Anda di halaman 1dari 77

AGREGAT KLAS A, B, S DAN CTB

Sutoyo
Laboratorium bahan jalan
Dinas Bina Marga Prov. Jatim
TUJUAN UMUM
• PESERTA MAMPU MELAKSANAKAN
PENGAWASAN DENGAN CERMAT
TERHADAP VOLUME DAN MUTU
PEKERJAAN
Tujuan Khusus
1. Peserta mampu menunjukkan material klas A,B, S dan CTB
2. Peserta mampu meyebutkan jenis-jenis pengujian agregat
klas A,B,S dan CTB, baik laboratorium maupun lapangan
3. Peserta mampu menyebutkan macam-macam alat
penghampar dan pemadat yang tepat/ sesuai
4. Peserta mampu menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan
pekerjaan klas A,B,S dan CTB
5. Peserta mampu menunjukkan tingkat kepadatan lapangan
6. Peserta mampu melaksanakan perawatan setelah kepadatan
lapangan tercapai
TARGET PENGAWASAN
• TIDAK ADA PEKERJAAN YANG MENGULANG
• PERKERASAN AWET
• TIDAK BERGELOMBANG
• TIDAK TERJADI LENDUTAN YANG TINGGI
MENGAPA ADA LAPIS PONDASI ?
FUNGSI LAPIS PONDASI
• MEMPERKECIL PENGARUH BEBAN
TERHADAP ROAD BED SOIL
▫ MENOPANG BEBAN KENDARAAN DENGAN
AKUMULASI KUAT GESER TEKAN
(INTERLOCKING) ANTAR BUTIRAN
• MENYEDIAKAN KEKAKUAN (STIFNESS)
KONSTRUKSI PERKERASAN YANG SERAGAM
PADA SELURUH PERMUKAAN PERKERASAN
SUSUNAN LAPIS PERKERASAN

LAPIS KONSTRUKSI PERKERASAN

CAPPING LAYER

LAPISAN TANAH LUNAK (ROAD BED SOIL) 5-15 METER

LAPIS TANAH KERAS


CTB / Klas A

Selected/
Klas B
Gambaran umum
• Agregat  susunan butir material berdasarkan ukuran saringan
• Jenis agregat :
▫ Kasar : tertahan saringan 4.75 mm (# 4)
▫ Halus : lolos saringan 4.75 mm (# 4)
• Kelas agregat  susunan lapis perkerasan berdasarkan kekauan/
kekuatan yang diukur dengan nilai CBR
▫ Kelas A : CBR min 90 %
▫ Kelasa B : CBR min 60 %
▫ Kelas S : CBR min 50 %
▫ Selected : CBR min 10 %
• CTB  Lapis pondasi atas (agregat Klas A atau material CTB)
ditambah dengan semen
Pencapaian pekerjaan yg diharapkan
• Mutu material/ bahan
• Homogenitas campuran
• Tebal hamparan
• Kadar air optimum
• Kadar semen optimum
• Alat penghampar dan pemadat yang tepat
• Urutan kegiatan/ metodologi kerja
Hasil pekerjaan
• Tidak terjadi ambles dan gelombang
• Tidak terjadi refleksi retak dari lapis pondasi
• Tidak terjadi retak buaya
13
Mengenal agregat klas A
• CBR minimal 90%
• Nilai abrasi untuk agregat kasar maximal 40%
• Umumnya non plastis, dengan nilai PI 0 s/d 6
• Ukuran butir maksimum 3,75 cm
• Porsi fraksi kasar ± 65 %
• Anggularitas 95/90
• Pengamatan visual di lapangan :
▫ Warna setelah ada proporsi dari laboratorium
▫ Texture kondisi gembur (penampakan fraksi kasar)
Komposisi campuran Klas A
Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat Ukuran
Ayakan Persen Berat Yang Lolos

ASTM (mm) Kelas A


2” 50 100
1 ½” 37,5 100
1“ 25,0 79 - 85
3/8” 9,50 44 - 58
No.4 4,75 29 - 44
No.10 2,0 17 - 30
No.40 0,425 7 - 17
No.200 0,075 2-8
Jenis pengujian agregat klas A
• Laboratorium
▫ Abrasi (los angeles) agregat kasar
▫ Berat jenis dan penyerapan
▫ Kadar air
▫ Analisa saringan (komposisi butiran)
▫ Kepadatan modified
▫ CBR
▫ Indeks Plastisitas
• Alat uji abrasi
• Penimbangan dalam air untuk pengujian berat
jenis dan penyerapan air pada agregat kasar
• Pengujian berat jenis dan penyerapan air pada agregat
halus
• Oven untuk pengeringan material
• Alat penimbangan agregat
• Analisa saringan
• Alat pengujian kepadatan
Alat uji CBR
• Alat uji batas cair (liquid limit)
• Pengujian batas plastis
Pengujian lapangan (agregat klas A)
• Kerucut pasir (Sand cone)
• CBR lapangan
• Proofrolling
• Pengujian kerucut pasir (sand cone)
• Persiapan Pengujian CBR lapangan
• Pengujian CBR lapangan
Alat penghampar
• Finisher
• Grader
Alat pemadat
• Vibro roller, 20 ton, 16 ton
• Baby roller, 1 ton, 2 ton dan 4 ton
• JUMPING TAMPER
• Bomag kapasitas 4-6 ton
• Vibro roller kapasitas 10 -15 ton
• Vibro roller kapasitas 20-25 ton
Mekanisme pelaksanaan pekerjaan
1. Cek Warna, texture pada saat gembur sebagaimana contoh
yang sudah mendapat rekomendasi dari laboratorium 
JMF
2. Cek Kadar air optimum sesuai JMF
3. Tentukan Tebal hamparan gembur  trial lapangan
4. Tebal lapisan hamparan minimal 2 x ukuran butir
maksimum
5. Tebal lapisan hamparan maksimal disesuaikan dengan alat
pemadat :
▫ < 20 cm untuk alat pemadat 12 ton
▫ < 30 cm untuk alat pemadat 16 ton
▫ < 45 cm untuk alat pemadat 20 ton
lanjutan
6. Tentukan jumlah lintasan  percobaan lapangan
7. Bila 2 lapis, lapis ke satu harus padat (proofrolling),
lapis permukaan lapis ke satu harus dirusak dengan
kuku grader sebelum dihampar lapis kedua
8. Lakukan pengujian kepadatan dengan kerucut pasir
(sand cone) dengan jarak sesuai spek
9. Lakukan proofrolling terhadap seluruh permukaan
10. Lakukan perbaikan terhadap lokasi yang belum
padat (lendut)
11. Beri prime coat bila sudah tercapai kepadatan
Agregat klas B
• CBR minimal 60%
• Nilai abrasi untuk agregat kasar maximal 40%
• Umumnya non plastis, dengan nilai PI 0 s/d 10
• Ukuran butir maksimum 5,0 cm
• Porsi fraksi kasar ± 60 %
• Anggularitas 57/54
• Pengamatan visual di lapangan :
▫ Warna setelah ada proporsi dari laboratorium
▫ Texture kondisi gembur (penampakan fraksi kasar)
Komposisi campuran Klas B

Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat Ukuran


Ayakan Persen Berat Yang Lolos

ASTM (mm) Kelas B


2” 50 100
1 ½” 37,5 88 - 95
1“ 25,0 70 - 85
3/8” 9,50 40 - 65
No.4 4,75 25 - 55
No.10 2,0 15 - 40
No.40 0,425 8 - 20
No.200 0,075 2-8
Agregat klas S
• CBR minimal 50%
• Nilai abrasi untuk agregat kasar maximal 40%
• Umumnya non plastis, dengan nilai PI 4 s/d 15
• Ukuran butir maksimum 3.75 cm
• Porsi fraksi kasar ± 45 %
• Pengamatan visual di lapangan :
▫ Warna setelah ada proporsi dari laboratorium
▫ Texture kondisi gembur (penampakan fraksi
kasar)
Komposisi campuran Klas S
Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat Ukuran
Ayakan Persen Berat Yang Lolos

ASTM (mm) Kelas S


2” 50 100
1 ½” 37,5 100
1“ 25,0 89 - 100
3/8” 9,50 55 - 90
No.4 4,75 40- 75
No.10 2,0 26 - 59
No.40 0,425 12 - 33
No.200 0,075 4 - 12
CTB
• Nilai abrasi untuk agregat kasar maximal 35%
• Umumnya non plastis, dengan nilai PI 0 s/d 6
• Ukuran butir maksimum 5 cm
• Porsi fraksi kasar ± 65 %
• Kadar semen 5 - 8 %
• Anggularitas 95/90
• Pengamatan visual di lapangan :
▫ Warna setelah ada proporsi dari laboratorium
▫ Texture kondisi gembur (penampakan fraksi kasar)
Mekanisme pelaksanaan pekerjaan
1. Cek Warna, texture pada saat gembur sebagaimana contoh
yang sudah mendapat rekomendasi dari laboratorium 
JMF
2. Cek Kadar air optimum sesuai JMF
3. Tentukan Tebal hamparan gembur  trial lapangan
4. Tebal lapisan hamparan minimal 2 x ukuran butir
maksimum
5. Tebal lapisan hamparan maksimal disesuaikan dengan alat
pemadat :
▫ < 20 cm untuk alat pemadat 12 ton
▫ < 30 cm untuk alat pemadat 16 ton
▫ < 45 cm untuk alat pemadat 20 ton
lanjutan
6. Tentukan jumlah lintasan  percobaan lapangan
7. Bila 2 lapis, lapis ke satu harus padat & lapis
permukaan lapis ke satu harus dibasahi dengan air
sebelum dihampar lapis kedua
8. Lakukan pengujian kepadatan dengan kerucut pasir
(sand cone) dengan jarak sesuai spek
9. Beri prime coat bila sudah tercapai kepadatan
Catatan selama proses CTB
• Pemadatan dilaksanakan maksimal 30 menit sejak air
ditambahkan
• Campuran yang telah dihampar, tidak boleh lebih 30
menit harus dipadatkan
• Kepadatan JMF untuk lapangan harus lebih besar 95 %
terhadap kepadatan kering laboratorium (mod)
• Kepadatan lapangan hasil sand cone minimal 98% JMF
• Kadar air pemadatan 70 -100% kadar air optimum
• Pemadatan selesai maksimal 60 menit sejak semen
ditambah air
Catatan penting untuk CTB
• CTB akan maksimal bila :
▫ Menggunakan alat penghampar dengan finisher
▫ Dipadatkan dengan vibro roller kapasitas 20 ton ke atas
▫ Dilaksanakan dalam ketebalan 1 (satu) lapis
• CTB plant
• Finisher CTB
• Pemadatan CTB dengan vibro roller > 20 ton
• Perbandingan hasil cor CTB, RCC dan SC

Anda mungkin juga menyukai