyak makan)

Polidipsia (banyak minum)

Penurunan berat badan


Pandangan kabur

Pusing

Mual

Kesemutan
Kriteria diagnosis DM:
• HbA1c ≥ 6,5%
• Gula darah puasa ≥ 126 mg/dl
• Gula darah 2 jam sesudah makan ≥ 200
mg/dl
• Gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl

Target terapi DM:


• HbA1c < 7,0%
• Gula darah 2 jam sesudah makan < 180 mg/dl
• Gula darah pre pandial 70 – 130 mg/dl
(ADA Guidelines, 2012)
 
Kriteria Diagnosis DM adalah :

• Kadar glukosa puasa ≥ 126 mg/dL atau pada 2


jam setelah makan ≥ 200 mg/dL atau HbA1c ≥
8 %.
• Jika kadar glukosa 2 jam setelah makan > 140
mg/dL tetapi lebih kecil dari 200 mg/dL
dinyatakan Glukosa toleransi lemah. (ISO
Farmakoterapi)
Terapi Farmakologi

1. Sulfonilurea

Kerja utama sulfonilurea adalah meningkatkan sekresi insulin dari


pankreas. Diduga terdapat dua mekanisme kerja tambahan. Suatu
penurunan kadar glukagon serum dan suatu efek ekstrapankreatik
dengan mengadakan efek potensiasi terhadap kerja insulin pada
jaringan sasaran tetapi kemaknaan klinisnya masih dipertanyakan
(Katzung, 2002).

Obat golongan sulfonilurea generasi pertama yaitu tolbutamid,


asetoheksamida, tolazamida, dan klorpropamid (Darmansjah, 2002),
sedangkan generasi kedua yaitu glibenklamid, glikazid, glikuidon, dan
preparat glipizida. Preparat generasi kedua ini lebih poten dari generasi
pertama dengan efek samping yang lebih jarang atau lebih ringan (Asdie,
2000).
• Karena mekanisme kerja yang merangsang sekresi
insulin pada pankreas sehingga obat ini hanya efektif
bila sel beta pankreas masih dapat berproduksi

• Digunakan untuk mengobati pasien DM tipe 2

• ES : Gejala saluran cerna dan Sakit kepala,


Hipoglikemia dapat terjadi bila dosis tidak tepat atau
diet terlalu ketat.
2. Biguanid

Mekanisme kerja : menghambat


glukoneogenesis dan meningkatkan
penggunaan glukosa dijaringan
(contoh: metformin)
Metformin
• Indikasi : untuk DM tipe 2 yang gagal
dikendalikan dengan diet dan sulfonilurea,
terutama pada pasien yang gemuk.
• Farmakokinetik : bioavaibilitas absolut
metformin IR 500 mg yag diberikan dalam
kondisi puasa adalah sekitar 50 – 60 %.
Makanan menghambat absorbsi metformin.
Waktu paruh eliminasi sekitar 17,6 jam.
3. Thiazolidinedione
Thiazolidinedione adalah adalah golongan obat baru yang
mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensitivitas
insulin, sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin dan
berbagai masalah akibat resistensi insulin.
(Mansjoer dkk, 1999)
• Contoh: Pioglitazone, Rosiglitazon, Troglitazon.

4. Inhibitor α-glukosidase
Obat ini bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di
usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar
glukosa darah sesudah makan.
(Anonim, 2006)
• Contoh: Acarbose dan miglitol (Tjay dan Rahardja, 2002).
Insulin
Insulin tergolong hormon polipeptida yang
awalnya diekstraksi dari pankreas babi
maupun sapi, tetapi kini telah dapat disintesis
dengan teknologi rekombinan DNA
menggunakan E.coli. Susunan asam amino
insulin manusia berbeda dengan insulin hewan.
Insulin rekombinan dibuat sesuai dengan
susunan insulin manusia sehingga disebut
sebagai human insulin. (Anonim, 2000).

dosis insulin dinyatakan dalam unit (U).


• Lama kerja insulin beragam antar individu
sehingga diperlukan penyesuaian dosis pada
tiap pasien. Oleh karena itu, jenis insulin dan
frekuensi penyuntikannya ditentukan secara
individual.
• Insulin diberikan subkutan dengan tujuan
mempertahankan kadar gula darah dalam
batas normal sepanjang hari yaitu 80-120 mg
% saat puasa dan 80-160 mg% setelah makan
(Anonim, 2000).
Ngono wae kok ra
Bagaimana iso..... Yukkk kita
cara liat vidio...
mengguna
kan insulin
pen pak???
Terapi Non Farmakologi

Anda mungkin juga menyukai