Anda di halaman 1dari 54

Pendidikan Anti-Korupsi

Untuk Perguruan Tinggi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

Pengertian Korupsi 1
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Kompetensi Dasar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Pokok Bahasan
arti kata dan definisi korupsi secara
tepat dan benar; Pengertian Korupsi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan
sejarah korupsi dan
pemberantasan korupsi di
Sub Pokok Bahasan
Indonesia dengan benar; 1. Definisi Korupsi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan 2. Bentuk-bentuk Korupsi
bentuk-bentuk korupsi dan perilaku
koruptif dengan benar;
3. Sejarah Korupsi
4. Mahasiswa mampu membedakan
bentuk tindak pidana korupsi dan
perilaku koruptif;
5. Mahasiswa mampu menganalisis
perbuatan korupsi dan perilaku
koruptif di masyarakat;
6. Mahasiswa mampu mengevaluasi
dan memahami berbagai bentuk
tindak korupsi dan perilaku
koruptif.

Pengertian Korupsi 3
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DEFINISI
KORUPSI “KORUPSI” dari bahasa Latin
“corruptio” atau “corruptus”
“corruptio” dari kata “corrumpere”,
 “corruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda).

kebusukan, keburukan, kebejatan,


ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian

Pengertian Korupsi 8
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

DEFINISI
KORUPSI Di Malaysia dipakai kata
“resuah” dari bahasa Arab
“risywah”,
menurut Kamus umum Arab-
Indonesia artinya korupsi.

Risywah (suap) secara terminologis berarti pemberian yang diberikan


seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan
perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk
memperoleh kedudukan Semua ulama sepakat mengharamkan
risywah yang terkait dengan pemutusan hukum, perbuatan ini
termasuk dosa.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Pengertian Korupsi 9
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENGERTIAN
Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok,
1 memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan
sebagainya;

Korupsi artinya perbuatan busuk seperti


2 penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya;

3 Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.

Pengertian Korupsi 10
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENDAPAT PAKAR

corruptie adalah korupsi,


perbuatan curang, tindak pidana
yang merugikan keuangan
negara.

Subekti dan Tjitrosoedibio

Pengertian Korupsi 11
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

PENDAPAT PAKAR
menguraikan istilah korupsi dalam berbagai
bidang, yakni yang menyangkut masalah
penyuapan, yang berhubungan dengan
manipulasi di bidang ekonomi, dan yang
menyangkut bidang kepentingan umum.
Hal ini diambil dari definisi “financial
manipulations and deliction injurious
to the economiy are often labeled
corrupt”

Baharuddin Lopa mengutip


pendapat David M. Chalmers

Pengertian Korupsi 12
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Perbuatan korupsi menyangkut :

Sesuatu yang bersifat amoral,


Sifat dan keadaan yang busuk,
Menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah,
Penyelewengan kekuasaan dalam jabatan
karena pemberian,
Menyangkut faktor ekonomi dan politik dan
penempatan keluarga atau golongan ke
dalam kedinasan di bawah kekuasaan
jabatan.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN Pengertian Korupsi 15


Subjek dan Objek Tindak
Pidana Korupsi (Tipikor)
1. Ps. 2(1) UU.31/99 jo UU.20/01, subjek
tindak pidana korupsi
1.1. Pegawai negeri sipil-pejabat umum-
birokrat (ek,leg,yud.tmsuk tni-polri)
1.2. orang pribadi, Pegawai swasta
1.3. Koorporasi (PT,CV,FIRMA, RS)
Cat. 1.2 da 1.3 dpt jd subjek tipikor kalau aktif
sebagai pemberi suap (aktieve omkoping)
2. Objek Tipikor : kekayaan negara ( benda
bergerak, benda tidak bergerak, serta jasa)
PEMBAGIAN HUKUM
1. BERDASAR FUNGSI HUKUM
1.1. HUKUM MATERIIL
1.2. HUKUM FORMIL
2. BERDASAR ISI HUKUM*)
2.1 LEX SPECIALIS
2.2 LEX GENERALIS
3. PEMBAGIAN SCR KLASIK
3.1 HUKUM PUBLIK
3.2 HUKUM PRIVAT
PEMBAGIAN BERDASAR FUNGSI HUKUM
1.1 .
HUKUM MATERIIL yaitu peraturan2 yang
berisi perintah, larangan, hak dan kewajiban
missal Pasal 10 UU.20/01 Dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00
(tiga ratus lima puluh juta rupiah) pegawai
negeri atau orang selain pegawai negeri yang
diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau untuk sementara
waktu, dengan sengaja : (a). Menggelapkan, ……
(a). Menggelapkan, menghancurkan,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai
barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan
untuk meyakinkan atau membuktikan di muka
pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena
jabatannya; atau (b) Membiarkan orang lain
menghilangkan, menghancurkan, merusakkan,
atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta,
surat, atau daftar tersebut, atau (C)…
Membantu orang lain menghilangkan,
menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau
daftar tersebut
1.2. HUKUM FORMIL yaitu peraturan2
yang fungsinya menegakkan hukum
materiil dilanggar mis Fulan melanggar
Pasal 10 UU.20/01(SPT SLIDE 13), maka
fulan ditangkap polisi(tersangka)
disidang pengadilan tipikor (terdakwa) ,
fulan di vonis penjara 5 tahun, denda 200
juta (terpidana) . Proses ini diatur dlam
hokum materiil
PEMBAGIAN BERDASAR ISI HUKUM

2.1 LEX SPECIALIS, (i) KETENTUAN HUKUM KHUSUS


MENGANULIR (ii) KETENTUAN HUKUM UMUM, MIS (ii)
HUKUM UMUM KHUP (PS. 346, BARANG SIAPA ABORSI,
4 TH. PS. 349. JIKA DILAKUKAN OLH NAKES,
HUKUMNANYA DITAMBAH SEPERTIGNYA), (i) HUKUM
KHUSUS UU.36/09 PS. 75 JO 194 (10 TH DAN 10 M)
2.2 LEX GENERALIS : HUKUM YANG BERLAKU UMUM,
MIS DLM UU BIDAN TDK ADA PASAL YG MENGATUR TTG
GANTI RUGI JIKA BIDAN MELAKUKAN KESALAHAN
(DOLUS) DAN ATAU KELALAIAN(CULPA), MAKA KALAU
DIDUGA BIDAN MELAKUKAN SALAH DAN LALAI, YG
BERLAKU HUKUM UMUM (LEX GENERALSI) YAITU PSL.
58 UU 36/2009 : SETIAP ORG BERHAK MENDAPAT GANTI
RUGI ATAS KESALAHN DAN KELALAIAN YANG
DILAKUKAN NAKES(BIDAN), PERIKSA JUGA PS.66
UU29/04, PS. 46 UU RS.
PEMBAGIAN SCR KLASIK
I. HUKUM PERDATA
1.1 HK KEDOKTERAN (MEDICAL SERVICE)
1.2 HK PRIVAT,
1.3 HUKUM BISNIS,
1.4 HUKUM EKONOMI
II. HUKUM PUBLIK
2.1 HUKUM KESEHATAN (HEALTH CARE)
2.2 HUKUM PAJAK
2.3 HUKUM PIDANA
2.4 HUKUM ATAU UU KORUPSI
KARAKTERISTIK HUKUM PUBLIK
DAN HUKUM PRIVAT
PUBLIK PRIVAT
1.PARA PIHAK YG TERLIBAT 1.PARA PIHAK YANG TERLIBAT
DALAM HUKUM PUBLIK DALAM HUKUM PRIVAT ANTAR
NEGARA VS WN WN
2.HUKUM PUBLIK 2.HUKUM PRIVAT MELINDUNGI
MELINDUNGAN KEJAHATAN2& KEPENTINGAN PERSEORANGAN
PELANGGARAN KEPENTINGAN 3.HUKUM PRIVAT JIKA
UMUM, MASY LUAS DILANGGAR PENYELESAIANYA
3.HUKUM PUBLIK JIKA TERSERAH PARA PIHAK YG
DILANGGAR SANKSINYA BERPERKARA (MIS HUB PASIEN
TEGAS(DWINGENT RECHT- VS NAKES, SOLUSI MEDIASI
IMPERATIF), TDK ADA (PS.29 UU KES. PS.60(F) UURS
NEGOISASI 4.DELICT ADUAN
4.DELICT BIASA ( SPT UU
ANKOR)
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

BENTUK KORUPSI
Kerugian Keuangan Negara

Suap Menyuap

Penggelapan Dalam Jabatan

Pemerasan

Perbuatan Curang

Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan

Gratifikasi

Pengertian Korupsi 16
1. Kerugian Keuangan Negara

1. Melawan hukum melakukan perbuatan


memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi
2. Menyalahgunakan kewenangan, kesem-
patan atau sarana yang ada
3. Melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi
4. Menyalahgunakan kewenangan, kesem-
patan atau sarana yang ada kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada
URAIAN-
1. URAIAN KERUGIAN NEGARA
1. PASAL TTG KERUGIAN NEGARA
SIAPA PENYELENGGRA NEGARA (UU. 28/99
PENYELENGGARAN NEGARA BERSIH DARI KKN)
PASAL 1(1) UU.28/1999, PENYELENGGARAN NEGARA ADALAH
1.Pejabat negara pada lembaga negara (EK,LEGIS, YUD)
2.Menteri
3.Gubernur dan wakil
4.Hakim (pn,pt,ma)
5.Bupati-WAKI; walikota-wakil
6.Pejabat lain( kpl perwakilan ind di luar negeri, duta besar
luar biasa dan berkuasa penuh)
7.Pjbt lain yang mempunyai fungsi strategis : direksi-komisari
bumn,bumd, pimpinan bank ind, pimpina perguruan tinggi,
pejabat eselon 1, jaksa, penyidik, panitera pengadilan,
pimpinan dan bendahara proyek.
2.Bentuk Korupsi Suap-
menyuap
a. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
Pegawai Negeri atau penyelenggara
negara....dengan maksud supaya berbuat sesuatu
atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya;
b. Memberi sesuatu kepada Pegawai Negeri atau
penyelenggara negara.... karena atau berhubungan
dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan
dalam jabatannya;
c. Memberi hadiah atau janji kepada Pegawai
Negeri dengan mengingat kekuasaan atau
wewenang yang melekat pada jabatan atau
kedudukannya atau oleh pemberi hadiah/janji
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan
tersebut;
2.Bentuk Korupsi Suap-
menyuap lanjutan
d. Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang
menerima pemberian atau janji;
e. Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
menggerakan agar melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan
dengan kewajibannya;
f. Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau
disebabkan karena telah melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan
dengan kewajibannya;
2.Bentuk Korupsi Suap-
menyuap lanjutan
g. Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena
kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan
hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya;
h. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan
maksud untuk mempengaruhi putusan perkara;
i. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada advocat untuk
menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk
mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan,
berhubung dengan perkara;
j. Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan
untuk mempengaruhi putusan perkara;
2. Pasal 5 UU.20/2001 ttg SUAP-
MENYUAP
PASAL 5 UNDANG-UNDANG 20/2001, DIPIDANA
DENGAN PENJARA PALING SINGKAT 1(SATU) TAHUN
DAN PALING LAMA 5(LIMA TAHUN) DAN ATAU DENDA
PALING SEDIKIT Rp.50 JUTA DAN PALING BANYAK
RP.250 JUTA (A) SETIAP ORANG YANG MEMBERI ATAU
MENJANJIKAN SESUATU KPD PEGAWAI NEGERI ATAU
PENYELENGGARA NEGARA DENGAN MAKSUD SUPAYA
PEGAWAI NEGERI ATAU PENYELENGGARA NEGARA
BERBUATU SESUATU ATAU TIDAK BERBUAT SESUATU
DALAM JABATANNYA, YANG BERTENTANGAN DENGAN
KEWAJIBANNYA, ATAU
(CAT JONO KUROPSI TANGGAL 21 DESEMBER 2001 MAKA KENA SANKSI 50-250 JUTA SERTA
PENJARA 1 SD 5 TAHUN - INI ASAS LEGALITAS
2. Contoh Pasal 5 UU.20/2001 ttg SUAP-MENYUAP
PSL 5(1B). Setiap orang memberi sesuatu kpd
pegawai negeri atau penyelenggara negara
karena atau berhubungan dengan sesuatu yang
bertentangan denagn kewajiban, atau dilakukan
dalam jabatannya
PSL 5(2) Bagi pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud
dalam ayat(1) huruf (a) dan (b), dipidana dengan
pidana sama dengan yang dimaksud pasal (1)
3. Bentuk Korupsi : Penggelapan Jabatan
a. Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan
uang atau surat berharga yang disimpan karena
jabatannya, atau uang/surat berharga tersebut
diambil atau digelapkan oleh orang lain atau
membantu dalam melakukan perbuatan tersebut;
b. Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja memalsu
buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk
pemeriksaan adminstrasi;
3. Bentuk Korupsi : Penggelapan
Jabatan lanjutan
c. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang
ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus
menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan, merusakkan atau membuat tidak dapat
dipakai barang, akta, surat atau daftar yang digunakan
untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat
yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya;

d. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang


ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus
menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja
membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang,
akta, surat, atau daftar tersebut;
3. Bentuk Korupsi : Penggelapan
Jabatan lanjutan
e. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau untuk sementara waktu,
dengan sengaja membantu orang lain
menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau
membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat,
atau daftar tersebut;
f. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima pembayaran dengan potongan atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
3. Pasal 8 UU Tipikor ttg Penggelapan Jabatan
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 415KUHP (PNS atau orang lain yang diwajibkan untk seterusnya atau untu sementara menjalankan pekerjaan umum,
dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga, yang disimpanya karena jabatnnya, atau dengan senjaga membiarkan uang atau surat berharga diambil atau digelapkan orang lain, menolong
orang lain, sebagai orang yang membantudalam hal itu) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
Menurt R.Soesilo-> Penggeelapan hampir sama dengan pencurian, penggelapan benda sudah ada ditagan sedangkan pencurian Bendanya masih hars diambilnya.

•Pasal 9
•Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 416
•Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
•(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp 50.000.000,00
•(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
•rupiah).
•Pasal 10
•Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 417
•Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
•(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling sedikit Rp 100.000.000,00
•(seratus juta rupiah) dan paling banyak 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah).
•Pasal 11
•Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 418
•Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
•(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp 50.000.000,00
•(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
•rupiah).
•Pasal 12
•Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 419,
•Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
•dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
•(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp
•200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak 1.000.000.000,00 (satu milyar
•rupiah).
•Pasal 13
•Setiap orang
4. Bentuk Korupsi : Pemerasan
a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan atau
penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada
dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang;
b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima atau memotong
pembayaran kepada Pegawai negeri atau penyelenggara
negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau
kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal
diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;
c. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan
atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri
4. Pasal 368
KUHP”Pemerasan”
Barang siapa dengan maksud
mengutungka diri sediri atau orang
lain dengan melawan hukum,
memaksa orang dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan, supaya
orang itu memberikan barang,
membuatn utang, menghapuskan
piutang, dihukum karena memeras
dengan penjara maksimal 9 tahun
Pasal 12 UU TIPIKOR : Pemerasan

Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana


penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah
(e) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima pembayaran dengan potongann, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
4. Pasal 12 UU TIPIKOR : Pemerasan
(G). Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima
pekerjaan, atau menyerahkan barang, seolah-olah
merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui
bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;
(H) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
pada waktu menjalankan tugas,
5. Bentuk Korupsi : Perbuatan
Curang
a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada
waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima
pekerjaan atau penyerahan barang, seolah-olah
merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui
bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;
b. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada
waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima atau
memotong pembayaran kepada Pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum,
seolah-olah Pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang
kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang;
5. PASAL 7(1) UU.20/01 PERBUATAN CURANG

(1)Dipidana dengan pidana penjara paling singkat


2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp100.000.000,00
(seratusjuta rupiah) dan paling banyak
Rp350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta
rupiah):
(a) pemborong, ahli bangunan yang pada waktu
membuat bangunan, atau penjual bahan
bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan
bangunan, melakuakn perbuatan curang yang
dapat membahayakan keamanan orang atau
barang, atau keselamatan negara dlam keadaan
perang;
(b) …..
5. PASAL 7(1) UU.20/01 PERBUATAN
CURANG  LANJUTAN
(B) setiap orang yang bertugas mengawasi
Pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja
membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud
dimaksud dlam huruf (A)
(C)... setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang
keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan
keselamatan negaradalam keadaaan perang; atau
(D) Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan
barang keperluan Tentara Nasional Indonesia dan atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja
membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud
dalam huruf ©
5. Bentuk Korupsi : Perbuatan Curang
c. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada
waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima atau
memotong pembayaran kepada Pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum,
seolah-olah Pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang
kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang;
d. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri
6. Bentuk Korupsi benturan
dalam kepentingan
a. Pegawai negeri atau
penyelenggara negara baik
langsung maupun tidak langsung
dengan sengaja turut serta dalam
pemborongan, pengadaan atau
persewaan yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh
atau sebagian ditugaskan untuk
mengurus atau mengawasinya;
6. Benturan Kepentinganlanjutan
b. Pegawai Negeri atau penyelenggara negara baik
langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut
serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan
yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh
atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya;
c. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, atau dengan
menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri
6. PASAL 12(i) UU.20/01 BENTURAN
KEPENTINGAN
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit
Rp200.000.000,00(dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah.
(i) Pegawai negeri atau penyelenggara negara
baik langsung maupun tidak langsung dengan
sengaja turut serta dalam pemborongan,
pengadaan, atau pengawasan yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian
ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
7. Bentuk Korupsi : Gratifikasi
a. Setiap gratifikasi kepada pegawai
negeri atau penyelenggara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan
dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban
tugasnya;
b. …..
7. Bentuk Korupsi :
Gratifikasi--lanjutan
b. Gratifikasi didefinisikan sebagai pemberian
dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,
barang, rabat atau diskon, komisi, pinjaman
tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan
cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
7. Bentuk korupsi  Gratifikasi--lanjtn
Bentuk Gratifikasi
a. Gratifikasi positif  pemberian hadiah
dilakukan dengan niat yang tulus dari
seseorang kepada orang lain tanpa pamrih
artinya pemberian dalam bentuk “tanda
kasih” tanpa mengharapkan balasan apapun.
b. Gratifikasi negatif  pemberian hadiah
dilakukan dengan tujuan pamrih, pemberian
jenis ini yang telah membudaya dikalangan
birokrat maupun pengusaha karena adanya
interaksi kepentingan.
7. GRATIFIKASI
Adalah pemberian dalam arti luas yakni
pemberian dalam bentuk uang, barang,
rabat(diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga,
tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalan
wisata, pengobatan Cuma-Cuma dan fasiltas
lainnya
Tindakan gratifikasi dilarang karena
medorong penyelenggara negara atau
pegawai negeri utk bersikap tidak objektif,
tidak adil dan tidak professional dalam
melakukan pekerjaaanya.
7. Psl 12B(1) ttg Grafitasi
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau
penyelenggaran negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan
ketentuan sebagai berikut :
(a) yang nilainya Rp10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh
penerima gratifikasi;
(b) yang nilainya kurang dari Rp10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.
(2) Pidana…..
• (2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggaran negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Pasal 12 C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) tidak berlaku, jika penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (2)
Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan oleh penerima
gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitng sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau
milik negara.
• (4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan
penentuan status gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam Undang-undang
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
• 4.
• Di anatara Pasal 26 dan Pasal 27 disisipkan 1 (satu) pasal baru menjadi Pasal 26 A yang berbunyi
• sebagai berikut :
• Pasal 26 A
• Alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188 ayat (2)
• Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, khusus untuk tindak pidana
• korupsi juga dapat diperoleh dari :
• a. alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara
• elektronik dengan air optik atau yang serupa dengan itu; dan
• b. dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi
Pasal 12 C
(1)Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat
(1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat
30 (tiga puluh) hari kerja terhitng sejak tanggal gratifikasi
tersebut diterima
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal
menerima laporan wajib menetapkan gratifikasi dapat
menjadi milik penerima atau milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan penentuan status
gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur
dalam Undang-undang tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
Pasal 26a ..alat bukti
Alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188 ayat (2)
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana, khusus untuk tindak pidana korupsi juga
dapat diperoleh dari :
(a)alat bukti lain yang berupa informasi yang
diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara
elektronik dengan air optik atau yang serupa dengan
itu; dan
(b)Dokumen…..
Alat bukti lanjutan
(b) Dokumen, yakni setiap rekaman data atau
informasi b. dokumen, yakni setiap rekaman data atau
informasi yang dapat dijabat, dibaca, dan atau
didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa
bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas
kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang
terekam secara elektronik, yang berupa tulisan, suara,
gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka,
atau perforasi yang memiliki makna
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Korupsi di Indonesia sudah


‘MEMBUDAYA’ sejak dulu, sebelum dan
sesudah kemerdekaan, di era Orde
Lama, Orde Baru, berlanjut hingga era
Reformasi. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk memberantas korupsi,
namun hasilnya masih jauh DARI
HARAPAN.

Diskusikan di dalam kelas, mengapa hal


ini masih dan terus terjadi?

Pengertian Korupsi 17
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Lomba poster KPK, Karya : Arbi Syahrur Rajab Lomba poster KPK, Karya : Briliantina Latifah Hidayat

Pengertian Korupsi 18
PENDIDIKAN ANTI-KORUPSI

Selamat datang
generasi muda
anti-korupsi

Indonesia akan
lebih baik jika
tanpa korupsi

Lomba poster KPK, Karya : Christian Tumpak

Pengertian Korupsi 19
Quiz hari ini
1. Tuliskan kembali bentuk-bentuk
korupsi lengkapi dengan contoh ?
2. Tuliskan 3 upaya preventif untuk
mencegah perilaku korupsi ?
3. Apa beda tersangka, terdakwa dan
terpidana dalam tindak pidana
korupsi ? Berikan contohnya

Anda mungkin juga menyukai