Anda di halaman 1dari 16

Langkah Langkah

Menyusun Perjanjian
Kerjasama
Fisip
Hubungan Internasional
• Karakteristiknya berbeda dengan kontrak/perjanjian privat.
• Dalam perjanjian/kontrak privat bentuk perjanjian dibebaskan
penuh kepada para pihak.
• Dalam perjanjian/kontrak publik bentuk perjanjiannya
terbatas karena adanya mekanisme hukum publik yang
membatasi ruang dan gerak pemerintah dalam melaksanakan
perjanjian termasuk mengatur substansi yang harus diatur
dalam perjanjian publik.
A. Tahapan Menyusun
Perjanjian/Kontrak Publik
• Perlu perencanaan matang.
• Mengetahui tahap-tahap yang dilalui.
Tahapan-tahapan dalam penyusunan perjanjian/kontrak publik :
1. Tahap pra kontrak
2. Tahap penyusunan
3. Tahap pasca penyusunan
1. Tahap Pra Perjanjian/Kontrak
• Melakukan negosisasi awal
• Para pihak membuat nota, resume pembicaraaan atau intisari
dari hal yang telah dibicarakan & telah disepakati.
• Hal mana biasa dilakukan o/ pemerintah sekalipun melakukan
perjanjian dengan pihak selain pemerintah.
Tahapan Pra Kontrak
a. Identifikasi Peraturan Perundang-undangan
Dasar hukum : Perpres No. 54 Tahun 2010 jo Perpres No. 4 Tahun
2015 tentang Pengadaan Barang & Jasa Pemerintah.
Termasuk Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2007 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah.
b. Negosiasi
Dilakukan sebelum kontrak disusun / sebelum melakukan
perbuatan hukum yang menimbulkan hubungan antara para
pihak.
Sasaran negosiasi adalah kesepakatan.
c. Pembuatan Nota Kesepahaman/Memorandum of
Understanding (MoU)
• Dibuat setelah proses negosiasi selesai dilaksanakan.
• Fungsinya untuk mencatatkan atau mendokumentasikan hasil
negosiasi awal ke dalam bentuk tertulis.
• Mou belum merupakan kontrak, tetapi berperan penting
sebagai pegangan untuk melakukan negosiasi lanjutan atau
sebagai dasar untuk melakukan studi kelayakan dan
pembuatan kontrak.
• Yang terpenting dalam MoU adalah pencantuman poin-poin
penting dari pembicaraan negosiasi yang sedang dilakukan.
Poin-poin tsb harus dirumuskan dengan jelas, sehingga pada
pertemuan selanjutnya terhindar dari hilangnya informasi &
salah masukan terhadap apa yang akan diputuskan.
• Setelah negosiasi selesai, para pihak mengkaji lebih lanjut
mengenai apa yg telah mereka sepakati untuk terikat dalam
suatu kontrak.
• Dengan demikian, poin-poin tsb dapat terinci dalam kontrak
dengan baik dan sempurna.
2. Tahap Penyusunan
Perjanjian/Kontrak
• Tahap dimana para pihak telah menuangkan poin-poin yang
menjadi kesepakatan dalam suatu kontrak yang dapat dibuat
sendiri (di bawah tangan) atau dibuat secara nota riil.
• Aspek-aspek utama dalam kontrak harus tercakup (ps 1320
bw) & dibuat selengkap-lengkapnya.
• Aspek-aspek yang belum diatur dalam kontrak akan
dibicarakan secara musyawarah.
• Apabila di tengah perjalanan kontrak terdapat selisih paham,
tetapi belum diatur mengenai hal tsb, maka akan digunakan
prinsip hukum umum yang ada di dalam kitab undang-undang
hukum perdata.
Beberapa hal yang harus dihindari saat penyusunan kontrak :

a) Kesalahan pengetikan atau penulisan (kesalahan


redaksional)
b) Kesalahan penulisan maksud dari para pihak
c) Bahasa yang menimbulkan makna ganda (ambiguitas)
d) Penggunanan bahasa yang tidak dimengerti oleh salah
satu pihak
e) Penggunaan bahasa yang tidak berlaku dalam sistim
hukum
f) Penggunaan kata atau kalimat yang berulang-ulang
g) Ketelitian dalam acuan pasal atau ketentuan
h) Kesalahan penyebutan identitas para pihak
i) Ketidakwenangan salah satu pihak yang
menandatangani
j) Ketidaklengkapan ketentuan dalam kontrak

Penulisan naskah kontrak, selain diperlukan


kejelian dalam menangkap berbagai keinginan para
pihak juga harus memahami aspek hukum dan
bahasa kontrak. Penggunaannya harus tepat,
singkat, jelas dan sistimatis.
3. Tahap Pasca Penandatanganan
Kontrak
• Harus memperhatikan hak & kewajiban masing-masing pihak
sehingga tidak menimbulkan kerugian dari salah satu pihak
terhadap pihak lainnya.
Hal-hal yang diperhatikan pasca penanda tanganan kontrak :
a. Keterlambatan pemenuhan kewajiban
b. Ketidakmampuan dalam memenuhi sebagian kewajiban
c. Ketidakmampuan dalam memenuhi semua kewajiban yang
tercantum dalam kontrak
• Bilamana terjadi hal demikian maka sebisa mungkin segera
menginformasikan kepada pihak lainnya agar pihak lain tidak
mempunyai alasan untuk tidak mengetahui keadaan dari pihak
yang tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut.
• Sebaliknya, harus diperhatikan hak-hak dari masing-masing
pihak, sehingga apabila salah satu pihak belum menerima apa
yang menjadi haknya, dapat segera diketahui dan
mengingatkan pihak lain untuk segera memenuhi
kewajibannya tersebut.
• Pemberitahuan kepada pihak yang belum memenuhi
kewajibannya adalah secara lesan maupun tertulis.
A. Adendum / Amandemen
Berisi hasil musyawarah para pihak atas aspek-aspek yang belum
tercover selama proses pelaksanaan kontrak/perjanjian.
B. Keadaan Kahar / Force Majeure/(rebus sic stantibus)
Pasal 1245 kuhperdata : debitur harus dihukum untuk mengganti
biaya, kerugian, dan bunga, bila tak dapat membuktikan bahwa
tidak dilaksanakannya perikatan itu disebabkan oleh suatu hal
yang tidak terduga, yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
kpdnya, walaupun tdk ada itikad buruk padanya,

Anda mungkin juga menyukai