Anda di halaman 1dari 28

 

PERTEMUAN 11

SISTEM TRANSPORTASI
NASIONAL
 A. Permasalahan Transportasi Nasional
Beberapa masalah transportasi yang umum terjadi di Indonesia,
yaitu sebagai berikut
 Kurangnya keterpaduan antarmoda dan intramoda.
 Rendahnya kinerja transportasi.
 Tingginya biaya perawatan dan perbaikan sarana
transportasi.
 Usia armada telah tua.
 Cepatnya pertumbuhan kota dan kota-kota kecil di
sekitarnya.
 Pencemaran lingkungan hidup.
 Keterbatasan kemampuan dana pemerintah dan sumber
energi.
 Terbatasnya kapasitas sarana dan prasarana.
 Perbedaan kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam hal
penentuan tingkat prioritas dalam menangani masalah
transportasi.
Karoseri Truk
Sasis Truk
Berdasarkan permasalahan transportasi tersebut, diperlukan Sistem Transportasi
Nasional (Sistranas) yang terpadu dan bersinergi.
Pengembangan transportasi yang berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial,
budaya, politik, dan pertahanan keamanan diarahkan pada terwujudnya Sistranas yang
andal dan berkemampuan tinggi serta diselenggarakan secara terpadu dan sinergis,
tertib, lancar, aman, nyaman, dan efisien dalam menunjang dan menggerakkan
pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung pola
distribusi nasional, pengembangan wilayah, dan peningkatan hubungan internasional.
B. Rumusan Sistem Transportasi Nasional (Sistranas)

1. Nilai-Nilai Sistem Transportasi Nasional


2. Kebijakan Umum Sistranas
3. Arah Perwujudan Sistranas
4. Pola Dasar Tataran Transportasi
C. Sistem Teknologi Transportasi dan Lingkungan

1. Sistem Teknologi Transportasi


2. Lingkungan Sistem Transportasi
Sistem transportasi juga merupakan suatu subsistem dari sistem yang lebih besar yang
disebut sistem tekno-ekonomi. Dalam sistem tekno-ekonomi ini, subsistem yang akan
berinteraksi adalah, misalnya sistem pemerintahan, sistem keuangan, sistem nilai
masyarakat, dan lain-lain.
D. Penilaian dan Evaluasi Sistem Transportasi
Penilaian dan evaluasi kelayakan suatu usulan alternatif transportasi adalah kegiatan penelitian atau
pengkajian yang dilakukan secara menyeluruh dari berbagai aspek dalam usaha untuk mengetahui kelayakan
suatu usulan alternatif transportasi. Hasil dari penilaian dan evaluasi ini merupakan rekomendasi mengenai
layak atau tidaknya suatu usulan untuk ditindaklanjuti. Penilaian dan evaluasi suatu usulan ada lah suatu
kegiatan untuk mengkaji sejauh mana tingkat kelayakan suatu usulan alter natif yang mungkin akan
dilaksanakan, sedemikian sehingga sumber daya yang terbatas dapat digunakan secara efektif, efisien, dan
tepat. Dalam skala yang lebih luas adalah untuk memilih usulan yang tepat dalam keterbatasan sumber daya
sehingga alokasi sumber daya dapat dilakukan dengan efisien, efektif, dan tepat.
Maksud penilaian dan evaluasi antara lain adalah sebagai alat bantu dalam proses penentuan/pemilihan
usulan/alternatif yang ada untuk dilaksanakan dan menentukan skema atau kebijakan yang cocok untuk
direkomendasikan. Skema dan kebijakan yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan aspek pemasaran,
keuangan, manajemen, teknis, sosial, dana, lingkungan, kelembagaan, dan sebagainya.
Tujuan penilaian dan evaluasi antara lain adalah untuk menghasilkan spesifikasi dasar dari suatu usulan
rencana yang layak ditindaklanjuti dan untuk mengetahui secara lebih pasti tingkat kelayakan dari semua
alternatif skema usulan dari berbagai aspek yang ditinjau sehingga penentuan/pemilihan usulan terpilih akan
lebih objektif.
1. Tipe dan Metode Evaluasi
a. Tipe evaluasi
 Secara umum, evaluasi sistem transportasi dapat dibedakan ke dalam dua tipe, berdasarkan
waktu pelaksanaannya, yaitu sebagai berikut.
 Evaluasi pra-pelaksanaan, yakni evaluasi yang dilakukan sebelum tahap implementasi dari suatu
usulan sistem transportasi. Evaluasi ini dimaksudkan untuk membandingkan kinerja dari beberapa
alternatif sistem transportasi yang diusulkan untuk diterapkan, dalam rangka
memperbaiki/menjaga kua litas pelayanan maupun dalam usaha memecahkan masalah
transportasi yang ada.
 Evaluasi pasca-pelaksanaan, yakni evaluasi yang dilakukan setelah tahap implementasi dari suatu
usulan sistem transportasi. Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengukur kinerja dari sistem
transportasi yang diterapkan apakah telah memenuhi kriteria tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan atau belum.
b. Metode evaluasi
 Secara umum, metode tersebut dikelompokkan dalam 4 jenis pendekatan, yakni
berdasarkan kebijakan (judgement) seorang ahli transportasi yang telah berpengalaman,
perangkingan terhadap tingkat pencapaian sasaran dan tujuan, berdasarkan tampilan
besaran ekonomis, dan berdasarkan efektivitas biaya.
2. Aspek-Aspek Evaluasi
 Lingkup kegiatan penilaian dan evaluasi meliputi berbagai aspek, antara lain sebagai berikut.
 Aspek pemasaran.
 Aspek teknis.
 Aspek finansial.
 Aspek ekonomi.
 Aspek manajerial dan administrasi.
 Aspek organisasi dan kelembagaan.
 Aspek hukum
 Aspek sosial budaya.
 Aspek lingkungan hidup.
E. Sistem Transportasi Masa Depan

1.Dasar Pengembangan Sistem Transportasi


 Pada dasarnya, tujuan dan arah pengembangan terjadi pada komponen teknologi, konsep operasional, serta
penciptaan sistem dan moda baru.
 Dalam hal komponen teknologi, contohnya bisa dilihat dalam hal digunakannya prinsip gaya angkat magnetik
(magnetic levitation), yang dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan tahanan gesek antara ban
dengan landasan atau jalur pergerakan sehingga bisa dicapai kecepatan yang tinggi. Contoh di bidang
pengembangan sistem operasi adalah digunakannya otomatisasi dalam pengaturan perjalanan kereta api,
untuk lebih mengefisiensikan penggunaan jalan rel,
sedangkan contoh dari penciptaan sistem dan moda baru mungkin bisa dilihat dengan
dikembangkannya alat hovercraft, yang bisa bergerak di air dan di darat sekaligus.
Pada umumnya, jangka waktu yang diperlukan sejak mulai dipikirkannya dan timbulnya ide sampai dengan
bisa dilaksanakan di lapangan memerlukan waktu yang lama sekali dan melalui berbagai tahapan uji coba.
Dengan demikian, waktu pengembangan ini bisa bersifat jangka panjang, antara 10-20 tahun atau mungkin
lebih.
Pada prinsipnya, masalah dan tantangan baru meliputi kelangkaan sumber energi, finansial, dan lain-lain.
Selain itu, ada juga masalah teknis yang harus dipecahkan, misalnya penggunaan kecepatan yang besar bisa
menimbulkan masalah dalam hal keselamatan dan pengendalian serta kenyamanan.
2. Inovasi yang Sudah Dihasilkan
 a. Intelligent Transportation System (ITS)
 Sistem ITS merupakan suatu rancangan yang memadukan teknologi informasi dengan
transportasi, yang memungkinkan terjadinya interaksi antara ketiga elemen transportasi
(sarana, prasarana, dan sistem pengendalian operasi) secara otomatis. Adapun
contohnya adalah suatu kendaraan dilengkapi dengan komputer yang bisa menerima
informasi tentang jaringan jalan dan keadaan lalu lintas di sekitarnya dan kemudian
pergerakannya diatur sedemikian rupa oleh komputer untuk menempuh suatu jalur
secara paling menguntungkan.
 b. All Terrain Vehicle (ATV)
 Transportasi jenis ini untuk yang bisa bergerak di segala bentuk permukaan
(yang masih belum jelas kondisinya), misalnya melewati daerah yang curam
dan lain-lain.
 c. Dual Mode Auto Guided Transportation (DM-AGT)
Transportasi jenis DM-AGT bisa berarti mempunyai dua sistem tenaga penggerak yang berbeda (misalnya
mesin diesel dan tenaga elektrik) ataupun dua sistem pengendalian yang berbeda (misalnya sistem
manual dan otomatis) yang masing masing bekerja pada tempat yang berbeda dalam satu operasi.
Contoh dari sistem ini adalah hovercraft, yang bisa bergerak di air dan di darat ataupun bus trolley yang
menggunakan mesin diesel di jalan biasa dan kemudian menggunakan tenaga elektrik pada jalur yang
memunyai jaringan jalur listrik di atas (over head line elec tricity)
d. Accelerated Moving Ways (AMW)
 Transportasi jenis AMW menggunakan prinsip sistem sabuk gerak dalam melayani
pergerakan dan biasanya masih terbatas untuk daerah pelayanan yang berjarak pendek,
misalnya di terminal atau lapangan terbang. Namun demikian, konsep ini mulai
dikembangkan untuk juga bisa melayani suatu daerah tertentu, misalnya di suatu daerah
pertokoan yang sangat luas, seperti halnya superblok.
 e. Fast Transit Links (FTL)
Sistem FTL biasanya sesuai untuk perjalanan jarak jauh, mengingat kecepatan nya yang sangat tinggi.
Untuk mencapai kecepatan yang tinggi tersebut, maka kadang-kadang gesekan antara roda dengan jalur
pergerakan dihilangkan atau dikurangi, dengan jalan menggunakan medan magnet antara keduanya
seperti dalam sistem maglev (magnetic levitation) atau dengan memberikan bantalan udara seperti
dalam sistem air cushion. Contoh dari penerapan sistem ini adalah kereta kereta cepat atau bullet train,
seperti Shinkansen atau TGV
f. Terowongan Layang dalam Laut (Submerged Floating Tunnel-SFT)
 Latar belakang
Rancangan teknologi SFT yang sedang dikembangkan di Indonesia berasal dari Fakultas Teknologi
Kelautan ITS, yang dilakukan tim BPPT dan PT Tunas Jaya Pratama. Teknologi SFT memerlukan
jaminan keamanan cukup tinggi untuk menghubungkan lalu lintas antarpulau pada perairan yang
dalam. Kajian teknologi ini membutuhkan dukungan dari beberapa disiplin keilmuan, di antaranya
bidang transportasi, struktur tanah dan vulkanologi, hidrodina mika, bahan, mekanika tanah,
utilitas, lingkungan, dan sebagainya. Beberapa negara, seperti Norwegia dan Jepang telah mencoba
mengkaji SFT sebagai prasarana transportasi dan belum ada pihak yang berhasil meng
aplikasikannya. Jadi, sesungguhnya teknologi SFT belumlah teruji. Pada desain, SFT memiliki banyak
keunggulan bila dibandingkan dengan teknologi penyebaran lainnya, seperti undersea tunnel,
immergel tunnel (te rowongan yang diketakkan di dasar laut) atau bahkan dengan teknologi jem
batan. Pada perairan dalam, keunggulan SFT biasanya adalah lebih ramah lingkungan, lebih murah,
pelaksanaan konstruksi lebih mudah, dan bahkan lebih aman gangguan alam.
 Pengenalan Teknologi SFT
Submerged floating tunnel (SFT) adalah terowongan dalam air yang berfungsi sebagai prasarana
penghubung antara dua pulau yang terpisahkan oleh badan air. Bentuk fisik SFT berupa terowongan apung
yang terbenam di bawah permukaan air dan dapat digunakan untuk melayani lalu lintas.
Ada tiga jenis SFT, yang masing-masing memunyai perbedaan dalam desain dan pembangunannya, yaitu
(1) SFT Tension Legs, merupakan SFT yang memerlukan kawat baja sebagai stabilisator; (2) SFT Pillar,
merupakan SFT menumpang pilar sebagai stabilisator; (3) SFT Ponton, merupakan SFT yang dilengkapi
dengan pelampung.
Seperti terowongan lainnya, maka SFT memiliki beberapa fungsi, di antara nya sebagai terowongan jalan
raya, terowongan kereta api, terowongan pejalan kaki, dan terowongan campuran.
 Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas.
Kelancaran lalu lintas dan keselamatan berkendaraan melibatkan banyak aspek, antara lain aspek
prasarana di dalam terowongan, fasilitas dan utilitas, sarana, sistem dan prosedur, serta operator ongan.
Secara sederhana, terowongan yang pendek akan membutuhkan kelengkapan yang lebih sedikit dan
sederhana. Sebaliknya, SFT yang panjang akan membutuhkan semua aspek kelengkapan terowongan
untuk menjamin kelancaran dan keamanan penggunaan transportasi.
 Potensi Pemakainan SFT di Indonesia
 Perbandingan Antarmoda
 Karakteristik Model Penyeberangan
TERIMA KASIH 
Salim, Abbas (2020) “Manajemen Transportasi” Raja Grafindo Persada, Depok.
M Nur Nasuiton M S Tr (2003) “Manajemen Transportasi” Ghalia Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai