Farmasis Perawat
PATIENT
Safety and
efficacy
Pencampuran obat suntik seharusnya dilakukan oleh instalasi
farmasi di Rumah Sakit , tetapi saat ini masih banyak dilakukan
oleh Perawat karena keterbatasan tenaga dengan sarana dan
pengetahuan yang sangat terbatas.
Standar PKPO 5
Obat dipersiapkan dan dikeluarkan dalam lingkungan yang
aman dan bersih
Aseptic teknik
Jarum steril
Sarung tangan
steril
Jumlah partikel didalamnya dikendalikan
Desain khusus dan pemanfaatan ruangan khusus mendukung
pengendalian partikel didalam ruangan
1. Pengendalian partikel masuk
2. Partikel yang dihasilkan
3. Partikel tertahan keluar
Parameter yang perlu dikendalikan :
1. Temperatur
2. Kelembaban
3. Tekanan
Tujuan :
menjaga agar kontaminasi partikel dan mikroorganisme
terjadi seminimal mungkin
Pelarutan dan
• Pencampuran/Pelarutan obat yang tidak
menyebabkan inkompatibilitas
Pencampuran
(Rekonstitusi)
Cara Penyuntikan • Rute dan Lama Penyuntikan
Kontaminasi (menurut WHO) “bahan cemaran yang tidak diinginkan (mikroba, kimia,
bahan asing) di dalam bahan awal selama proses sampling, produksi, pengemasan
atau pengemasan ulang.”
Kontaminasi Silang (menurut WHO) “kontaminasi terhadap bahan awal, produk jadi
dengan bahan awal lain atau produk lain selama proses produksi.”
Pengetahuan yang diperlukan
Larutan Hipotonik : Jika Tekanan osmotic cairan < Tekanan osmotici plasma
darah, maka cairan bersifat hipotonik terhadap plasma darah. Hal ini
menyebabkan net aliran pelarut air dari cairan ke plasma darah. Akibatnya
sel darah merah akan menggembung dan dapat pecah.
Contoh Na Cl 0,45 %
pH larutan: derajat keasaman dan kebasaan suatu
larutan
◦Larutan asam: pH < 7
◦Larutan basa/alkali: pH > 7
lama
Untuk individual pasien
Tujuan:
a) Menjamin sterilitas larutan
b) Meminimalkan kesalahan pengobatan
c) Menjamin kompatibilitas dan stabilitas
d) Menghindari pemaparan zat berbahaya
e) Menghindari pencemaran lingkungan
f) Meringankan beban kerja perawat
g) Penghematan biaya penggunaan obat
Sitostatika
Nutrisi Parenteral (TPN)
I.V. admixture (Pencampuran obat suntik intravena)
Dibutuhkan pengenceran sebelum
digunakan
Membutuhkan waktu pemberian yang
lama
perlu individualisasi dosis
Dikerjakan di dalam laminar air flow
cabinet/hood
Petugas harus mendapatkan
pelatihan khusus
Menggunakan pakaian khusus
Ada Protap pemeliharaan alat, membersihkan,
disinfeksi di daerah aseptic dispensing
Semua produk dan alat harus dalam keadaan
steril
Gunakan teknik ‘no-touch’, yaitu tidak
menyentuh bagian/area yang dapat
terkontaminasi bakteri, contoh: jarum, ujung
syringe, tutup vial.
Kontaminasi mikrobiologis di daerah kritis
harus dimonitor
Hindari gerakan tangan yang tidak perlu di
dalam LAF hood untuk mengurangi aliran udara
turbulens
Limbah yang berlebihan harus dibuang keluar
LAF hood
Jangan mengeluarkan tangan dari LAF hood
selama pengerjaan. Jika tidak dapat
dihindari, seka sarung tangan dengan
alkohol 70% sebelum dimasukkan kembali
ke LAF hood
MATERI KULIAH
IKIFA
TUJUAN PIO
MATERI KULIAH
IKIFA
MEMBERIKAN INFORMASI,
MENUNJUKKAN PERHATIAN,
MEMBANTU PASIEN,
SHARING KNOWLEDGE,
MENCEGAH
MATERI KULIAH
IKIFA
MANFAAT BAGI
PELANGGAN
MATERI KULIAH
IKIFA
MANFAAT BAGI
STAFF
FARMASI
MATERI KULIAH
IKIFA
SASARA
N
MATERI KULIAH
IKIFA
CAKUPA
N
MATERI KULIAH
IKIFA
URAIAN
KEGIATAN
MATERI KULIAH
IKIFA
10
MATERI KULIAH
IKIFA
ASPEK INFORMASI
OBAT
11
MATERI KULIAH
IKIFA
1. DESKRIPSI & KEKUATAN
OBAT
12
MATERI KULIAH
IKIFA
2. KHASIAT
OBAT
13
MATERI KULIAH
IKIFA
3. WAKTU
PENGGUNAAN
14
MATERI KULIAH
IKIFA
a. Obat dengan Frekwensi Pemakaian TInggi
15
MATERI KULIAH
IKIFA
b. Obat-Obat Yang Khasiatnya
Dipengaruhi/Mempengaruhi Makanan
16
MATERI KULIAH
IKIFA
b. Obat-Obat Yang Khasiatnya
Dipengaruhi/Mempengaruhi Makanan
17
MATERI KULIAH
IKIFA
c. Obat-obat yang berinteraksi dengan makanan
18
MATERI KULIAH
IKIFA
d. Obat-obat yang mempunyai efek tertentu
pada saluran pencernan
19
MATERI KULIAH
IKIFA
e. Obat-obat dengan khasiat khusus
20
MATERI KULIAH
IKIFA
4. CARA
PENGGUNAAN
21
MATERI KULIAH
IKIFA
4. CARA
PENGGUNAAN
22
MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT-OBAT YANG TIDAK BOLEH DIGERUS
23
MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT-OBAT YANG TIDAK BOLEH DIGERUS
24
MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT-OBAT YANG TIDAK BOLEH DIGERUS
25
MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT-OBAT YANG TIDAK BOLEH DIGERUS
26
MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT-OBAT YANG TIDAK BOLEH DIGERUS
27
MATERI KULIAH
IKIFA
5. DAMPAK GAYA
HIDUP
28
MATERI KULIAH
IKIFA
6. PENYIMPANAN (UNTUK
PASIEN)
29
MATERI KULIAH
IKIFA
6. PENYIMPANAN (UNTUK
PASIEN)
30
MATERI KULIAH
RANTAI VAKSIN : SUHU 2 - 8°C
31
MATERI KULIAH
IKIFA
MASA SIMPAN VAKSIN BELUM DIPAKAI
32
MATERI KULIAH
IKIFA
PENYIMPANAN VAKSIN
33
MATERI KULIAH
IKIFA
PENYIMPANAN VAKSIN
34
MATERI KULIAH
IKIFA
KESALAHAN PENYIMPANAN VAKSIN
35
MATERI KULIAH
IKIFA
KESALAHAN PENYIMPANAN VAKSIN
36
MATERI KULIAH
IKIFA
SIMBOL B3
37
MATERI KULIAH
IKIFA
SIMBOL B3
38
MATERI KULIAH
IKIFA
PENYIMPANAN (Supervisi di Unit Pelayanan)
39
PENYIMPANAN (Supervisi di Unit Pelayanan)
40
MATERI KULIAH
IKIFA
PENYIMPANAN (Supervisi di Unit Pelayanan)
41
MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT LASA
42
MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT LASA
43
MATERI KULIAH
IKIFA
PENYIMPANAN OBAT LASA
44
MATERI KULIAH
IKIFA
OBAT HIGH ALERT & LASA
45
MATERI KULIAH
IKIFA
7. INTERAKSI
POTENSIAL
46
MATERI KULIAH
IKIFA
7. INTERAKSI
POTENSIAL
47
MATERI KULIAH
IKIFA
7. INTERAKSI
POTENSIAL
48
MATERI KULIAH
IKIFA
7. INTERAKSI
POTENSIAL
49
MATERI KULIAH
IKIFA
8. EFEK SAMPING
50
MATERI KULIAH
IKIFA
8. EFEK SAMPING
51
MATERI KULIAH
IKIFA
ALAT BANTU PIO
52
MATERI KULIAH
IKIFA
53
MATERI KULIAH
IKIFA
KENDALA
54
MATERI KULIAH
IKIFA
KENDALA
55
MATERI KULIAH
IKIFA
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
56
MATERI KULIAH
IKIFA
MATERI KULIAH
IKIFA
PENGELOLAAN OBAT KANKER YANG AMAN
SAFE HANDLING
CYTOTOXIC/SHC
PENDAHULUAN
Prosedur penanganan obat kanker yang aman dan perlu
dilaksanakan untuk mencegah risiko yang tidak
diinginkan
Risiko yang tidak diinginkan dapat terjadi pada proses
transportasi, penyimpanan, pendistribusian, preparasi, dan
pemberian obat kanker.
Potensial paparan pada petugas pemberian sitostatika telah
banyak diteliti
Introduction
⚫ Pencampuran sediaan steril harus memperhatikan perlindungan produk
dari kontaminasi mikroorganisme;
⚫ Sedangkan untuk penanganan sediaan sitostatika selain kontaminasi
juga memperhatikan perlindungan terhadap petugas, produk dan
lingkungan.
3 1/ 3/ 202
2
Introduction
⚫ Penanganan sediaan sitostatika yang aman perlu dilakukan secara disiplin
dan hati-hati untuk mencegah risiko yang tidak diinginkan, karena sebagian
besar sediaan sitostatika bersifat:
⚫ Karsinogenik yang berarti dapat menyebabkan kanker.
⚫ Mutagenik yang berarti dapat menyebabkan mutasi genetik.
⚫ Teratogenik yang berarti dapat membahayakan janin.
4 1/ 3/ 202
2
Introduction
⚫ Kemungkinan pemaparan yang berulang terhadap sejumlah kecil obat-obat
kanker akan mempunyai efek karsinogenik, mutagenik, dan teratogenik yang
tertunda lama di terhadap petugas yang menyiapkan dan memberikan obat-
obat ini.
5 1/ 3/ 202
2
Beberapa resiko penanganan obat kanker
Tahun 1948 kecurigaan obat sitostatika bersifat karsinogenik , mutagenik dan teratogenik .
Tahun 1981 , laporan Internasional Agency for Research on Cancer (IARC) sitostatika gol
zat
alkilasi : cyclophosphamide , melphalan , chlorambucil, cisplatin dan doxorubicin
menyebabkan
karsinogenik .
Falck dkk, th.1979 melaporkan bahwa perawat yang bekerja pada ward kemoterapi tanpa
perlindungan yang memadai menunjukkan aktivitas mutagenik yang signifikan setelah
bekerja tanpa BSC .
Tahun 1983 Sotaniemi, dkk. Melaporkan adanya kerusakan liver pada 3 orang perawat
yang
bekerja pada ward oncology.
Di dua rumah sakit di Italy telah dilakukan penelitian ditemukan cyclophosphamide dan
ifosfamide dalam urine perawat dan staf
farmasi yang tidak mengikuti peraturan khusus dalam menangani obat obat kanker.
Lim.S., 1998, Princess Margareth Hospital, Menghitung penghematan biaya obat sebesar $
250.000/ tahun dan penghematan waktu perawat sebesar 330 jam/ bulan.
Taxis,K.,Barber,W.,2003, terdapat 249 kesalahan perawat dalam penyiapan obat iv dari
430 sediaan iv baik dalam hal preparation maupun pemberian kepada pasien
% PETUGAS DENGAN URIN POSITIF CP &
IP
Pada suatu RS besar di Italia
dilakukan penelitian terhadap
sampel urin pekerja (n=16, 7
preparasi, 9 administrasi)
yang melakukan preparasi dan
administrasi obat sitostatik.
Durasi kerja selama 2-4 tahun
Turci, R., Sottani, C., Ronchi, A. and Minoia,
C. (2002). Biological monitoring of hospital
personnel occupationally exposed to
antineoplastic agents.
Toxicology Letters, 134(1-3), pp.57-64.
ALL
ANTINEOPLASTIC
JENIS
PAPARAN
INCIDENCE OF PREPARATION ERRORS
Incidence of preparation errors: 5% of compounded
solutions
PERAN farmasi
a. Merencanakan regimen dosis obat
kemoterapi
⚫ Menghitung dosis obat kemoterapi
⚫ Menyesuaikan dengan kondisi pasien
b. Melakukan penanganan obat sitostatika
⚫ Perencanaan dan pengadaan
⚫ Penyimpanan dan distribusi
⚫ Penyiapan dan pencampuran
⚫ Penanganan tumpahan dan kecelakaan ke
⚫ Pengelolaan limbah
c. Monitoring dan evaluasi pasien kemoterapi
Potensi kesalahan dalam dispensing sitositika
Efek dari paparan sitostatika
⚫ Dermatitis kontak, atau reaksi alergi jika kulit terpapar.
⚫ Sitogenik dan mutagenik.
⚫ Abnormalitas jumlah sel darah.
⚫ Diekskresikannya obat atau metabolit obat pada urine.
⚫ Sakit perut, rambut rontok, lesi di hidung, mual muntah.
⚫ Kerusakan hati.
⚫ Perubahan kesuburan.
⚫ Keguguran dan kecacatan bayi jika terpapar pada wanita
hamil.
PRINCIPLE OF HANDLING CYTOTOXIC
Especially for cytotoxic/neoplastic drugs, we must protect the operator
from exposure the cytotoxic drugs (carcinogenic, mutagenic, oncogenic
etc)
Ruang antara
Ruangan yang dilalui sebelum memasuki ruang steril
Ruang steril
PERSYARATAN RUANG
STERIL
1) Jumlah partikel berukuran > 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000
partikel/ m3
2) Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
3) Suhu 18 – 22°C
4) Kelembaban 35 – 50%
5) Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter
6) Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari pada tekanan udara di
luar ruangan.
GAMBARAN DAERAH
KERJA
BSC (Biological Safety Cabinet)
Peralatan penunjang
a. Troley pengiriman
b. Spuit berbagai ukuran
c. Nedle 18 dan 21
d. Infus bag 100 cc, 250 cc, 500 cc
e. Kasa besar dan kasa kecil
f. Alumunium Foil
g. Chemoterapy preparation mats (alas
kemoterapi)
h. Chemoterapy disposible bag
i. Chemoterapy waste container
j. Chemoterapy spill kit
k. Chemocheck
CHEMOTERAPY SPILL KIT
1) Baju pelindung
2) Sarung tangan
3) Tutup Kepala
4) Masker
5) Emergency kit :
a. 500 ml larutan NaCl 0,9 %
b. 30 ml larutan pencuci mata
steril
c. 120 ml air sabun
d. 500 ml larutan chlorin 5 %
e. 500 ml H2O2 3 %
6) Format laporan kecelakaan
APD
PENYIAPAN
SITOSTATIK
A
Alat Pelindung Diri (APD) :
Untuk melindungi petugas dari
keterpaparan obat kanker, terdiri
dari :
1. Baju pelindung, harus berlengan
panjang dan bermanset, dengan
bahan bersifat dapat menahan
penetrasi partikel tumpahan obat.
2. Sarung tangan terbuat dari latex yang
tebal dan tidak
berbedak. Dianjurkan menggunakan
doubel sarung tangan.
3. Sepatu Boots dan cover shoes
4. Masker
5. Kacamata
ALAT pelindung
diri
Alur pelayanan pasien kemoterapi
⚫ Pengadaan Obat hanya boleh dilakukan oleh Apoteker yang memiliki
SIPA
⚫ Pasien memperoleh protokol kemoterapi dan SEP dari dokter.
Pasien melakukan pemeriksaan darah lengkap
⚫ Pasien mengajukan kemoterapi ke depo aseptic dispensing.
Farmasi mengkonfirmasi jadwal kemoterapi dan ketersediaan
obat
⚫ Pasien mendaftarkan diri untuk perawatan inap
⚫ Pasien memperoleh obat-obatan premedikasi dan peralatan infus set
serta jarum dan spuit
PENGELOLAAN OBAT KANKER
Obat kanker menurut Per.Men.Kes.RI No.453Menkes/Per/IX/1983, termasuk
dalam golongan obat berbahaya, karena sifatnya yang karsinogenik, teratogenik
dan mutagenik, sehingga obat ini memerlukan penanganan khusus.
1. PENGADAAN
Surat pemesanan obat kanker dibuat dan ditandatangani oleh tenaga Apoteker yang berwenang.
2. PENERIMAAN
Penerimaan obat kanker dari supplier (PBF) dilakukan oleh tenaga
Apoteker/Asisten Apoteker yang berwenang, untuk kemudian diberi tanda khusus
baik Obat kanker oral maupun parenteral dengan label “Obat kanker” dan “tanda
bahaya” pada kotak pembungkusnya.
PENGELOLAAN OBAT KANKER
3. PENYIMPANAN
a. Disimpan secara terpisah dari obat lainnya.
b. Ada lembar MSDS (Material Safety Data Sheet) dekat tempat penyimpanan obat.
c. Letak penyimpanan obat, minimal sejajar dengan mata atau lebih rendah, agar mudah terlihat
tanda berbahaya oleh petugas.
d. Tanda obat berbahaya pada kotak kemasan luar harus berada di sisi sebelah luar sehingga mudah
terlihat.
e. Bila perlu disimpan dalam lemari pendingin, maka masukkan dalam lemari pendingin yang
terpisah.
f. Bila tidak tersedia lemari pendingin tersendiri, maka obat kanker dimasukkan dalam wadah
tertutup dari bahan anti bocor dan disimpan bersama obat lainnya di lemari pendingin yang
sama.
g. Kerusakan pengemas maupun wadah harus ditangani dengan baik oleh petugas yang mengenakan
pakaian pelindung saat preparasi di ruangan.
Penyimpanan
⚫Penyimpanan sitostatika setelah dilakukan pencampuran
tergantung pada stabilitas masing masing obat > stabilitas 3-
72 jam
⚫Kondisi khusus penyimpanan:
a. Terlindung dari cahaya langsung, dengan menggunakan
kertas karbon/kantong plastik warna hitam atau aluminium
foil.
b. Suhu penyimpanan 2 – 8°C disimpan di dalam lemari
pendingin (bukan
freezer).
penyiapan
1. Periksa kelengkapan dokumen, prinsip 5 BENAR (benar pasien, obat,
dosis, rute, dan waktu pemberian)
2. Periksa kondisi obat-obatan yang diterima, lengkapi form permintaan
3. Konfirmasi ulang kepada pengguna
4. Hitung kesesuaian dosis
5. Pilih pelarut yang sesuai dan jumlah volume yang digunakan
6. Label obat: nama pasien, no RM, ruang perawatan, dosis, cara
pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal daluwarsa campuran
7. Lengkapi dokumen pencampuran
Label obat
citostatika
Formulir pelayanan kemoterapi
Proses penyiapan obat steril
Distribusi
Sediaan steril yang telah dilakukan pencampuran harus terjamin sterilitas dan
stabilitasnya dengan persyaratan sbb:
⚫ Wadah
Tertutup rapat dan terlindung cahaya.
Untuk obat yang harus dipertahankan stabilitasnya pada suhu tertentu, ditempatkan dalam
wadah
yang mampu menjaga konsistensi suhunya.
⚫ Waktu pengiriman
Prioritas pengiriman untuk obat obat yang waktu stabilitasnya pendek
⚫ Rute pengiriman
pengiriman sediaan sitostatika sebaiknya tidak melalui jalur umum/ramai untuk menghindari
terjadinya tumpahan obat yang akan membahayakan petugas dan lingkungannya
Distribusi
Pemusnahan
Definisi limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik meliputi sisa obat yg digunakan utk terapi pasien dan peralatan
yg
berhubungan dg preparasi, transport atau penghantaran obat sitotoksik
Contoh limbah sitotoksik
⚫ Syringe, ampul, vial
⚫ IV infusion sets dan wadah
⚫ Botol kosong bekas obat
⚫ Spill kit yg telah digunakan
⚫ APD yg telah digunakan saat rekonstitusi obat
Pemusnaha
n
Identifikasi Limbah
Seluruh kantong atau wadah yg digunakan utk mengumpulkan , menyimpan, transport atau
pembuangan limbah sitotoksik harus memenuhi syarat meliputi : berwarna ungu, diberi label
sitotoksik (simbol gambar telofase), dan diberi label “limbah sitotoksik”-musnahkandi insinerator
pd suhu 1100ºC.
Wadah Limbah
Limbah sitotoksik berupa benda tajam, misalnya syringe, vial, ampul, botol obat wajib diletakkan
pd wadah yg bersifat kaku, tahan thd kebocoran yg disegel atau ditutup dengsn rapat dan tidak
terakses oleh orang lain.
Pemusnahan dengan Insinerator
Limbah sitotoksik yg akan dimusnahkan wajib dipastikan keamanannya supaya tidak
mengkontaminasi lingkungan di sekitarnya. Insinerasi merupakan satu-satunya teknologi yang
dapat digunakan untuk memusnahkan limbah sitotoksik. Suhu yang direkomendasikan utk
pemusnahan yaitu 1100ºC
Edukasi untuk
Pasien/Keluarga
⚫Gunakan sarung tangan disposible, Jika sarung tangan
tidak tersedia gunakan tutup botol untuk mengambil
obat, hindari kontak langsung obat dengan kulit!
⚫Cuci pakaian pasien/ sprei terpisah dengan pakaian lain
⚫Double flush toilet setelah digunakan (dilakukan selama
4- 7 hari setelah pemberian kemoterapi oral)
⚫Kembalikan obat kemoterapi yang tidak digunakan,
rusak atau kadaluarsa ke Bagian farmasi
penutup
⚫Tenaga Kesehatan( Farmasi, Paramedis ) di Rumah Sakit
mempunyai tanggung jawab untuk melakukan penanganan
obat kanker yang aman dan benar
⚫Penanganan obat kanker yang aman dan benar dapat
mengurangi resiko paparan
Daftar acuan
1. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril.
Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan
RI.
2. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pencampuran Obat Suntik
dan Penanganan Sediaan Sitostatika. Jakarta: Ditjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI
3. Workplace Health and Safety Queensland. (2017). Guide for Handling
Cytotoxic Drugs and RelatedWaste. Queensland: Queensland Government.
K E S E L A M ATA N PAS I E N
“Patient
Safety”
⚫ Keselamatan Pasien diatur dlm :
- U U No. 29 Tahun 2004 Ttg
P raktik Kedokteran, Pasal 2.
-U U No. 36 Tahun 2009 Ttg Kesehatan,
Pasal 5 (2), Pasal 19, Pasal 54.
- U U No. 44 Tahun 2009 Ttg Rumah Sakit, Pasal
13 (3), Pasal 32 (e),(n) dan Pasal 43.
- Permenkes No.1691 Thn 2011 Ttg
Keselamatan Pasien Rumah
Sakit
- W H O (World Health Organization) dari
berbagai negara menyatakan, K T D dalam
pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit
sekitar 3-16 %
- Laporan I O M (Institute of Medicine), di
Amerika Serikat setiap tahun terjadi 48.000
hingga 100.000 pasien meninggal dunia akibat
kesalahan medis.
- Dari 1.292 RS di Indonesia hanya 60% yg
terakreditasi, blm semuanya menerapkan
standar perlindungan pasien.
- Pelaporan K T D di Indonesia ?
Keselamatan pasien (patient safety)
rumah sakit
adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman,dan
diharapkan dapat mencegah
terjadinya cidera.
Insiden adalah setiap kejadian yg tidak disengaja
dan kondisi yg mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dpt
dicegah pd pasien,
Terdiri dari
1. Kejadian Tidak Diharapkan,
2. Kejadian Nyaris Cedera,
3. Kejadian Tidak Cedera
4. Kejadian Potensial Cedera.
Tujuan Patiet Safety
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien
dan masyarakat;
3. Menurunnya KTD di RS
4. Terlaksananya program-program pencegahan shg
tidak terjadi pengulangan KTD.
Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat
KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien.
10
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI
PASIEN
11
WARNA GELANG
PASIEN
G E L A N G IDENTITAS
• Biru: Laki Laki
•Pink: Perempuan
G E L A N G PENANDA:
• Merah: Alergi
• Kuning: Risiko
Jatuh
• Ungu : Do Not
Resucitate
12
PETUGAS HARUS MELAKUKAN
IDENTIFIKASI PASIEN SAAT:
pemberian obat
pemberian darah / produk
darah
pengambilan darah dan
spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis
Sebelum
memberikan
pengobatan
13
Sebelum
SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI
YANG EFEKTIF
14
Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan
Terjadi pada saat:
Perintah diberikan secara lisan
Perintah diberikan melalui telpon
Saat pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis.
15
Perintah Lisan/Lewat Telepon
ISI PERINTAH
1. Tulis Lengkap NAMA LENGKAP DAN TANDA
TANGAN PEMBERI PERINTAH
2. Baca Ulang- NAMA LENGKAP DAN TANDA
Eja untuk TANGAN PENERIMA PERINTAH
TANGGAL DAN JAM
NORUM/LASA
3. Konfirmasilisa
n dan tanda
tangan
16
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN
OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH-
ALERT)
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)
17
⚫ Obat yg Perlu diwaspadai : obat yang
sering menyebabkan KTD atau
kejadian sentinel;
⚫ HIGH ALERT
⚫ ELEKTROLIT KONSENTRAT
⚫ NORUM/LASA (Nama Obat Rupa Ucapan
Mirip/Look alike sound alike)
⚫Rumah sakit
mengembangkan
suatu
pendekatan untuk
memastikan tepat-
lokasi, tepat-
prosedur, dan
19 tepat- pasien.
KEBIJAKAN VERIFIKASI
1. PRAOPERATIF :
Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dan dipampang dg
baik
3. Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau
implant 2 implant yg dibutuhkan
4. Tahap Time out :
1. memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan
diselesaikan
2. dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
3. melibatkan seluruh tim operasi
5. Pakai surgical safety check-list (WHO . 2009)
20
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI
TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN
21
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
22
⚫ Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai
penyebab cedera pasien rawat inap.
⚫ Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko
cedera bila sampai jatuh.
⚫ Evaluasi :
⚫ riwayat jatuh,
⚫ obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol
⚫ gaya jalan dan keseimbangan
⚫ serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.
23
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit :
1. membangun kesadaran akan nilai keselamatan
pasien;
2. memimpin dan mendukung staf;
3. mengintegrasikan aktivitas pengelolaan
risiko;
4. mengembangkan sistem pelaporan;
5. melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien;
6. belajar dan berbagi pengalaman tentang
keselamatan pasien;
7. mencegah cedera melalui implementasi sistem
keselamatan pasien.
Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre
for
Patient Safety, 2 May 2007), yaitu:
1. (Look-Alike, Nama
Perhatikan Sound-Alike Medication
Obat, Rupa Names).
dan Ucapan Mirip
2. Pastikan Identifikasi Pasien.
3. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima /
Pengoperan Pasien.
4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang
benar.
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (Concentrated).
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan
Pelayanan.
7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang
(Tube).
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand Hygiene) untuk
Pencegahan lnfeksi Nosokomial.
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip
(Look-Alike, Sound-Alike Medication Names) ;
Sebelum memberikan obat ke pasien, cek tujuan
pemberian obat pada resep / instruksi dokter/ rekam
medis pasien.
Sebelum memberikan obat ke pasien, cek kecocokan obat
yang akan diberikan dengan diagnosa medis pasien.
Pada obat yang hafal, label obat yang akan diberikan perlu
dibaca secara cermat, mengenali obat secara visual/fisik,
lokasi penyimpanannya dan melihat tanda spesifik lainnya.
Pisahkan penempatan dan penyimpanan obat yang mirip
(Norum) termasuk obat yang bermasalah.
Berikan penjelasan pada pasien atau keluarganya tentang
obat-obatan yang mirip nama dan bentuknya yang
kemungkinan dikonsumsi pasien.
2. Pastikan Identifikasi
Pasien
Cek ;identitas pasien dan mencocokannya dengan kebutuhan
perawatan pasien misalnya tindakan medis, laboratorium.
Digunakan minimal 2 jenis identitas (misalkan nama pasien dan
tanggal lahir) sebagai alat klarifikasi identitas pasien saat
pasien masuk atau pindah ke rumah sakit lain atau tempat
pelanan lainnya.
Terapkan standarisasi dalam identifikasi pasien sesuai prosedur
yang ada, misalkan gelang warna tertentu dengan ditulis nama
dan tanggal lahir.
Ada protokol identifikasi pasien dengan nama yang sama atau
pasien-pasien yang tidak diketahui namanya dan
mengikuti protokol tersebut.
3. Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima
/ Pengoperan Pasien ;
Lakukan operan pasien saat pergantian dinas jaga.
Lakukan operan dengan petugas tempat perawatan
selanjutnya saat pasien dipindahkan ke tempat perawatan lain
atau unit tindakan lainnya.
Baca ulang dokumen pasien saat operan dan dicermati dengan
teliti.
Saat operan cukup waktu bagi staf untuk bertanya dan
tidak ada interupsi saat operan.
Saat operan pasien dijelaskan dengan rinci dan benar
mengenai: status pasien, obat-obatan, rencana terapi, advance
directive (pernyataan keinginan pasien) dan semua
perubahan status pasien.
4. Pastikan Tindakan yg benar pd Sisi Tubuh yg benar;
Lakukan verifikasi dan memberi tanda sesuai rekam medis pada
anggota tubuh yang akan dilakukan prosedur delegasi seperti :
pemasangan gips atau prosedur operatif minor lainnya.
Libatkan pasien dalam setiap proses verifikasi preoperative untuk
mengkonfirmasi ulang.
Lengkapi data laboratorium, uji diagnostic, CT scan, Rontgen MRI
dan test yang relevan untuk verifikasi ketepatan pasien sebelum
pasien dioperasi.
Cocokan identitas pasien dengan jenis tindakan yang akan
dilakukan sesuai dengan rekam medis.
Lakukan serah terima pasien dengan menyertakan rekam medis
dan pemeriksaan penunjang kepada petugas kamar operasi atau
kamar tindakan.
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat
(Concentrated)
; di tempat yang terpisah dan terkunci dan
Cairan KCL disimpan
pemakaiannya didokumentasikan sebagai kendali pemakaian atau jika tidak
tersedia ruang khusus penyimpanan dan persiapan obat, maka hanya
perawat, dokter atau Apoteker yang berpengalaman yang diperbolehkan
menyiapkan obat ini.
Setelah KCL atau cairan konsentrasi lain disiapkan, dilakukan pengecekan
independen oleh staf yang berpengalaman dan terkualifikasi.
Tersedia protocol (ceklist) untuk cairan KCL/cairan konsentrasi lain
meliputi cara menghitung, kecepatan cairan dan jalur pemberian vena
yang tepat.
Pemberian KCL atau cairan konsentrasi lain dengan infuse pump atau
infuse mikro dirp set (60 tetes/ml) atau infuse set buret dan harus
sering dimonitor.
Cairan KCL atau cairan konsentrasi lain yang sudah disiapkan diberi
label
peringatan resiko tinggi sebelum digunakan.
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pd Pengalihan Pelayanan ;
Standarisasi pengumpulan dan dokumentasi semua obat yang
sedang digunakan pasien yang meliputi nama obat/ suplemen,
Dosis, frekuensi dan waktu dosis terakhir.
Perbaharui daftar obat jika terdapat order baru yang
dituliskan yang merefleksikan semua obat yang sedang
digunakan pasien.
Komunikasikan daftar obat kepada pemberi pelayanan
berikutnya kapanpun pasien dipindahkan, dipulangkan dan
berikan daftar obat saat pasien pulang.
Ajari pasien atau keluarga tentang penggunaan obat yang
aman, risiko obat baik secara tunggal atau kombinasi dan
beri akses informasi obat yang terjangkau dan relevan.
Anjurkan pasien untuk menyimpan obatnya di tas dan
membawanya jika berkunjung ke rumah sakit atau dokter.
7. Hindari Salah Kateter, Salah Sambung Slang /Tube ;
Tidak memperbolehkan staf non klinis, pasien dan keluarga
untuk menyambungkan atau melepas sambungan selang, bantuan
harus selalu ditujukan kepada staf klinis.
Beri label pada kateter yang berisiko tinggi (kateter arteri, epidural,
intratekal dan Hindari penggunaan kateter dengan injection port
pada peralatan ini.
Jelaskan jalur-jalur selang dan standar dasar masing-masing
jalur selang pasien disaat operan pasien.
Buat alur dasar untuk koneksi semua selang dan verifikasi ujung
selang sebelum membuat koneksi atau melepas sambungan atau
memberikan obat, cairan atau produk lain.
Lakukan training mengenai bahaya salah sambung selang
dan peralatan medis pada program orientasi dan
pengembangan berkelanjutan staf klinis.
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai ;
Atasan/ rekan kerja menganjurkan penggunaan peralatan
injeksi sekali pakai.
Ikut program training petugas kesehatan atau memanfaatkan
informasi dari rumah sakit tentang: pencegahan infeksi,
praktek injeksi yang aman, penanganan sampah benda tajam
yang aman dan penggunan tehnologi injeksi terbaru (sedikit
menggunakan jarum).
Identifikasi dan terapkan praktek penanganan sampah medis
yang aman.
Dukung pengadaan peralatan injeksi dengan system sedikit
tusukan.
Edukasi ke pasien dan keluarganya tentang alternative
penggunaan obat-obatan injeksi
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand Hygiene)
untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial ;
Atasan atau rekan kerja mempromosikan ketaatan melakukan
cuci tangan.
Tersedia wastafel dan sabun cuci tangan dengan air yang
mengalir untuk fasilitas cuci tangan disetiap sudut
ruang perawatan.
Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh,
melakukan
tindakan atau berkontak dengan cairan pasien.
Edukasi/penyuluhan bagi petugas kesehatan tentang tehnik
cuci tangan yang benar.
Buat informasi ke pasien dan keluarga tentang tehnik cuci
tangan yang benar dan pentingnya cuci tangan.
Pelaporan Insiden
⚫ Yang harus di laporkan
Kejadian yang sudah terjadi, potensi terjadi maupun
yang nyaris terjadi
AKADEMI FARMASI
IKIFA
Pemberian Nutrisi Parental
Definisi :
Pemberian nutrisi yang lengkap dan seimbang melalui infus intravena , bila tidak
memungkinkan diberikan secara oral / enteral
Tujuan :
⚫ Dukungan metabolisme
⚫ Mempertahankan maupun meningkatkan BB
⚫ Mempertahankan keseimbangan nitrogen
Indikasi pemberian nutrisi parenteral
1. Pasien yang sangat kekurangan gizi tanpa asupan oral lebih dari 1
minggu
2. Pankreatitis berat
3. Radang usus berat (Crohn’s disease dan ulcerative colitis)
4. Operasi usus yang ekstensif
5. Obstruksi usus kecil
6. Kehamilan (pada kasus mual dan muntah yang berat)
7. Pasien dengan cedera di kepala
Komponen nutrisi parenteral
Asam Micro
Ai Glukos Lema
Amin nutrien
r o a k
t
ENERGI
Pertimbangan Pemberian TPN
Alasan Utama Dimungkinkan
1. Pasien tidak dapat menerima 1. Setelah operasi besar tidak
makan per oral ada masalah dapat menerima makanan
di GIT (parenteral) 7 – 14 hari
2. Severe acute pancreatitis 2. Partial small bowel obstruction
3. Obstruksi total pada bowel 3. Muntah terus menerus
(usus besar)
Perawat
Penyiapan TPN
- Menghitung dan
Farmasi Pencam
membuat formula puran Pemeriksaan
Larutan dan Label
- Teknik Aseptik
TPN
- Stabilitas
Penyimpanan &
Pemberian
Monitoring
Pasien
Persiapan Pemberian Nutrisi
Parenteral
⚫ Catat BB pasien, tentukan status nutrisinya
⚫ Menilai akses vena
⚫ Periksa hasil laboratorium
⚫ Hitung kebutuhan elektrolit
⚫ Hitung kebutuhan cairan perhari
⚫ Hitung cairan yang tersedia untuk Nutrisi Parenteral
Peranan Farmasi dalam pelayanan
TPN
1. Membuat formula, menghitung rejimen
sesuai kondisi pasien sesuai resep dari dokter
2. Penyiapan TPN LAF ??
3. Menilai stabilitas dan ketercampuran
larutan nutrisi parenteral
4. Memberikan program pendidikan tentang nutrisi
parenteral
5. Berkoordinasi dalam pengaturan pemberian home
therapy nutrisi parenteral, bila dimungkinkan
6. Monitoring terhadap pasien :
- kadar gula darah
- sindrome refeeding :
Peningkatan elektrolit, abnormalitas
metabolik
gangguan jantung, hematologi
7. Pemantauan kondisi
dasar : harian : kadar gula
acak, FBC
rutin : 2 x seminggu LFT,
Albumin. tiap 2 minggu :
pemantuan kadar Zn
Prinsip Penyiapan Nutrisi
Parenteral
Aseptic No touch technic
Dispensing ??? ???
Two-in-One PN
▶ Two in one
Pemberian Lipid terpisah
Three in one
semua komponen TPN dicampur jadi
satu
Komposisi
TPN
1. Air
- kebutuhan normal 30-35 ml/kg/hari
- pasien dengan diare, muntah, demam
memerlukan jumlah air lebih banyak
2. Glukosa
- sumber karbohidrat
- diberikan glukosa pekat > 10%
melalui vena sentral(untuk menghidari
trombosis)
Harus mengadung fosfat 20 – 30
mmol/ hari
Fosforilasi glukosa (memberi energi
pada glukosa)
- Sumber kalori utama adalah Dektrose.
Otak dan eritrosit memerlukan glukosa setiap saat bila
tidak ada asupan terjadi glukoneogenesis
- Diperlukan Dektrose 6 gram/kg/hari untuk keperluan
energy basal 25 kkal/kg
- Asam amino dibutuhkan untuk regenerasi sel, sehingga
harus dipenuhi dulu kebutuhan kalori
1. Natrium Levoglutamin
- Asam amino ( Intravena)
- Untuk pasien yang membutuhkan tambahan glutamin
- Monitor SGOT, SGPT, keseimbangan asam basa
- KI : pada pasien ginjal dengan kreatinin > 25 ml/menit
dan pada pasien kelainan fungsi hati
- Dosis maksimun 2g/kgBB
Mikronutrient
▶Elektrolit
▶Vitamin
▶Mineral
Kebutuhan Cairan Normal
Perhari
▶ 3 – 10 kg : 100 ml/kg/hari
▶ 10 – 20 kg :
1000 ml + 50 ml/kg/hari untuk tiap kelebihan dari 10
kg
▶ 20 kg dan lebih :
1500 ml +20 ml/kg/hari untuk tiap kelebihan dari 20 kg
▶ ATAU 30-35 ml/kg BB / hari
Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi orang dewasa
dapat diperhitungkan dengan
memperhatikan faktor:
a. Laju metabolik basal adalah energi yang diperlukan
untuk memelihara fungsi tubuh dasarpada saat istirahat
b. Stress
c. Aktifitas
d. Sasaran nutrisi parenteral
Total Kebutuhan Energi
⚫Merupakan penjumlahan berbagai faktor :
- LMD + faktor stress + faktor aktivitas = kkal /
hari
⚫Penyesuaian penambahan atau pengurangan
untuk mencapai sasaran perubahan berat badan
( +/- ) hingga 1000 kkal
⚫Kurang akurat : 30 – 35 kkal/ kg /hari
Laju Metabolik Dasar (BEE)
1. Persamaan untuk memperkirakan laju
metabolik dasar