Anda di halaman 1dari 44

DIAGNOSIS ORT

ODONTIK
Pengertian Diagnosis
- Bahasa Yunani : “Dia” berarti melalui dan “gnosis” berarti ilmu
pengetahuan
- Istilah : penetapan suatu keadaan yang menyimpang dari keadaan
normal melalui dasar pemikiran dan pertimbangan ilmu pengetahuan.
- Untuk mendapatkan diagnosis secara tepat diperlukan ilmu
pengetahuan/ pengalaman empirik yang luas mengenai :
o Keadaan normal / standar normal : beserta variasi-variasinya yang
masih ditetapkan sebagai keadaan normal
o Bermacam-macam bentuk penyimpangan dari keadaan normal yang
dikatakan sebagai keadaan abnormal.
Diagnosis menurut Salzmann
(1950)
1. Diagnosis Medis (Medical Diagnosis) : diagnosis yang
menetapkan keadaan normal atau keadaan menyimpang
yang disebabkan oleh suatu penyakit yang membutuhkan
tindakan rehabilitasi
2. Diagnosis Orthodontik (Orthodontic Diagnosis) : diagnosis
yang menetapkan suatu keadaan normal atau kelainan/
anomali oklusi gigi-gigi (bukan penyakit yng membutuhkan
tindakan rehabilitasi
Diagnosis menurut Schwarz
1. Diagnostik Biogenetik (Biogenetic diagnosis) : diagnosis terhadap kelainan oklusi
gigi-geligi (maloklusi) berdasarkan atas faktor-faktor genetic atau sifat-sifat yang
diturunkan (herediter) oleh orang tuanya terhadap anak-anaknya.

2. Diagnosis Sefalometrik (cephalometric diagnosis) : diagnosis mengenai oklusi


gigi-gigi yang ditetapkan berdasarkan data-data pemeriksaan dan pengukuran pada
sefalogram (ronsen kepala)

3. Diagnosis Gigi-geligi
Diagnosis yaang ditetapkan berdasarkan atas hubungan gigi-geligi hasil pemeriksaan
secara klinis / intra oral atau pemeriksaan pada model studi
DASAR PENETAPAN DIAGNOSIS
KRITERIA DIAGNOSTIK KRITERIA DIAGNOSIS
ESENSIAL TAMBAHAN

1.Anamnesis & 1.Analisis Sefalometrik


Riwayat kasus 2.Analisis Elektromyografi
2.Pemeriksaan/ 3.Radiografi pergelangan
Analisis klinis tangan
3.Analisis Model Studi 4.Pemeriksaan
4.Analisis Fotometri Laboratorium
5.Analisis Foto
Rontgen
KAPAN MULAI MENDIA
GNOSIS ?
1. IDENTITAS PASIEN
-umur
 diastema gigi anterior anak 6 tahun karena masih masa pertumbuhan, malo
klusi bisa ke arah normal. Perawatan yang dapat dilakukan yaitu observasi.
-suku bangsa/ras
protrusif abnormal bagi ras caucasoid tetapi protrusif tingkat tertentu masih
normal untuk ras negroid dan mongoloid
-jenis kelamin
 pertumbuhan dentofacial (proses penulangan, erupsi gigi) lebih cepat seles
ai pada wanita

2. ANAMNESIS dan RIWAYAT KASUS


Cth : pasien klas II div 1 bisa disebabkan karena keturunan jika dilakukan ana
mnesis.
3. PEMERIKSAAN KLINIS
• Pasien dengan ukuran badan yang besar akan didiagnosis tidak normal apabila ukuran rahangnya kecil
• ukuran rahang pasien yang tidak seimbang dengan ukuran mesiodistal gigi, gigi-gigi akan tampak
berdesakan atau renggang, didiagnosis sebagai kasus maloklusi: gigi berieial (crowding) atau diastema
(spacing)
• Tipe profil pasien cembung, lurus atau cekung. normal-tidaknya tergantung kelompak ras pasien dan
tingkat keparahannya
• Ekstra oral : Bentuk muka, bentuk kepala, keadaan bibir, tinggi muka, posisi dan hubungan rahang
• Intra oral
a. Relasi molar dinyatakan dengan klasifikasi Angle.
b. Malrelasi gigi lainnya seperti: openbite. crossbite, deep overbite, scissor bite, Overjet berlabihan dll
c. Malposisi gigi seperti mésioversi, bukoversi, aksiversi, torsiversi, supraversi, transversi dil
4. ANALISIS STUDI MODEL

- Bentuk dan ukuran rahang


- Ukuran mesial distal gigi
- Bentuk dan ukuran lengkung gigi
- Penentuan relasi molar, malrelasi gigi, malposisi gigi
- Adanya kelaianan bentuk gigi , dll.

5. ANALISIS FOTO MUKA [ANALISIS FOTOGRAFI]

Analisis foto muka pasien dilakukan untuk mendiagnosis adanya abnormalitas mengenai
bentuk profil dan tipe muka pasien
6. Analisis Foto Rontgen

- Foto periapikal: untuk menetukan gigi yang tidak ada, apakah telah dicabut
impaksi atau agenesis. Untuk menentukan posisi gigi yang belum erupsi
terhadp permukaan rongga mulut berguna untuk menetapkan waktu erupsi,
Untuk membandingkan ruang yang ada dengan lebar mesiodistal qigi permanen
yng belum erupsi
- Panoramik: untuk menentukan keadaan gigi & jaringan pendukungnva secara
keseluruhan dalam satu RO foto, untuk menentukan urutan erupsi gigi, dll
- Bite wing: Untuk menentuken posisi gigi dari proyeksi oklusal.

7. Analisis Sefalometri:
- Pertumbuhan dan perkembangan serta kelainan kraniofasial
- Tipe muka / fasial baik jaringan keras maupun jaringan lunak
- Posisi gigi-gigi terhadap rahang
- Hubungan rahang atas dan rabang bawah terhadap basis kranium
MALOKLUSI ?

Jika salah satu atau beberapa


komponen oklusi mengalami
penyimpangan sehingga dapat
menyebabkan ketidakharmonisan
penampilan muka.
Contoh:
1. Maloklusi Angle Klas I DENGAN PROTR
USIF BIMAKSILER tipe SKELETAL dengan
malrelasi
- palatalbite (overbite 8mm)
- overjet berlebihan (6mm)
dan malposisi gigi individu
2. Maloklusi Angle Klas I tipe
dental dengan malrelasi
• Overjet besar (4,5 mm)
• Deep overbite (7 mm)
• Scissorbite : 14 terhadap 44,45
Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed
• Supraklusi gigi anterior : 11,12,13, 21,22,23 terhadap
31,32,33,41,42,43
Malposisi
Get gigi individual
a modern PowerPoint :Presentation that is beautifully designed

- Rotasi gigi :11,21,12


- Linguoversi : 13,24
Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed

- Infraversi : 18,28
Gigi 15 Get
telah dicabut karena karies, median line
a modern PowerPoint Presentation that is beautifully designed
tidak
segaris, atas bergeser ke kanan (3 mm) dan bawah normal
3. Maloklusi Angle Klas II divisi 1, subdivisi tipe dental dengan malrelasi :

• Overjet besar : (8 mm)


• Crossbite : 24 terhadap 34,34
• Malposisi gigi individual
• Labioversi : 11,21
• Mesiolabioversi : 13
• Supraversi : 23
• Mesioversi : 16
• Rotasi : 11,21,27
• Supraversi : 15
• Median line gigi rahang bawah bergeser ke kanan 1 mm, gigi 44 telah dicabut
karena karies
4. Maloklusi Angle klas III tipe dentoskeletal dengan
malrelasi :

 Crossbite gigi anterior : 11,12,13,21,22,23 terhadap


31,32,33,41,42,43
 Malposisi gigi individual :
Mesioversi dan rotasi : 14
Mesioversi : 15,24,25
Labioversi : 11,12,13,21,22,23
 Terdapat diastema diantara gigi 13,14,15,23,24,25
gigi 47 telah dicabut
5. Maloklusi Angle klas II divisi 1 tipe dental dengan malrelasi
gigi :

• Openbite gigi anterior : 11,12,13,21,22,23,31,32,33,41,42,43


• Crossbite gigi 16 terhadap 46
Malposisi gigi individual
• Linguoversi 12,22
• Infraversi 13
• Labioversi 11,21
Gigi 23 belum erupsi, prolonged retensi gigi molar dua decidui rahang
atas region kanan dan kiri, sisa akar gigi molar satu kanan rahang bawah
dan molar dua kiri rahang bawah
Persistensi gigi 14,15 dan gigi 12,22 berbentuk kerucut atau peg shaped
Dari beberapa contoh diatas dalam merumuskan diagnosis
secara sistematis ada beberapa tahapan yang harus diingat
dan cari datanya dari hasil pemeriksaan terdahulu :

1. Nyatakan Maloklusi Angle klas …. (lihat relasi gigi molar


pertama atas dan bawah)
• Klas I,II atau III
• Divisi 1,2 Add Text
Simple PowerPoint
• Subdivisi
• Tipe dental, skeletal atau dentoskeletal (dengan melihat
analisis profil Simon)
2. Nyatakan kelainan relasi / malrelasi gigi lainnya
- openbite
- edge to edge
- shalowbite
- overbite normal (2-4 mm)
Relasi gigi dalam arah anteroposterior dan lateral (fasiolingual) :
- overjet besar/ berlebihan (>4 mm)
- overjet normal (2-4 mm)
- overjet kecil (<2mm)
- edge to edge bite (0 mm)
- crossbite (gigi anterior atau posterior)
- scissor bite
3. Nyatakan kelainan/ anomaly posisi/ malposisi gigi individual:
• Labioversi/bukoversi
• Linguoversi/palatoversi
• Torsiversi/rotasi
• Distoversi
Text Here Text Here Text Here Text Here
• Mesioversi
• Supraversi
• Infraversi
Your Text Here Your Text Here Your Text Here Your Text Here
• Transversi
Get a modern Get a modern Get a modern Get a modern
PowerPoint PowerPoint PowerPoint PowerPoint
• Aksiversi
Presentation that is Presentation that is Presentation that is Presentation that is
beautifully designed. beautifully designed. beautifully designed. beautifully designed.
• Mesiolabioversi (kombinasi)
4) Menyatakan kelainan-kelainan lainnya yang masih ada:
-Diastema
-Median line gigi tidak segaris
-Tidak ada gigi
-Kelainan morfologi Text Here
Text Here Text Here Text Here

-Prolonged retention / persistensi


-Premature extraction
Your Text Here Your Text Here Your Text Here Your Text Here
-Adanya sisa akar yang
Get a modern tertinggal Get a modern
Get a modern Get a modern
PowerPoint PowerPoint PowerPoint PowerPoint
Presentation that is Presentation that is Presentation that is Presentation that is
beautifully designed. beautifully designed. beautifully designed. beautifully designed.
Macam Tipe Maloklusi
Oklusi statis : kontak permukaan oklusal gigi-gigi rahang
bawah teradap antagonisnya.
Oklusi dinamis : pergerakan menutup mandibula dari
posisi istirahat sampai permukaan oklusal gigi-gigi
rahang bawah berkontak dengan antagonisnya dan
kondilus berada pada posisi paling posterior dalam
persendian temporomandibular.
Oklusi dibagi menjadi:
1. Oklusi sentrik
2. Oklusi eksentrik
3. Rest posisi
Menurut Andrew oklusi normal terjadi jika semua komponen oklusi
dalam keadaan seimbang yang ditandai dengan :
• Relasi gigi molar pertama kelas I Angle
• Angulasi/kemiringan labiolingual normal
• Inklinasi /kemiringan mesiodistal normal
• Gigi berkontak rapat/tidak ada space
• Tidak ada rotasi
• Kurve spee datar/tidak curam
Penentuan Tipe Maloklusi dapat dilakukan dengan :
a. Analisis Profil Klinis :
• Mengamati hubungan RA terhadap RB pasien, dengan bantuan
seutas benang yang diberi pemberat. Pasien diamati dari lateral
tegak lurus bidang sagital. Sebagai referensi, dalam keadaan
normal benang tersebut akan melewati permukaan labial gigi di
daerah sepertiga bagian distal lebar mesiodistal gigi kaninus dan
premolar pertama pada sisi distal kaninus bawah.
• Apabila bidang orbital pasien berada di distal posisi normal, maka
posisi maksila atau mandibula pasien protrusif dan bila ada di mesial
posisi normal maksila atau manidula pasien retrusif
• Posisi maksila dan mandibula pasien dapat ditentukan dengan
mengamati bagian depan maksila (Subnasale/sn) dan bagian depan
depan mandibula (Pogonion/pog) terhadap bidang yang melalui titik
glabella tegak lurus FHP.
B. Analisis Gnatostatik Model c. Analisis model studi :
• Model gigi dibuat dan dikonstruksi • Posisi bidang orbital pada studi model
dengan alat gnatostaat. Posisi bidang dpt ditransfer dari hasil pengamatan
orbital pada model dapat ditentukan langsung scra klinis. Kemudian ditandai
dengan membuat garis sesuai dengan pada permukaan labial/bukal gigi pada
posisi bidang orbital pasien,kedua model dan pada tepi lateral boksing
sudut samping depan kanan dan kiri kemudian model ditriming utk
boxing model RA tepat pada posisi membentuk sudut depan lateral
bidang orbita pasien (garis simon). boksing.
• Penentuan posisi maksila dtentukan • Kemudian tentukan posisi maksila dan
dngn mengamati posisi 1/3 distal gigi C mandibula, dapat dilakukan dengan
atas thp tepi lateral depan boxing menetapkan posisi bidang orbital pasien
(bidang orbital). :
• Posisi mandibula dpt ditentukan  bila melewati daerah 1/3 distal
dngn mengamati posisi interdental gigi permukaan labial gigi C atas posisi
C dan P1 bawah thp tepi lateral depan maksila normal.
boksing (bidang orbital). a. Bila berada didistalnya posisi maksila
maka protrusi.
Ianjutan analisis model studi
- Posisi mandibula ditetapkan dengan mengoklusikan model RA/RB
secara sentrik,amati posisi bidang orbital pasien pada gigi-gigi
bawah,bila melewati daerah interdental gigi C dan P1 bawah tepat
pada sisi distal gigi C posisi mandibula normal. Bila garis simon
(bidang orbital) berada di distal maka posisi mandibula protusif
dan bila berada didepannya (mesial) maka posisi mandibula
retrusif.
- Bila posisi maksila dan mandibula kedua berada pada :
a. posisi normal  profil pasien ortognatik
b. protrusif  profil pasien bimaksiler prognatism
c. Retrusif  profil pasien bimaksiler retrognatism.
d. Analisis foto profil :
- Dengan memakai garis tegak lurus bidang FHP melalui titik glabela
(G) sebagai referensi , posisi maksila ( titik subnasale/Sn) dan
Add Text
mandibula (titik pogonion/Pog) ditetapkan terhadap garis referensi G
Simple PowerPoint
⫠ FHP :

e. Analisis sefalometrik :
- Analisis simon : denga menarik garis tegak lurus FHP
melalui titik orbital (Or) sampai memotong permukaan
labial gigi C atas pada sefalogram lateral. Pengamatan
pada analisis dengan metode Simon ini dilakukan dari dua
arah yaitu lateral (variasi anterior-posterior dan
variasi vertical ) dan arah frontal ( variasi lateral dan
variasi vertical).
2.Analisis Steiner dengan mengukur besar
• Sudut SNA (normal 82), >82 Maksila Protrusif,
<82 maksila retrusif
• Sudut SNB (Normal 80), >80 mandibula protrusif , <80
mandibula retrusif
• Sudut ANB :
 Bila titik A di depan titik B (Normal rata rata 2): Klas I
skeletal/ortognatik
 Bila titik A jauh didepan titik B(>>2/positif) : Klas II
Skeletal/retrognatik
 Bilatitik A jauh dibelekang titik B (<<2/negatif) : Klas III
skeletal/prognatik
Dengan cara tersebut , posisi RA dan RB dalam hubungan terhadap
bidang referensi untuk menentukan tipe skeletal.apakah termasuk
relasi skeletal kelas I,II,atau III

A. Pada relasi skeletal Klas I (Ortognatik)


• posisi mandibula dan maksila normal
• relasi gigi molar pertama atas dan bawah klas I Angle(neutroklusi) dan gigi geligi
lainnya terhadap gigi antagonis normal (oklusi normal)
jika relasi gigi molar 1 kelas I,tapi ada gigi lain yg maloklusi / malrelasi :
maloklusi klas I Angle tipe dental
jika relasi gigi molar 1 ditoklusi tanpa atau dengan malrelasi / malokusi:
maloklusi klas II tipe dental
jika Maloklusi klas II angle disertai protrusif gigi anterior atas :
maloklusi Klas II Angle divisi 1 tipe dental
jika maloklusi klas II angle disertai retrusif gigi anterior atas:
Maloklusi klas II angle divisi II tipe dental
jika relasi gigi molar Klas I dan II hanya satu sisi unilateral maka
klasifikasi maloklusi dilengkapi subdivisi
B. Pada Relasi Skeletal klas I (Retrognatik)
o posisi maksila lebih prorusif atau mandibula lebih ke
belakang dari posisi normal (retrusif)
o jika posisi gigi gigi terhadap masing masing rahangnya
normal maka relasi gigi bawah terhadap gigi atas disoklusi
karena gigi tersebut terletak pada rahang yg hubungannya
retrognatik,hub gigi molar I atas dan molar I bawah Klas
II: maloklusi klas II tipe skeletal.
o dan jika maloklusi klas II diikuti malposisi gigi anterior
berupa protrusif gigi anterior atas : maloklusi klas II angle
divisi 1
• Dalam keadaan retrusif maka kasus iniadalah:
maloklusi klas II Angle divisi 2
• Jika M1 pertama atas dan atau bawah tidak
normal terhadap masing-masing rahangnya ada
beberapa kemungkinan relasi gigi molar
• Jika M1 atas distoversi dan atau M1 bawah
mesioversi, dapat mengkompensasi deskrepansi
hubungan rahang yang retrognatik maka relasi
molar pertama menjadi neutrooklusi->
maloklusi klas II Angle tipe dentoskeletal
• Malposisi gigi molar tersebut tidak dapat
mengkompensasi diskrepansi hubungan
rahangnya maka relasi gigi molar tetap
distooklusi maka -> maloklusi klas II Angle
tipe dento- skeletal
• Malposis gigi M1 atas mesioversi dan atau
M1 bawah distoversi makaha hubungan M1
atas dan bawah akan semakin ekstrem ->
maloklusi klas II Angle tipe dentoskeletal
C.Pada Relasi Skeletal Klas III (Progna
tik)
Posisi maksila lebih ke belakang (retrusif) dan atau posisi
mandibula lebih ke depan terhadap posisi normalnya (protusif)
Jika posisi gigi-gigi terhadap masing-masing rahangnya
normal,maka relasi gigi molar pertama atas dan bawah menjadi
mesio oklusi pada rahang yang prognatik sehingga kasus
inididiagnosis sebagai maloklusi klas III Angel tipe skeletal
 Jika posisi gigi terhadap masing-masing rahangnya tidak normal
maka dapat terjadi beberapa kemungkinanan hubungan gigi molar
pertama atas dan bawah :
• Posisi M1 atas mesiooklusi dan atau gigi M1 bawah distooklusi
dapat mengkompensasi hubungan rahang yang prognatik->
maloklusi klas I Angle tipe dento skeletal
• Malposisi gigi molar tidak dapa mengkompensasi diskrepansi
hubungan rahangnya, maka hubungan relasi gigi molar tetap
mesiooklusi -> maloklusi klas III Angle tipe dentoskeletal
• Malposisi M1 atas distoversi dan atau M1 bawah mesioversi,
maka hubungan gigi tersebut akan semakin ekstrem -> maloklusi
klas III Angle tipe dentoskeletal
D. Relasi Rahang Atas dan Rahang Bawah Keduanya Tidak
normal pada arah yang sama Bimaksiler)

 Jika posisi maksila dan mandibula keduanya pada


posisi ke depan maka maloklusi ini disebut sebagai tipe
prognatik bimaksiler(bimaxillary prognatism)
 Jika posisi maksila da mandibula kedua-duanya pada
posisi ke belakang maka maloklusi ini disebut sebagai
tipe retrognatik bimaksiler (bimaxillary prognatism)
Analisis Skeletodentofasial Untuk Menentukan
Diagnosis

 Komponen pembentuk oklusi meliputi:


1) Komponen skeletal yang berupa tulang rahang
2) Komponen dental yang terdiri dari atas gigi atas dan bawah yang dapat
dianalisis dari 2 aspek, yaitu :
a. Gigi dipandang sebagai satu kesatuan yang membentuk lengkung gigi
atas dan bawah
b. Aspek individual/elemen dari tiap gigi
3) Komponen fasial/profil yang dibentuk oleh skeletal, dental, dan jaringan lunak
(untuk mengetahui profil, maka perlu ditambah dengan analisa jaringan lunak)
Pengamatan tersebut dapat dianalisis
secara 3 dimensi dari :
– Relasi
40% antero-posterior : dilihat dari lateral
pasien, oklusal model studi
– Relasi vertikal : dilihat dari frontal/depan
Content Here
pasienYou can simply impress
60% your audience and add a

– Relasi lateral : dilihat dari lateral, oklus model


unique zing. Get a modern
PowerPoint Presentation
that is beautifully designed.
studi
Analisi Tulang Rahang (Skeletal Analis
is)
Dapat diperoleh dengan melihat:
55% maksila-basis kranium
– Posisi
– Posisi mandibula-basis kranium
– Relasi
This PowerPoint Templatemandibula-maksila
has clean
and neutral design that can be
adapted to any content and meets
various market segments. This
PowerPoint Template has clean and
neutral design that can be adapted to
any content and meets various
market segments.
Metode Analisi Lengkung Gigi/ Dental
Arch Analysis
 Metode analisi ini diperleh dengan cara mengamati:
– Posisi lengkung atas terhadap basal(dasar RA)
– Posisi lengkung bawah terhadap basal (dasar RB)
– Posisi lengkung atas terhadap bawah
a) Metode Pont
• Dapat dilihat dari model studi
A. Metode pont
 dapat dilihat dari model studi
 merupakan metode analisis lateral
lengkung gigi
 diperoleh dengan cara mengukur lebar inter
P1 dan M1 (apakah normal, distraksi, atau
kontraksi)

B. Metode Korkhaus
merupakan metode analisis antero-posterior
terhadap lengkung gigi (inter P ke puncak
lengkung gigi), lengkung basal (inter P ke puncak
lengkung basal, dan inklinasi gigi anterior.
- Untuk mengukur tinggi lengkung gigi, tinggi lengkung basal (apakah
normal, protaksi, atau retraksi), inklinasi gigi anterior (apakah normal,
proklinasi, atau retroklinasi)
- Pada keadaan normal, tinggi lengkung gigi lebih besar dari pada
lengkung basal (2-4 mm). Bila lebih besar dari 2-4 mm, maka gigi dapat
disebut protrusive begitupun sebaliknya.

C. Metode Howes
- Untuk mengukur lebar lengkung gigi, lebar lengkung basal, dan inklinasi
gigi posterior.
- Merupakan analisis lateral terhadap lengkung gigi, lengkung basal, dan
inklinasi gigi posterior
- Normalnya lengkung basal: lengkung gigi adalah 44% : 43%
Alur Hubungan Pemeriksaan, Penentuan Diagnosis & Perawatan
Ortodontik
Alhamdulillah
TERIMAKASIH !
Semoga berkah dan bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai