Anda di halaman 1dari 233

Pencampuran

Dokter obat, penyuntikan


ke Pasien,
Penyimpanan obat
yang tepat
Pasien

Farmasis Perawat
PATIENT
Safety and
efficacy
Pencampuran obat suntik seharusnya dilakukan oleh instalasi
farmasi di Rumah Sakit , tetapi saat ini masih banyak dilakukan
oleh Perawat karena keterbatasan tenaga dengan sarana dan
pengetahuan yang sangat terbatas.

Pekerjaan kefarmasian tersebut memerlukan teknik khusus dengan


pengetahuan sterilitas, stabilitas obat dan compatibilitas /
incompatibilitas obat

Memerlukan sarana dan prasarana khusus sehingga tercapai tujuan


yang diharapkan
Adalah salah satu kegiatan produksi farmasi yang menangani
proses penyiapan sediaan steril untuk kebutuhan rumah sakit.
Terdiri dari :

1. Pencampuran obat suntik


2. Penyiapan Nutrisi Parenteral
3. Penanganan sediaan sitostatika

Staf yang terlibat dalam dispensing sedian steril :


4. Apoteker
5. Tenaga Teknik Kefarmasian ( TTK )
6. Perawat
1. Menjamin Sterilitas Larutan
2. Meminimalkan kesalahan Pengobatan
3. Menghindari pemaparan zat berbahaya
4. Menjamin Kompatibilitas dan Stabilitas
5. Menghindari Pencemaran Lingkungan
6. Penghematan Biaya Pengobatan
PERSIAPAN DAN PENYALURAN

Standar PKPO 5
Obat dipersiapkan dan dikeluarkan dalam lingkungan yang
aman dan bersih

Elemen Penilaian PKPO 5 :


1. Obat dipersiapkan dan disalurkan dalam area yang bersih
dan aman dengan peralatan dan suplai yang memadai.
2. Persiapan dan penyaluran obat harus memenuhi undang

undang, peraturan dan standar praktek profesional.
3. Staf yang menyiapkan produk steril terlatih dalam hal teknik
aseptik.
1. Ruang bersih : kelas 10.000 ( dalam LAF
= kelas 100 )
2. Ruang / tempat penyimpanan : kelas 100.000
3. Ruang antara : kelas 100.000
4. Ruang ganti pakaian : kelas 100.000
5. Ruang / tempat penyimpanan untuk sediaan yang
telah disiapkan
Clean Room

Laminary Air Flow


Biological safety cabinet

Aseptic teknik
Jarum steril
Sarung tangan
steril
Jumlah partikel didalamnya dikendalikan
Desain khusus dan pemanfaatan ruangan khusus  mendukung
pengendalian partikel didalam ruangan
1. Pengendalian partikel masuk
2. Partikel yang dihasilkan
3. Partikel tertahan keluar
Parameter yang perlu dikendalikan :
1. Temperatur
2. Kelembaban
3. Tekanan

Tujuan :
menjaga agar kontaminasi partikel dan mikroorganisme
terjadi seminimal mungkin
Pelarutan dan
• Pencampuran/Pelarutan obat yang tidak
menyebabkan inkompatibilitas
Pencampuran

(Rekonstitusi)
Cara Penyuntikan • Rute dan Lama Penyuntikan

• Penyimpanan yang tidak tepat


Cara Penyimpanan
menyebabkan obat tidak stabil (rusak)
terkait Stabilitas  tidak efektif
Mencapai konsentrasi terapiutik obat dengan segera dalam
darah
Obat yang absorbsinya buruk di saluran cerna
Pasien yang tidak boleh/tidak bisa diberikan PO
Pasien tidak sadar
Pasien tidak kooperatif
Koreksi cepat cairan dan elektrolit
Mengurangi iritasi obat
Terapi kontinyu
Jika terjadi reaksi yang tidak diharapkan,
larutan tidak bisa dikeluarkan
Ada kemungkinan terkontaminasi udara,
mikroorganisme, partikulat dan zat pirogen
Risiko Infeksi, phlebitis, extravasasi
1. Acyclovir
2. Amphotericin
3. Calcium Chlorida
4. Calcium Gluconate
5. Cefotaxim
6. Diazepam
7. Digoxin
8. Ganciclovir
9. Phenitoin
10. KCL (.40 mmol)
11. Natrium bicarbonat
 Waspada
• Inkompatibilitas
• Stabilitas
• Kontaminasi

Kontaminasi (menurut WHO) “bahan cemaran yang tidak diinginkan (mikroba, kimia,
bahan asing) di dalam bahan awal selama proses sampling, produksi, pengemasan
atau pengemasan ulang.”

Kontaminasi Silang (menurut WHO) “kontaminasi terhadap bahan awal, produk jadi
dengan bahan awal lain atau produk lain selama proses produksi.”
 Pengetahuan yang diperlukan

• Perhitungan yang akurat


• Teknik peracikan (compounding)
• Teknik Aseptik
Berupa larutan atau suspensi
Harus bebas dari gelembung udara dan
partikulat
Mempunyai sifat kimia yang tidak merusak
pembuluh darah dan tidak merusak sifat kimia
sel darah
Harus iso-osmotik dan isotonik
Iso Osmotik : mempunyai jumlah partikel yang
sama dalam larutan per satuan volume
Isotonik : Mempunyai tekanan osmotik yang
sama

 LarutanIsotonik : Jika Tekanan osmotici cairan = Tekanan


osmotic plasma darah, maka cairan bersifat isotonic terhadap
plasma darah. Hal ini menyebabkan net aliran keluar masuk
sel sama dengan nol. Akibatnya, sel darah merah tidak
menggembung atau mengerut, contoh NaCl 0,9 %
 Larutan Hipertonik : Jika Tekanan osmotic cairan > Tekanan osmotici
plasma darah, maka cairan bersifat hipertonik terhadap plasma darah. Hal
ini menyebabkan net aliran air dari dalam ke luar plasma. Akibatnya, sel
darah merah akan mengerut karena kehilangan air.
Contoh : Dextrose 50 %, Nacl 3 %

 Larutan Hipotonik : Jika Tekanan osmotic cairan < Tekanan osmotici plasma
darah, maka cairan bersifat hipotonik terhadap plasma darah. Hal ini
menyebabkan net aliran pelarut air dari cairan ke plasma darah. Akibatnya
sel darah merah akan menggembung dan dapat pecah.

Contoh Na Cl 0,45 %
pH larutan: derajat keasaman dan kebasaan suatu
larutan
◦Larutan asam: pH < 7
◦Larutan basa/alkali: pH > 7

pH plasma darah manusia 7.4


◦Sedikit basa
◦Sediaan IV harus mempunyai pH netral
(mendekati 7)
Obat Kompatibel dengan cairan
Infus/pembawa
Obat Kompatibel dengan
wadah
Antar obat kompatibel
Obat stabil selama Infus
diberikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
• Konsentrasi Obat
• Jenis obat
• Jenis Cairan
• Jenis alat/set
• Teknik penyiapan
• Lama kontak antara obat-obat, obat-cairan
• PH
• Temperatur, cahaya
Inkompatibilitas dapat terjadi saat:
• Obat dilarutkan atau diencerkan dengan pelarut / cairan
yang tidak sesuai
• Beberapa obat dicampur ke dalam cairan yang sama
• Obat bereaksi dengan zat tambahan (co: pengawet)
• Obat dalam larutan yang berbeda diberikan bersamaan atau
berturutan melalui IV line yang sama
Simbol yang penting untuk produk obat

Stabilitas obat : kemampuan obat untuk mempertahankan


sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya
pada saat dibuat dalam batasan yang ditetapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan.
Sediaan obat yang stabil adalah suatu sediaan yang
masih berada dalam batas yang dapat diterima selama
periode penyimpanan dan penggunaan-> dimana sifat
dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada
saat dibuat.
Stabilitas dipengaruhi oleh Temperatur, Kelembaban
dan Cahaya
Hilangnya zat aktif
Naiknya konsentrasi zat aktif
Bioavailabilitas berubah
Hilangnya keseragaman kandungan
Menurunnya status mikrobiologis
Pembentukan hasil urai yang toksik
Hilangnya kekedapan kemasan
BUD
Suhu dan Rekonstitu
(Beyond
Tempat si dan
Use Cara
Penyimpan
Date) Pencampu
an
ran
“Waktu atau tanggal
dimana setelah sediaan
racikan/campuran tidak
dapat digunakan lagi dan
ditentukan dari tanggal
produk ini diracik /
dicampur”
Expired Date (ED) Beyond Use Date (BUD)
Waktu dimana sediaan atau produk obat Waktu atau tanggal dimana setelah
diharapkan masih memenuhi persyaratan sediaan racikan atau campuran tidak
farmakope bila produk tersebut dapat digunakan lagi dan ditentukan dari
disimpan pada kondisi penyimpanan tanggal produk ini diracik/dicampur
yang sesuai dengan yang dikehendaki
Farmakope
Produk Komersial Produk Racikan
Biasanya dinyatakan dalam ‘Bulan dan Dinyatakan dalam ‘Jam, tanggal/hari
atau tahun” atau bulan
Ditentukan setelah study ekstensif Ditentukan setelah peracikan
dan stabilitas produk ->
Produsen
Sediaan dalam ampul dan spuit hanya untuk single
dose, tidak boleh disimpan jika sudah
dibuka/digunakan
Sediaan dalam vial, dapat multidose, perhatikan
stabilitas larutan (temperatur, batas
kadaluarsa)
Penandaan (labeling) harus jelas : nama pasien,
nama obat, tanggal dibuka, tanggal
kadaluarsa setelah dilarutkan
Obat berbahaya (co: sitostatika) harus dipisahkan
dari obat lain.
Penyiapan sediaan steril sebelum digunakan oleh
pasien
Karekteristik :
 Produk awal/intermediate adalah steril
 Dikerjakan dalam sistem tertutup
 Waktu penyiapan singkat
 Waktu antara penyiapan dan penggunaan tidak

lama
 Untuk individual pasien
Tujuan:
a) Menjamin sterilitas larutan
b) Meminimalkan kesalahan pengobatan
c) Menjamin kompatibilitas dan stabilitas
d) Menghindari pemaparan zat berbahaya
e) Menghindari pencemaran lingkungan
f) Meringankan beban kerja perawat
g) Penghematan biaya penggunaan obat
Sitostatika
Nutrisi Parenteral (TPN)
I.V. admixture (Pencampuran obat suntik intravena)
Dibutuhkan pengenceran sebelum
digunakan
Membutuhkan waktu pemberian yang
lama
perlu individualisasi dosis
Dikerjakan di dalam laminar air flow
cabinet/hood
Petugas harus mendapatkan
pelatihan khusus
Menggunakan pakaian khusus
Ada Protap pemeliharaan alat, membersihkan,
disinfeksi di daerah aseptic dispensing
Semua produk dan alat harus dalam keadaan
steril
Gunakan teknik ‘no-touch’, yaitu tidak
menyentuh bagian/area yang dapat
terkontaminasi bakteri, contoh: jarum, ujung
syringe, tutup vial.
Kontaminasi mikrobiologis di daerah kritis
harus dimonitor
Hindari gerakan tangan yang tidak perlu di
dalam LAF hood untuk mengurangi aliran udara
turbulens
Limbah yang berlebihan harus dibuang keluar
LAF hood
Jangan mengeluarkan tangan dari LAF hood
selama pengerjaan. Jika tidak dapat
dihindari, seka sarung tangan dengan
alkohol 70% sebelum dimasukkan kembali
ke LAF hood

Tidak boleh ada yang diperkenankan keluar


masuk ruang aseptic dispensing selama
dilakukan pengerjaan.
Periksa semua produk jadi
Yang pertama dikeluarkan dari LAF hood adalah
produk jadi, kemudian baru limbah.
seka daerah kerja dan dinding LAF hood (setengah
ke bawah) dengan kassa beralkohol
Sarung tangan dapat dilepaskan, tetapi pakaian
lainnya dibuka di luar ruang aseptic
dispensing
1. PETUGAS HARUS MENCUCI TANGAN SESUAI SOP
2. PETUGAS HARUS MENGGUNAKAN APD SESUAI SOP
3. MASUKKAN BAHAN KEDALAM AREA KERJA SESUAI SOP
4. PROSES PENCAMPURAN DILAKUKAN DI DALAM AREA
KERJA SESUAI SOP
5. PETUGAS MELEPASKAN APD SETELAH SELESAI
MELAKUKAN KEGIATAN SESUAI SOP
Integritas wadah
Organoleptis : warna, bau, volume, endapan,
kekeruhan
Pelabelan
- identitas pasien (nama lengkap, NRM)
- nama obat
- konsentrasi (kadar)
- nama cairan/pelarut
- tanggal dibuat
- BUD
- initial petugas yang membuat
DILUENT Ceftriaxone 25 C 4C
Concentration (mg/ml)
Steril Water for 100 3 days 10 days
Injection 250, 350 24 hr 3 days
Sodium Chlorida 100 3 days 10 days
0,9 % 250, 350 24 hr 3 days
Dextrose 5 % in 100 3 days 10 days
water 250, 350 24 hr 3 days
Lidocaine HCl 1 % ( 100 24 hr 10 days
without 250, 350 24 hr 3 days
epinephrine
Trissel, LA 2007, Handbook on Injectable Drugs, Ed 15 th ed, USA, ASHP
Nama Obat Rute Rekonstitusi Stabilitas dalam Pemberian dan Penyimpanan
Penyimpanan
4–8C 25 C
Cefotaxime IV • 750 mg -> 48 jam 24 jam • Injeksi IV pelan 3 – 5 menit
0,5 dan 1 gr IV drip dilarutkan • IV drip -> dalam waktu 15 – 60
menit dengan 100 – 200 ml pelarut
dengan 8 ml
yang kompatibel
aqua injeksi
• Perubahan warna dari kuning
• 1,5 g -> menjadi gelap -> tergantung
dilarutkan kondisi penyimpanan -> tapi tidak
dengan 16 ml mempengaruhi potensi -> masih
aqua pro boleh digunakan
injeksi Pelarut Kompatibilitas
Dextrose 5 % +
Dextrose 5 % dalam NaCl 0,2, 0,45, +
0,9 %
Ringer laktat +
NaCl 0,9 % +
Pencampuran obat suntik harus mengacu
pada standar baku dan evidance base
Pencampuran obat suntik yang tepat
dapat mencegah insiden keselamatan
pasien dan cidera pada pasien dan
petugas kesehatan
Allen LV. Beyon-Use dates and Stability indication assay
methodes in Pharmaceutical Compounding, Secundum
Artem. 2009
ASHP Guidelines on quality Assurance for Pharmacy –
Prepared Sterile Products. Am J Health – Syst Pharm. 2000:
57.1150 - 69
FAKTOR PENYEBAB OBAT
TIDAK RASIONAL

MATERI KULIAH
IKIFA
TUJUAN PIO

MATERI KULIAH
IKIFA
MEMBERIKAN INFORMASI,
MENUNJUKKAN PERHATIAN,
MEMBANTU PASIEN,
SHARING KNOWLEDGE,
MENCEGAH

MATERI KULIAH
IKIFA
MANFAAT BAGI
PELANGGAN

MATERI KULIAH
IKIFA
MANFAAT BAGI
STAFF
FARMASI

MATERI KULIAH
IKIFA
SASARA
N

MATERI KULIAH
IKIFA
CAKUPA
N

MATERI KULIAH
IKIFA
URAIAN
KEGIATAN

MATERI KULIAH
IKIFA
10

MATERI KULIAH
IKIFA
ASPEK INFORMASI
OBAT

11

MATERI KULIAH
IKIFA
1. DESKRIPSI & KEKUATAN
OBAT

12

MATERI KULIAH
IKIFA
2. KHASIAT
OBAT

13

MATERI KULIAH
IKIFA
3. WAKTU
PENGGUNAAN

14

MATERI KULIAH
IKIFA
a. Obat dengan Frekwensi Pemakaian TInggi

15

MATERI KULIAH
IKIFA
b. Obat-Obat Yang Khasiatnya
Dipengaruhi/Mempengaruhi Makanan

16

MATERI KULIAH
IKIFA
b. Obat-Obat Yang Khasiatnya
Dipengaruhi/Mempengaruhi Makanan

17

MATERI KULIAH
IKIFA
c. Obat-obat yang berinteraksi dengan makanan

18

MATERI KULIAH
IKIFA
d. Obat-obat yang mempunyai efek tertentu
pada saluran pencernan

19

MATERI KULIAH
IKIFA
e. Obat-obat dengan khasiat khusus

20

MATERI KULIAH
IKIFA
4. CARA
PENGGUNAAN

21

MATERI KULIAH
IKIFA
4. CARA
PENGGUNAAN

22

MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT-OBAT YANG TIDAK BOLEH DIGERUS

23
MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT-OBAT YANG TIDAK BOLEH DIGERUS

24
MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT-OBAT YANG TIDAK BOLEH DIGERUS

25
MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT-OBAT YANG TIDAK BOLEH DIGERUS

26
MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT-OBAT YANG TIDAK BOLEH DIGERUS

27
MATERI KULIAH
IKIFA
5. DAMPAK GAYA
HIDUP

28
MATERI KULIAH
IKIFA
6. PENYIMPANAN (UNTUK
PASIEN)

29
MATERI KULIAH
IKIFA
6. PENYIMPANAN (UNTUK
PASIEN)

30

MATERI KULIAH
RANTAI VAKSIN : SUHU 2 - 8°C

31
MATERI KULIAH
IKIFA
MASA SIMPAN VAKSIN BELUM DIPAKAI

32
MATERI KULIAH
IKIFA
PENYIMPANAN VAKSIN

33
MATERI KULIAH
IKIFA
PENYIMPANAN VAKSIN

34
MATERI KULIAH
IKIFA
KESALAHAN PENYIMPANAN VAKSIN

35
MATERI KULIAH
IKIFA
KESALAHAN PENYIMPANAN VAKSIN

36

MATERI KULIAH
IKIFA
SIMBOL B3

37

MATERI KULIAH
IKIFA
SIMBOL B3

38

MATERI KULIAH
IKIFA
PENYIMPANAN (Supervisi di Unit Pelayanan)

39
PENYIMPANAN (Supervisi di Unit Pelayanan)

40

MATERI KULIAH
IKIFA
PENYIMPANAN (Supervisi di Unit Pelayanan)

41

MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT LASA

42

MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT LASA

43

MATERI KULIAH
IKIFA
PENYIMPANAN OBAT LASA

44

MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT HIGH ALERT & LASA

45

MATERI KULIAH
IKIFA
7. INTERAKSI
POTENSIAL

46

MATERI KULIAH
IKIFA
7. INTERAKSI
POTENSIAL

47

MATERI KULIAH
IKIFA
7. INTERAKSI
POTENSIAL

48

MATERI KULIAH
IKIFA
7. INTERAKSI
POTENSIAL

49

MATERI KULIAH
IKIFA
8. EFEK SAMPING

50

MATERI KULIAH
IKIFA
8. EFEK SAMPING

51

MATERI KULIAH
IKIFA
ALAT BANTU PIO

52

MATERI KULIAH
IKIFA
53

MATERI KULIAH
IKIFA
KENDALA

54

MATERI KULIAH
IKIFA
KENDALA

55

MATERI KULIAH
IKIFA
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

56

MATERI KULIAH
IKIFA
MATERI KULIAH
IKIFA
PENGELOLAAN OBAT KANKER YANG AMAN

SAFE HANDLING
CYTOTOXIC/SHC
PENDAHULUAN
Prosedur penanganan obat kanker yang aman dan perlu
dilaksanakan untuk mencegah risiko yang tidak
diinginkan
Risiko yang tidak diinginkan dapat terjadi pada proses
transportasi, penyimpanan, pendistribusian, preparasi, dan
pemberian obat kanker.
Potensial paparan pada petugas pemberian sitostatika telah
banyak diteliti
Introduction
⚫ Pencampuran sediaan steril harus memperhatikan perlindungan produk
dari kontaminasi mikroorganisme;
⚫ Sedangkan untuk penanganan sediaan sitostatika selain kontaminasi
juga memperhatikan perlindungan terhadap petugas, produk dan
lingkungan.

3 1/ 3/ 202
2
Introduction
⚫ Penanganan sediaan sitostatika yang aman perlu dilakukan secara disiplin
dan hati-hati untuk mencegah risiko yang tidak diinginkan, karena sebagian
besar sediaan sitostatika bersifat:
⚫ Karsinogenik yang berarti dapat menyebabkan kanker.
⚫ Mutagenik yang berarti dapat menyebabkan mutasi genetik.
⚫ Teratogenik yang berarti dapat membahayakan janin.

4 1/ 3/ 202
2
Introduction
⚫ Kemungkinan pemaparan yang berulang terhadap sejumlah kecil obat-obat
kanker akan mempunyai efek karsinogenik, mutagenik, dan teratogenik yang
tertunda lama di terhadap petugas yang menyiapkan dan memberikan obat-
obat ini.

5 1/ 3/ 202
2
Beberapa resiko penanganan obat kanker
Tahun 1948 kecurigaan obat sitostatika bersifat karsinogenik , mutagenik dan teratogenik .
Tahun 1981 , laporan Internasional Agency for Research on Cancer (IARC) sitostatika gol
zat
alkilasi : cyclophosphamide , melphalan , chlorambucil, cisplatin dan doxorubicin
menyebabkan
karsinogenik .
Falck dkk, th.1979 melaporkan bahwa perawat yang bekerja pada ward kemoterapi tanpa
perlindungan yang memadai menunjukkan aktivitas mutagenik yang signifikan setelah
bekerja tanpa BSC .
Tahun 1983 Sotaniemi, dkk. Melaporkan adanya kerusakan liver pada 3 orang perawat
yang
bekerja pada ward oncology.
Di dua rumah sakit di Italy telah dilakukan penelitian ditemukan cyclophosphamide dan
ifosfamide dalam urine perawat dan staf
farmasi yang tidak mengikuti peraturan khusus dalam menangani obat obat kanker.
Lim.S., 1998, Princess Margareth Hospital, Menghitung penghematan biaya obat sebesar $
250.000/ tahun dan penghematan waktu perawat sebesar 330 jam/ bulan.
Taxis,K.,Barber,W.,2003, terdapat 249 kesalahan perawat dalam penyiapan obat iv dari
430 sediaan iv baik dalam hal preparation maupun pemberian kepada pasien
% PETUGAS DENGAN URIN POSITIF CP &
IP
Pada suatu RS besar di Italia
dilakukan penelitian terhadap
sampel urin pekerja (n=16, 7 
preparasi, 9 administrasi)
yang melakukan preparasi dan
administrasi obat sitostatik.
Durasi kerja selama 2-4 tahun
Turci, R., Sottani, C., Ronchi, A. and Minoia,
C. (2002). Biological monitoring of hospital
personnel occupationally exposed to
antineoplastic agents.
Toxicology Letters, 134(1-3), pp.57-64.
ALL
ANTINEOPLASTIC
JENIS
PAPARAN
INCIDENCE OF PREPARATION ERRORS
Incidence of preparation errors: 5% of compounded
solutions
PERAN farmasi
a. Merencanakan regimen dosis obat
kemoterapi
⚫ Menghitung dosis obat kemoterapi
⚫ Menyesuaikan dengan kondisi pasien
b. Melakukan penanganan obat sitostatika
⚫ Perencanaan dan pengadaan
⚫ Penyimpanan dan distribusi
⚫ Penyiapan dan pencampuran
⚫ Penanganan tumpahan dan kecelakaan ke
⚫ Pengelolaan limbah
c. Monitoring dan evaluasi pasien kemoterapi
Potensi kesalahan dalam dispensing sitositika
Efek dari paparan sitostatika
⚫ Dermatitis kontak, atau reaksi alergi jika kulit terpapar.
⚫ Sitogenik dan mutagenik.
⚫ Abnormalitas jumlah sel darah.
⚫ Diekskresikannya obat atau metabolit obat pada urine.
⚫ Sakit perut, rambut rontok, lesi di hidung, mual muntah.
⚫ Kerusakan hati.
⚫ Perubahan kesuburan.
⚫ Keguguran dan kecacatan bayi jika terpapar pada wanita
hamil.
PRINCIPLE OF HANDLING CYTOTOXIC
Especially for cytotoxic/neoplastic drugs, we must protect the operator
from exposure the cytotoxic drugs (carcinogenic, mutagenic, oncogenic
etc)

Tujuan Safe handling cytotoxic :


Agar petugas jadi aman, produk yang dihasilkan terlindung dari kontaminasi
personel dan lingkungan dan begitu pula sebaliknya, agar lingkungan terhindar
dari paparan limbah obat kanker
KRITERIA PETUGAS

Harus memiliki sertifikat pelatihan Teknik


penanganan sitostatika

Tidak boleh dalam kondisi hamil atau menyusui

Harus selalu menggunakan APD lengkap saat

dispensing Harus melakukan medical check-up setiap 6


Cont’d PETUGAS

Tidak seorang pun petugas kesehatan diizinkan untuk


menangani obat-obat kanker , kecuali telah dididik dan dilatih
tentang :
1. Cara penanganan obat kanker yang baik dan benar
2. Cara mengawasi dan menangani barang-barang
yang terkontaminasi oleh obat kanker
3. Cara pencegahan dan penanganan kontaminasi obat
kanker terahadap petugas kesehatan yang bekerja
MONITORING & EVALUASI (MONEV)
PETUGAS
Setiap enam bulan sekali petugas menjalani pemeriksaan laboratorium meliputi :
a) Darah lengkap
b) Fungsi hati (SGPT/SGOT)
c) Fungsi ginjal
d) Bila terjadi pemeriksaan laboratorium yang abnormal harus menjalani
pemeriksaan lebih lanjut.
e) Setiap petugas yang selesai bertugas wajib melakukan pemeriksaan laboratorium.
f) Hasil pemeriksaan dilampirkan di catatan beban kerja masing masing petugas
JENIS RUANGAN
Ruang persiapan
Ruangan yang digunakan untuk administrasi dan penyiapan alat kesehatan dan bahan
obat (etiket, pelabelan, penghitungan dosis dan volume cairan).

Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian


Sebelum masuk ke ruang antara, petugas harus mencuci tangan, ganti pakaian kerja
dan memakai alat pelindung diri (APD).

Ruang antara
Ruangan yang dilalui sebelum memasuki ruang steril
Ruang steril
PERSYARATAN RUANG
STERIL
1) Jumlah partikel berukuran > 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000
partikel/ m3
2) Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
3) Suhu 18 – 22°C
4) Kelembaban 35 – 50%
5) Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter
6) Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari pada tekanan udara di
luar ruangan.
GAMBARAN DAERAH
KERJA
BSC (Biological Safety Cabinet)
Peralatan penunjang
a. Troley pengiriman
b. Spuit berbagai ukuran
c. Nedle 18 dan 21
d. Infus bag 100 cc, 250 cc, 500 cc
e. Kasa besar dan kasa kecil
f. Alumunium Foil
g. Chemoterapy preparation mats (alas
kemoterapi)
h. Chemoterapy disposible bag
i. Chemoterapy waste container
j. Chemoterapy spill kit
k. Chemocheck
CHEMOTERAPY SPILL KIT
1) Baju pelindung
2) Sarung tangan
3) Tutup Kepala
4) Masker
5) Emergency kit :
a. 500 ml larutan NaCl 0,9 %
b. 30 ml larutan pencuci mata
steril
c. 120 ml air sabun
d. 500 ml larutan chlorin 5 %
e. 500 ml H2O2 3 %
6) Format laporan kecelakaan
APD
PENYIAPAN
SITOSTATIK
A
Alat Pelindung Diri (APD) :
Untuk melindungi petugas dari
keterpaparan obat kanker, terdiri
dari :
1. Baju pelindung, harus berlengan
panjang dan bermanset, dengan
bahan bersifat dapat menahan
penetrasi partikel tumpahan obat.
2. Sarung tangan terbuat dari latex yang
tebal dan tidak
berbedak. Dianjurkan menggunakan
doubel sarung tangan.
3. Sepatu Boots dan cover shoes
4. Masker
5. Kacamata
ALAT pelindung
diri
Alur pelayanan pasien kemoterapi
⚫ Pengadaan Obat hanya boleh dilakukan oleh Apoteker yang memiliki
SIPA
⚫ Pasien memperoleh protokol kemoterapi dan SEP dari dokter.
Pasien melakukan pemeriksaan darah lengkap
⚫ Pasien mengajukan kemoterapi ke depo aseptic dispensing.
Farmasi mengkonfirmasi jadwal kemoterapi dan ketersediaan
obat
⚫ Pasien mendaftarkan diri untuk perawatan inap
⚫ Pasien memperoleh obat-obatan premedikasi dan peralatan infus set
serta jarum dan spuit
PENGELOLAAN OBAT KANKER
Obat kanker menurut Per.Men.Kes.RI No.453Menkes/Per/IX/1983, termasuk
dalam golongan obat berbahaya, karena sifatnya yang karsinogenik, teratogenik
dan mutagenik, sehingga obat ini memerlukan penanganan khusus.
1. PENGADAAN
Surat pemesanan obat kanker dibuat dan ditandatangani oleh tenaga Apoteker yang berwenang.
2. PENERIMAAN
Penerimaan obat kanker dari supplier (PBF) dilakukan oleh tenaga
Apoteker/Asisten Apoteker yang berwenang, untuk kemudian diberi tanda khusus
baik Obat kanker oral maupun parenteral dengan label “Obat kanker” dan “tanda
bahaya” pada kotak pembungkusnya.
PENGELOLAAN OBAT KANKER
3. PENYIMPANAN
a. Disimpan secara terpisah dari obat lainnya.
b. Ada lembar MSDS (Material Safety Data Sheet) dekat tempat penyimpanan obat.
c. Letak penyimpanan obat, minimal sejajar dengan mata atau lebih rendah, agar mudah terlihat
tanda berbahaya oleh petugas.
d. Tanda obat berbahaya pada kotak kemasan luar harus berada di sisi sebelah luar sehingga mudah
terlihat.
e. Bila perlu disimpan dalam lemari pendingin, maka masukkan dalam lemari pendingin yang
terpisah.
f. Bila tidak tersedia lemari pendingin tersendiri, maka obat kanker dimasukkan dalam wadah
tertutup dari bahan anti bocor dan disimpan bersama obat lainnya di lemari pendingin yang
sama.
g. Kerusakan pengemas maupun wadah harus ditangani dengan baik oleh petugas yang mengenakan
pakaian pelindung saat preparasi di ruangan.
Penyimpanan
⚫Penyimpanan sitostatika setelah dilakukan pencampuran
tergantung pada stabilitas masing masing obat > stabilitas 3-
72 jam
⚫Kondisi khusus penyimpanan:
a. Terlindung dari cahaya langsung, dengan menggunakan
kertas karbon/kantong plastik warna hitam atau aluminium
foil.
b. Suhu penyimpanan 2 – 8°C disimpan di dalam lemari
pendingin (bukan
freezer).
penyiapan
1. Periksa kelengkapan dokumen, prinsip 5 BENAR (benar pasien, obat,
dosis, rute, dan waktu pemberian)
2. Periksa kondisi obat-obatan yang diterima, lengkapi form permintaan
3. Konfirmasi ulang kepada pengguna
4. Hitung kesesuaian dosis
5. Pilih pelarut yang sesuai dan jumlah volume yang digunakan
6. Label obat: nama pasien, no RM, ruang perawatan, dosis, cara
pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal daluwarsa campuran
7. Lengkapi dokumen pencampuran
Label obat

citostatika
Formulir pelayanan kemoterapi
Proses penyiapan obat steril
Distribusi
Sediaan steril yang telah dilakukan pencampuran harus terjamin sterilitas dan
stabilitasnya dengan persyaratan sbb:
⚫ Wadah
Tertutup rapat dan terlindung cahaya.
Untuk obat yang harus dipertahankan stabilitasnya pada suhu tertentu, ditempatkan dalam
wadah
yang mampu menjaga konsistensi suhunya.
⚫ Waktu pengiriman
Prioritas pengiriman untuk obat obat yang waktu stabilitasnya pendek
⚫ Rute pengiriman
pengiriman sediaan sitostatika sebaiknya tidak melalui jalur umum/ramai untuk menghindari
terjadinya tumpahan obat yang akan membahayakan petugas dan lingkungannya
Distribusi
Pemusnahan
Definisi limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik meliputi sisa obat yg digunakan utk terapi pasien dan peralatan
yg
berhubungan dg preparasi, transport atau penghantaran obat sitotoksik
Contoh limbah sitotoksik
⚫ Syringe, ampul, vial
⚫ IV infusion sets dan wadah
⚫ Botol kosong bekas obat
⚫ Spill kit yg telah digunakan
⚫ APD yg telah digunakan saat rekonstitusi obat
Pemusnaha
n
Identifikasi Limbah
Seluruh kantong atau wadah yg digunakan utk mengumpulkan , menyimpan, transport atau
pembuangan limbah sitotoksik harus memenuhi syarat meliputi : berwarna ungu, diberi label
sitotoksik (simbol gambar telofase), dan diberi label “limbah sitotoksik”-musnahkandi insinerator
pd suhu 1100ºC.
Wadah Limbah
Limbah sitotoksik berupa benda tajam, misalnya syringe, vial, ampul, botol obat wajib diletakkan
pd wadah yg bersifat kaku, tahan thd kebocoran yg disegel atau ditutup dengsn rapat dan tidak
terakses oleh orang lain.
Pemusnahan dengan Insinerator
Limbah sitotoksik yg akan dimusnahkan wajib dipastikan keamanannya supaya tidak
mengkontaminasi lingkungan di sekitarnya. Insinerasi merupakan satu-satunya teknologi yang
dapat digunakan untuk memusnahkan limbah sitotoksik. Suhu yang direkomendasikan utk
pemusnahan yaitu 1100ºC
Edukasi untuk
Pasien/Keluarga
⚫Gunakan sarung tangan disposible, Jika sarung tangan
tidak tersedia gunakan tutup botol untuk mengambil
obat, hindari kontak langsung obat dengan kulit!
⚫Cuci pakaian pasien/ sprei terpisah dengan pakaian lain
⚫Double flush toilet setelah digunakan (dilakukan selama
4- 7 hari setelah pemberian kemoterapi oral)
⚫Kembalikan obat kemoterapi yang tidak digunakan,
rusak atau kadaluarsa ke Bagian farmasi
penutup
⚫Tenaga Kesehatan( Farmasi, Paramedis ) di Rumah Sakit
mempunyai tanggung jawab untuk melakukan penanganan
obat kanker yang aman dan benar
⚫Penanganan obat kanker yang aman dan benar dapat
mengurangi resiko paparan
Daftar acuan
1. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril.
Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan
RI.
2. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pencampuran Obat Suntik
dan Penanganan Sediaan Sitostatika. Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI
3. Workplace Health and Safety Queensland. (2017). Guide for Handling
Cytotoxic Drugs and RelatedWaste. Queensland: Queensland Government.
K E S E L A M ATA N PAS I E N

“Patient
Safety”
⚫ Keselamatan Pasien diatur dlm :
- U U No. 29 Tahun 2004 Ttg
P raktik Kedokteran, Pasal 2.
-U U No. 36 Tahun 2009 Ttg Kesehatan,
Pasal 5 (2), Pasal 19, Pasal 54.
- U U No. 44 Tahun 2009 Ttg Rumah Sakit, Pasal
13 (3), Pasal 32 (e),(n) dan Pasal 43.
- Permenkes No.1691 Thn 2011 Ttg
Keselamatan Pasien Rumah
Sakit
- W H O (World Health Organization) dari
berbagai negara menyatakan, K T D dalam
pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit
sekitar 3-16 %
- Laporan I O M (Institute of Medicine), di
Amerika Serikat setiap tahun terjadi 48.000
hingga 100.000 pasien meninggal dunia akibat
kesalahan medis.
- Dari 1.292 RS di Indonesia hanya 60% yg
terakreditasi, blm semuanya menerapkan
standar perlindungan pasien.
- Pelaporan K T D di Indonesia ?
Keselamatan pasien (patient safety)
rumah sakit
adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman,dan
diharapkan dapat mencegah
terjadinya cidera.
 Insiden adalah setiap kejadian yg tidak disengaja
dan kondisi yg mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dpt
dicegah pd pasien,
Terdiri dari
1. Kejadian Tidak Diharapkan,
2. Kejadian Nyaris Cedera,
3. Kejadian Tidak Cedera
4. Kejadian Potensial Cedera.
Tujuan Patiet Safety
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien
dan masyarakat;
3. Menurunnya KTD di RS
4. Terlaksananya program-program pencegahan shg
tidak terjadi pengulangan KTD.
 Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat
KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien.

 Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat


KNC adalah terjadinya insiden yang belum
sampai terpapar ke pasien.
 Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat
KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke
pasien, tetapi tidak timbul cedera.

 Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya


disingkat KPC adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi
belum terjadi insiden.

 Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang


mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius.
Contoh Insiden
 KPC
Kerusakan alat ventilator, DC Shock, tensimeter
 KTC
Pasien minum paracetamol dan tidak ada reaksi apapun tetapi
dokter tidak meresepkan paracetamol
 KNC
Salah identitas pasien namun diketahui sebelum dilakukman
tidakan
 KTD
Tertusuk jarum, Pasien jatuh
 Sentinel
 Salah sisi lokasi operasi
ENAM SASARAN KESELAMATAN
PASIEN
⚫ Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
⚫ Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif
⚫ Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai
(high-alert)
⚫ Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-
pasien operasi
⚫ Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
⚫ Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh

10
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI
PASIEN

Rumah sakit mengembangkan suatu


pendekatan untuk memperbaiki /
meningkatkan ketelitian
identifikasi pasien.

11
WARNA GELANG
PASIEN
G E L A N G IDENTITAS
• Biru: Laki Laki
•Pink: Perempuan
G E L A N G PENANDA:
• Merah: Alergi
• Kuning: Risiko
Jatuh
• Ungu : Do Not
Resucitate
12
PETUGAS HARUS MELAKUKAN
IDENTIFIKASI PASIEN SAAT:

 pemberian obat
 pemberian darah / produk
darah
pengambilan darah dan
spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis
Sebelum
memberikan
pengobatan
13
 Sebelum
SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI
YANG EFEKTIF

⚫Rumah sakit mengembangkan


pendekatan untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi
antar para pemberi layanan.

14
Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan
Terjadi pada saat:
 Perintah diberikan secara lisan
 Perintah diberikan melalui telpon
 Saat pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis.

15
Perintah Lisan/Lewat Telepon
 ISI PERINTAH
1. Tulis Lengkap  NAMA LENGKAP DAN TANDA
TANGAN PEMBERI PERINTAH
2. Baca Ulang-  NAMA LENGKAP DAN TANDA
Eja untuk TANGAN PENERIMA PERINTAH
 TANGGAL DAN JAM
NORUM/LASA
3. Konfirmasilisa
n dan tanda
tangan

16
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN
OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH-
ALERT)
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)

17
⚫ Obat yg Perlu diwaspadai : obat yang
sering menyebabkan KTD atau
kejadian sentinel;
⚫ HIGH ALERT
⚫ ELEKTROLIT KONSENTRAT
⚫ NORUM/LASA (Nama Obat Rupa Ucapan
Mirip/Look alike sound alike)

⚫ Kesalahan bisa terjadi:


⚫ Secara tidak sengaja
⚫ Bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan
sebelum ditugaskan
18 ⚫ Pada keadaan gawat darurat
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI,
TEPAT-
PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI

⚫Rumah sakit
mengembangkan
suatu
pendekatan untuk
memastikan tepat-
lokasi, tepat-
prosedur, dan
19 tepat- pasien.
KEBIJAKAN VERIFIKASI
1. PRAOPERATIF :
Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dan dipampang dg
baik
3. Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau
implant 2 implant yg dibutuhkan
4. Tahap Time out :
1. memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan
diselesaikan
2. dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
3. melibatkan seluruh tim operasi
5. Pakai surgical safety check-list (WHO . 2009)

20
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI
TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN

⚫ Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan


untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait
pelayanan
kesehatan.

21
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH

⚫Rumah sakit mengembangkan suatu


pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari
cedera karena jatuh.

22
⚫ Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai
penyebab cedera pasien rawat inap.
⚫ Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko
cedera bila sampai jatuh.

⚫ Evaluasi :
⚫ riwayat jatuh,
⚫ obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol
⚫ gaya jalan dan keseimbangan
⚫ serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.

⚫ Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.

23
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit :
1. membangun kesadaran akan nilai keselamatan
pasien;
2. memimpin dan mendukung staf;
3. mengintegrasikan aktivitas pengelolaan
risiko;
4. mengembangkan sistem pelaporan;
5. melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
6. belajar dan berbagi pengalaman tentang
keselamatan pasien;
7. mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien.
Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre
for
Patient Safety, 2 May 2007), yaitu:

1. (Look-Alike, Nama
Perhatikan Sound-Alike Medication
Obat, Rupa Names).
dan Ucapan Mirip
2. Pastikan Identifikasi Pasien.
3. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima /
Pengoperan Pasien.
4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang
benar.
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (Concentrated).
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan
Pelayanan.
7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang
(Tube).
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand Hygiene) untuk
Pencegahan lnfeksi Nosokomial.
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip
(Look-Alike, Sound-Alike Medication Names) ;
 Sebelum memberikan obat ke pasien, cek tujuan
pemberian obat pada resep / instruksi dokter/ rekam
medis pasien.
 Sebelum memberikan obat ke pasien, cek kecocokan obat
yang akan diberikan dengan diagnosa medis pasien.
 Pada obat yang hafal, label obat yang akan diberikan perlu
dibaca secara cermat, mengenali obat secara visual/fisik,
lokasi penyimpanannya dan melihat tanda spesifik lainnya.
 Pisahkan penempatan dan penyimpanan obat yang mirip
(Norum) termasuk obat yang bermasalah.
 Berikan penjelasan pada pasien atau keluarganya tentang
obat-obatan yang mirip nama dan bentuknya yang
kemungkinan dikonsumsi pasien.
2. Pastikan Identifikasi
Pasien
 Cek ;identitas pasien dan mencocokannya dengan kebutuhan
perawatan pasien misalnya tindakan medis, laboratorium.
 Digunakan minimal 2 jenis identitas (misalkan nama pasien dan
tanggal lahir) sebagai alat klarifikasi identitas pasien saat
pasien masuk atau pindah ke rumah sakit lain atau tempat
pelanan lainnya.
 Terapkan standarisasi dalam identifikasi pasien sesuai prosedur
yang ada, misalkan gelang warna tertentu dengan ditulis nama
dan tanggal lahir.
 Ada protokol identifikasi pasien dengan nama yang sama atau
pasien-pasien yang tidak diketahui namanya dan
mengikuti protokol tersebut.
3. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima
/ Pengoperan Pasien ;
 Lakukan operan pasien saat pergantian dinas jaga.
 Lakukan operan dengan petugas tempat perawatan
selanjutnya saat pasien dipindahkan ke tempat perawatan lain
atau unit tindakan lainnya.
 Baca ulang dokumen pasien saat operan dan dicermati dengan
teliti.
 Saat operan cukup waktu bagi staf untuk bertanya dan
tidak ada interupsi saat operan.
 Saat operan pasien dijelaskan dengan rinci dan benar
mengenai: status pasien, obat-obatan, rencana terapi, advance
directive (pernyataan keinginan pasien) dan semua
perubahan status pasien.
4. Pastikan Tindakan yg benar pd Sisi Tubuh yg benar;
 Lakukan verifikasi dan memberi tanda sesuai rekam medis pada
anggota tubuh yang akan dilakukan prosedur delegasi seperti :
pemasangan gips atau prosedur operatif minor lainnya.
 Libatkan pasien dalam setiap proses verifikasi preoperative untuk
mengkonfirmasi ulang.
 Lengkapi data laboratorium, uji diagnostic, CT scan, Rontgen MRI
dan test yang relevan untuk verifikasi ketepatan pasien sebelum
pasien dioperasi.
 Cocokan identitas pasien dengan jenis tindakan yang akan
dilakukan sesuai dengan rekam medis.
 Lakukan serah terima pasien dengan menyertakan rekam medis
dan pemeriksaan penunjang kepada petugas kamar operasi atau
kamar tindakan.
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat
(Concentrated)
 ; di tempat yang terpisah dan terkunci dan
Cairan KCL disimpan
pemakaiannya didokumentasikan sebagai kendali pemakaian atau jika tidak
tersedia ruang khusus penyimpanan dan persiapan obat, maka hanya
perawat, dokter atau Apoteker yang berpengalaman yang diperbolehkan
menyiapkan obat ini.
 Setelah KCL atau cairan konsentrasi lain disiapkan, dilakukan pengecekan
independen oleh staf yang berpengalaman dan terkualifikasi.
 Tersedia protocol (ceklist) untuk cairan KCL/cairan konsentrasi lain
meliputi cara menghitung, kecepatan cairan dan jalur pemberian vena
yang tepat.
 Pemberian KCL atau cairan konsentrasi lain dengan infuse pump atau
infuse mikro dirp set (60 tetes/ml) atau infuse set buret dan harus
sering dimonitor.
 Cairan KCL atau cairan konsentrasi lain yang sudah disiapkan diberi
label
peringatan resiko tinggi sebelum digunakan.
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pd Pengalihan Pelayanan ;
 Standarisasi pengumpulan dan dokumentasi semua obat yang
sedang digunakan pasien yang meliputi nama obat/ suplemen,
Dosis, frekuensi dan waktu dosis terakhir.
 Perbaharui daftar obat jika terdapat order baru yang
dituliskan yang merefleksikan semua obat yang sedang
digunakan pasien.
 Komunikasikan daftar obat kepada pemberi pelayanan
berikutnya kapanpun pasien dipindahkan, dipulangkan dan
berikan daftar obat saat pasien pulang.
 Ajari pasien atau keluarga tentang penggunaan obat yang
aman, risiko obat baik secara tunggal atau kombinasi dan
beri akses informasi obat yang terjangkau dan relevan.
 Anjurkan pasien untuk menyimpan obatnya di tas dan
membawanya jika berkunjung ke rumah sakit atau dokter.
7. Hindari Salah Kateter, Salah Sambung Slang /Tube ;
 Tidak memperbolehkan staf non klinis, pasien dan keluarga
untuk menyambungkan atau melepas sambungan selang, bantuan
harus selalu ditujukan kepada staf klinis.
 Beri label pada kateter yang berisiko tinggi (kateter arteri, epidural,
intratekal dan Hindari penggunaan kateter dengan injection port
pada peralatan ini.
 Jelaskan jalur-jalur selang dan standar dasar masing-masing
jalur selang pasien disaat operan pasien.
 Buat alur dasar untuk koneksi semua selang dan verifikasi ujung
selang sebelum membuat koneksi atau melepas sambungan atau
memberikan obat, cairan atau produk lain.
 Lakukan training mengenai bahaya salah sambung selang
dan peralatan medis pada program orientasi dan
pengembangan berkelanjutan staf klinis.
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai ;
 Atasan/ rekan kerja menganjurkan penggunaan peralatan
injeksi sekali pakai.
 Ikut program training petugas kesehatan atau memanfaatkan
informasi dari rumah sakit tentang: pencegahan infeksi,
praktek injeksi yang aman, penanganan sampah benda tajam
yang aman dan penggunan tehnologi injeksi terbaru (sedikit
menggunakan jarum).
 Identifikasi dan terapkan praktek penanganan sampah medis
yang aman.
 Dukung pengadaan peralatan injeksi dengan system sedikit
tusukan.
 Edukasi ke pasien dan keluarganya tentang alternative
penggunaan obat-obatan injeksi
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand Hygiene)
untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial ;
 Atasan atau rekan kerja mempromosikan ketaatan melakukan
cuci tangan.
 Tersedia wastafel dan sabun cuci tangan dengan air yang
mengalir untuk fasilitas cuci tangan disetiap sudut
ruang perawatan.
 Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh,
melakukan
tindakan atau berkontak dengan cairan pasien.
 Edukasi/penyuluhan bagi petugas kesehatan tentang tehnik
cuci tangan yang benar.
 Buat informasi ke pasien dan keluarga tentang tehnik cuci
tangan yang benar dan pentingnya cuci tangan.
Pelaporan Insiden
⚫ Yang harus di laporkan
Kejadian yang sudah terjadi, potensi terjadi maupun
yang nyaris terjadi

 Yang membuat laporan


• Siapa saja atau semua staf RS yang pertama
menemukan kejadian
• Siapa saja atau semua staf yang terlibat dalam
kejadian
MATUR NUWUN
KONSEP DASAR TPN

AKADEMI FARMASI
IKIFA
Pemberian Nutrisi Parental
Definisi :
Pemberian nutrisi yang lengkap dan seimbang melalui infus intravena , bila tidak
memungkinkan diberikan secara oral / enteral

Tujuan :
⚫ Dukungan metabolisme
⚫ Mempertahankan maupun meningkatkan BB
⚫ Mempertahankan keseimbangan nitrogen
Indikasi pemberian nutrisi parenteral

1. Pasien yang sangat kekurangan gizi tanpa asupan oral lebih dari 1
minggu
2. Pankreatitis berat
3. Radang usus berat (Crohn’s disease dan ulcerative colitis)
4. Operasi usus yang ekstensif
5. Obstruksi usus kecil
6. Kehamilan (pada kasus mual dan muntah yang berat)
7. Pasien dengan cedera di kepala
Komponen nutrisi parenteral

Asam Micro
Ai Glukos Lema
Amin nutrien
r o a k
t

ENERGI
Pertimbangan Pemberian TPN
Alasan Utama Dimungkinkan
1. Pasien tidak dapat menerima 1. Setelah operasi besar  tidak
makan per oral  ada masalah dapat menerima makanan
di GIT (parenteral) 7 – 14 hari
2. Severe acute pancreatitis 2. Partial small bowel obstruction
3. Obstruksi total pada bowel 3. Muntah terus menerus
(usus besar)

Kalau dimungkinkan TPN dilanjutkan dengan EN (Enteral Nutrisi)


Tim Nutrisi
⚫Dokter
⚫Apoteker ( Farmasi
Klinik )
⚫Perawat
⚫Ahli gizi
Alur Pelayanan Nutrisi
Dokter
Parenteral
Form TPN

Perawat

Penyiapan TPN
- Menghitung dan
Farmasi Pencam
membuat formula puran Pemeriksaan
Larutan dan Label
- Teknik Aseptik
TPN
- Stabilitas
Penyimpanan &
Pemberian

Monitoring
Pasien
Persiapan Pemberian Nutrisi
Parenteral
⚫ Catat BB pasien, tentukan status nutrisinya
⚫ Menilai akses vena
⚫ Periksa hasil laboratorium
⚫ Hitung kebutuhan elektrolit
⚫ Hitung kebutuhan cairan perhari
⚫ Hitung cairan yang tersedia untuk Nutrisi Parenteral
Peranan Farmasi dalam pelayanan
TPN
1. Membuat formula, menghitung rejimen
sesuai kondisi pasien  sesuai resep dari dokter
2. Penyiapan TPN LAF ??
3. Menilai stabilitas dan ketercampuran
larutan nutrisi parenteral
4. Memberikan program pendidikan tentang nutrisi
parenteral
5. Berkoordinasi dalam pengaturan pemberian home
therapy nutrisi parenteral, bila dimungkinkan
6. Monitoring terhadap pasien :
- kadar gula darah
- sindrome refeeding :
Peningkatan elektrolit, abnormalitas
metabolik 
gangguan jantung, hematologi

7. Pemantauan kondisi
dasar : harian : kadar gula
acak, FBC
rutin : 2 x seminggu LFT,
Albumin. tiap 2 minggu :
pemantuan kadar Zn
Prinsip Penyiapan Nutrisi
Parenteral
Aseptic No touch technic
Dispensing ??? ???
Two-in-One PN
▶ Two in one
Pemberian Lipid terpisah
Three in one
semua komponen TPN dicampur jadi
satu
Komposisi
TPN
1. Air
- kebutuhan normal 30-35 ml/kg/hari
- pasien dengan diare, muntah, demam 
memerlukan jumlah air lebih banyak
2. Glukosa
- sumber karbohidrat
- diberikan glukosa pekat > 10%
melalui vena sentral(untuk menghidari
trombosis)
Harus mengadung fosfat 20 – 30
mmol/ hari 
Fosforilasi glukosa (memberi energi
pada glukosa)
- Sumber kalori utama adalah Dektrose.
Otak dan eritrosit memerlukan glukosa setiap saat  bila
tidak ada asupan terjadi glukoneogenesis
- Diperlukan Dektrose 6 gram/kg/hari untuk keperluan
energy basal 25 kkal/kg
- Asam amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sehingga
harus dipenuhi dulu kebutuhan kalori

Dextrose yang ada dipasaran


-5%
- 10%
- 40%  kemasan??
Konsentrasi lebih dari 12 % diberikan melalui vena
sentral
3. Protein
- Ada 20 macam AA untuk sintesa protein
- 8 diantaranya adalah asam amino esensial
- 1 g nitrogen = 6,25 g protein
- 1 g protein = 4 Kcal (Konsentrasi akhir asam amino dalam TPN
berkisar 2.5 – 7.5 %)
- 100 kcal (6,25 g protein)  1 g Nitrogen
- Asam Amino esensial dan non esensial
- Sumber Nitrogen
- menjaga jaringan
Asam Amino adalah
- Senyawa organic yang mempunyai gugus
karboksil (-COOH) dan Amina (-NH2 )

- Sifat amfoterik : menjadi asam pada


lingkungan basa dan menjadi basa pada
lingkungan asam
- Penyusun protein
Contoh :

1. Natrium Levoglutamin
- Asam amino ( Intravena)
- Untuk pasien yang membutuhkan tambahan glutamin
- Monitor SGOT, SGPT, keseimbangan asam basa
- KI : pada pasien ginjal dengan kreatinin > 25 ml/menit
dan pada pasien kelainan fungsi hati
- Dosis maksimun 2g/kgBB

2. Aminosteril 6%, 10%


Komposisi: Amino acids 6%
Indikasi: Nutrisi parenteral untuk pencegahan dan pengobatan
defisiensi protein pada anak dimana asupan makanan secara
oral merupakan kontra indikasi
Dosis: 1.5-2.5 g asam amino/kg BB/hari
Kontra Indikasi: Pasien dengan metabolisme asam amino sejar
lahir; koma peptik dan anuria yang tidak diobati,
insufisiensi kardiak, hipokalemia dan hiperhidrasi
Efek Samping: Reaksi lokal yang meliputi eritema, flebitis, dan
trombosis, dapat terjadi pada tempat infus pada
pemberian infus mell pembuluh darah perifer
Kemasan: Larutan 6% x 100 mL x 10 x 1
Komposisi: Amino acids 10%
Indikasi: Untuk memelihara dan memperbaiki
keseimbangan nitrogen pada pasien yang mengalami
kekurangan protein bila asupan makanan per oral tidak
mencukupi atau tidak mungkin dilakukan
Dosis: 1-2 g/kg BB/hari
Kontra Indikasi: Gangguan metabolisme asamamino; asidema;
gagal ginjal dan hati; dekompensasi kordis; hiperhidrasi;
hipokalemia; hiponatremia
Perhatian: Pemberian infus yang terlalu cepat
menyebabkan mual, muntah, menggigil
Kemasan: Larutan 10% x 500 mL x 10 x 1
4. Lemak :
- Emulsi lemak  lemak esensial. Berguna
untuk membawa vitamin yang larut
lemak
- mengadung energi yang tinggi pH netral
- syarat emulsi lemak intravena (USP 36)
adalah
sediaan steril dengan kandungan
lemak 10%, 20%, 30% dalam pembawa
air
- menurut Burgess (2005) diameter rata-
rata droplet < 1 µm dan terdistribusi
homogen
- bila tidak stabil  meningkatkan ukuran
5. Nutrisi mikro :
- Elektrolit mencegah
- Vitamin ketidak
- Mineral seimbangan dan
- trace defisiensi yang
element yang mengadung Na,mungkin
Elektrolit timbul
K, Ca, Mg, Cl
Vitamin :Vit C, Vit B6,Vit B12, injeksi (vitamin
yang larut air).Vit B12 IM, As Folat 15 mg
diberikan 2 hari sekali. Vit yang lain diberikan
tiap hari
Vit A,D,E,K  larut dalam lemak
Elektrolit (mEq/kg/hari)
bayi anak Adolesen

Na 2-4 2-4 2-3

K 1-3 1-3 1-2

Ca 1-2 0.5-1 0.25-0.5

Mg 0.25-0.5 0.25-0.5 0.25-0.5

Phos 1-1.5 0.5-1 0.5-0.75


(mMol)
Tujuan pemberian vitamin dalam TPN
 Stress metabolik
 Kerusakan organ spesifik

 Mineral : Kromium, Cu, Mangan, Fe, Se,Zn,F,Iodin


 Hanya Zinc yang ditambahkan setiap pemberian TPN
 Selenium ditambahkan setelah 1 bulan
 Iron bisa ditambah sekali seminggu
 Formula standar TPN dibuat pada masing-masing
institusi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi rata-rata
pasiennya
Trace element :
dapat
dicampur
- Zink - Tembaga
- Mn - Selenium
TPN
tidak dapat dicampur TPN
- Calsium `terjadi pengendapan
- Phosphat secara cepat (phosphat)
Masalah yang sering timbul :

▶Multivitamin (MVI) dan Trace element harus diberikan sendiri 


tidak stabil
▶Penambahan suplemen (contoh : penambahan larutan hipertonis dengan
volume besar) pada pasien DM  hiperglikemi
▶Penambahan suplemen Calsium menyebabkan presipitasi pada TPN
 berbahaya
▶Penambahan heparin pada kadar kecil  dapat mengurangi trombo
phlebitis, thrombosis vena dan memperlancar metabolisme
Komplikasi TPN

⚫ Glukosa :Hiperglikemia, glycosuria, thrombophlebitis


⚫ Asam Amino : Blood urea, hyperammonia, asidosis
metabolik
⚫ Lemak : kerusakan sel hati, hiperlipidemia
Komponen Nutrisi Parenteral
(Energi)
Makronutrient
▶Protein ( Asam Amino)  gram = 4 kcal (2,5-7,5% dalam TPN)
▶Karbohidrat ( Dekstrosa)  1 gram = 4 kcal
▶Lemak  1 gram = 9 kcal

Mikronutrient
▶Elektrolit
▶Vitamin
▶Mineral
Kebutuhan Cairan Normal
Perhari
▶ 3 – 10 kg : 100 ml/kg/hari
▶ 10 – 20 kg :
1000 ml + 50 ml/kg/hari untuk tiap kelebihan dari 10
kg
▶ 20 kg dan lebih :
1500 ml +20 ml/kg/hari untuk tiap kelebihan dari 20 kg
▶ ATAU 30-35 ml/kg BB / hari
Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi orang dewasa
dapat diperhitungkan dengan
memperhatikan faktor:
a. Laju metabolik basal adalah energi yang diperlukan
untuk memelihara fungsi tubuh dasarpada saat istirahat
b. Stress
c. Aktifitas
d. Sasaran nutrisi parenteral
Total Kebutuhan Energi
⚫Merupakan penjumlahan berbagai faktor :
- LMD + faktor stress + faktor aktivitas = kkal /
hari
⚫Penyesuaian penambahan atau pengurangan
untuk mencapai sasaran perubahan berat badan
( +/- ) hingga 1000 kkal
⚫Kurang akurat : 30 – 35 kkal/ kg /hari
Laju Metabolik Dasar (BEE)
1. Persamaan untuk memperkirakan laju
metabolik dasar

Wanita kkal /hr Pria kkal / hr

15-18 th 13,3 B + 690 15-18 th 17,6 B+ 656

18-30 th 14,8 B + 485 18-30 th 15 B + 690

30-60 th 8,1 B +842 30-60 th 11,4 B +870

Lebih dr 60 th 9 B + 656 Lebih dari 60 th 11,7 B +585


2. Harris Benedict
BEE men = 66,47+13,75 W + 5 H – 6,76 A
BEE women = 655,1 + 9,56 W + 1,85 H – 4,68 A
Ketr : W = berat badan ( kg ), H = tinggi ( cm),
A = usia ( th )
BEE : Basal Energy Expenditure

Rumus ini hanya digunakan untuk menghitung


kebutuhan kalori seseorang bila tidak ada faktor stres
Faktor Stress
Tingkat stress % peningkatan
Kelaparan” sebagian” (penurunan -5 hingga +15%
BB > 10%)
Luka bakar ringan, kurang dari 4 hr +10%
sesudah operasi, patah tulang,
peradangan usus

Infeksi demam dgn peningkatan T +5-10%


> 1°C
Luka bakar sedang 10 – 30%
Infeksi demam dengan peningkatan +25%
suhu T > 2°C
Sepsis parah, pasien dgn kasus 20 – 50%
respiratori
Luka bakar berat 20 – 70%
Body mass index (BMI) untuk dewasa
BMI = BB (kg)/TB
(m)²
Kebutuhan Protein / Lemak pada
kondisi khusus

Stress Level Kebutuhan Harian Minimal

ARF, Liver Failure 0.75 – 1.0 g/kg/hr

Normal, non stress 0.8 – 1.0 g/kg/hr

Low stress 1.1 – 1.3 g/kghr

Moderate stress 1.2-1.5 g/kg/hr

Severe stress 2.0 – 2.5 g/kg/hr


Faktor
Aktivitas
⚫ Terbaring ditempat tidur dan tidak bergerak +10%
⚫ Terbaring di tempat tidur dan bergerak atau dapat duduk +15 sampai 20%
⚫ Bergerak di ruangan +25%
Metode Pemberian Nutrisi
Parenteral
⚫ Jalur Perifer
- Ujung kateter tetap berada dalam vena prifer
- Digunakan untuk penggunaan jangka pendek
( maks 2 minggu )
- Larutan kurang dari 900 mOsm/L
- Konsentrasi Dextrosa maks 12,5%
⚫ Jalur sentral
- Ujung kateter tetap berada dalam vena sentral
- Digunakan untuk jangka panjang
- Larutan dengan osmolaritas > 900 mOsm/L
- Konsentrasi Dekstrosa maks 30%
PERBEDAA
N Parenteral :
⚫ Total Nutrisi ⚫ Parsial Nutrisi Parenteral :
Pemberian nutrisi Pemberian nutrisi secara
kepada pasien yang intravena bersama
seluruhnya diberikan dengan pemberian nutrisi
secara intravena secara oral atau enteral
Penghentian Nutrisi Parenteral
⚫ TPN tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba karena akan terjadi
hipoglikemia secara cepat
⚫ Kecepatan infus harus diperlambat menjadi setengahnya
paling sedikit 12 jam sebelum dihentikan
⚫ Jika TPN terpaksa harus dihentikan tiba-tiba karena komplikasi
maka infus Dekstrosa 10% harus segera diberikan
⚫ Cek kadar glukosa darah 4 kali sehari setelah TPN dihentikan

Anda mungkin juga menyukai