Anda di halaman 1dari 124

Terapi Oksigen

Nurcholis, S.Kep,.Ns.M.H
Oksigen (O2)

• Oksigen, air & makanan sgt fundamental utk


mempertahankan kehidupan
• O2 diperlukan utk metabolisme aerob utk
menghasilkan energi
• O2 sgt diperlukan pd beberapa peny & intoksikasi
• Terapi O2 diberikan bila tjd gangguan oksigenasi pd
jaringan
Pernafasan
• Adl : upaya yg dibutuhkan utk m’ngembang &
m’buat paru berkontraksi
• Kerja pernafasan ditentukan oleh :
a. tingkat kompilansi : kemampuan paru utk
mengembang
b. tahanan jln nafas : perbedaan tekanan antr mulut
& alveoli
c. keberadaan ekspirasi yg aktif
d. p’gunaan otot2 bantu pernafasan
Proses oksigenasi

• Ventilasi : proses keluar & masuknya O2 dari


atmosfer ke dlm alveoli atau dari alveoli ke
atmosfer
• Difusi gas : mrp pertukar O2 di alveoli dgn kapiler
paru dan CO2 di kapiler alveoli
• Transportasi gas: proses pendistribusian antara
O2 kapiler ke jaringan tubuh & CO2 jaringan
tubuh ke kapiler.
Faktor2 yg m’pengaruhi oksigenasi

• Fisiologis
• Perkembangan
• Perilaku
• Lingkungan
Terapi Oksigen
• Pengertian : merupakan salah satu terapi pernafasan
dlm mempertahankan oksigenasi
• Tujuan :
1. Mengatasi keadaan hipoksemia
2. Menurunkan kerja pernafasan
3. Menurunkan beban kerja otot jantung (miokard)
Indikasi

• Kekurangan O2 jar yg diikuti gangguan metabolisme


& sbg bentuk hipoksemia, scr umum pada :
1. kadar O2 arteri (PaO2) menurun (75-100 mmHg)
2. kerja pernafasan meningkat (laju nafas
meningkat, nafas dlm, bernafas dgn otot
tambahan)
3. adanya peningkatan kerja otot jantung
(miokard)
Indikasi terapi O2

• Gagal nafas
• Gagal jantung atau infark miokrd
• Syok
• Metabolisme meningkat (luka bakar, luka berat, infeksi berat dll)
• Post operatif
• Keracunan carbomonoksida
• Penyakit paru obstruktif
• Nyeri dada
• Trauma thorak
• Tenggelam
• Hipoventilasi (respirasi < 10 kali/menit
• Distres pernapasa
• Hipotermi
• Stroke
• Kesadaran menurun
Metode & peralatan min. yg hrs diperhatikan
pd terapi O2

• Mengatur % fraksi O2 (% FiO2)


• Mencegah akumulasi kelebihan CO2
• Resistensi minimal utk pernafasan
• Efisiensi & ekonomis dlm penggunaan O2
• Diterima pasien PaO2 < 60 mmHg
Sistem aliran rendah

Low flow low concentration


Kateter nassal
Kateter binasal
Low flow high concentration
Sungkup muka sederhana
Sungkup muka dg kantong “rebreathing”
Sungkup muka dg kantong “non-rebreathing”
Rata – rata FiO2 dgn peralatan
pemberian oksigen yg berbeda

Nasal kanul Masker wajah yg sederhana


• 1 l/mnt 24% 5-6 l/mnt 40%
• 2 l/mnt 28% 5-7 l/mnt 50%
• 3 l/mnt 32% 7-8 l/mnt 60%
• 4 l/mnt 36%
• 5 l/mnt 40%
• 6 l/mnt 44%
)
Metode Pemberian oksigen
A. Sistem aliran rendah
1. Kateter nasal
O2 aliran 1-6ltr/mnt menghasilkan O2 dg
konsentrasi24-44% tergantung pola ventilasi pasien.
Bahaya: iritasi lambung, pengeringan mukosa hidung,
kemungkinan distensi lambung, epitaksis.
2. Kanula nasal
O2 aliran 1-6ltr/mnt menghasilkan O2 dg konsentrasi
24-44% tergantung pola ventilasi pasien.
Bahaya: iritasi lambung, pengeringan mukosa hidung,
nyeri sinus, epitaksis.
3. Sungkup muka sederhana
Oksigen
Aliran 5-8ltr/mnt menghasilkan O2 dg konsentrasi 40-
60%
Bahaya: Aspirasi bila muntah, penumpukan CO2 pd aliran
O2 rendah, apabila sungkup muka dipasang terlalu
ketat
4. Sungkup muka “rebreathing” dg kantong oksigen
Oksigen
Aliran 8-12ltr/mnt menghasilkan O2 dg konsentrasi 60-
80%.
Bahaya: Terjadi aspirasi bila muntah,, apabila sungkup
muka dipasang terlalu ketat
5. Sungkup muka “non rebreathing” dg kantong O2
O2
Aliran 8-12/m mhasilkan O2 90%
Bahaya: sama dg sungkup muka “rebreathing”
B. Sistem aliran tinggi

1. Sungkup muka venturi (venturi mask)


Oksigen
Aliran 4-14ltr/mnt menghasilkan O2 dg konsentrasi 30-55%.
Bahaya: Terjadi aspirasi bila muntah dan nekrose, apabila
sungkup muka dipasang terlalu ketat

2. Sungkup muka aerosol (ambu bag)


Oksigen
Aliran >10ltr/mnt menghasilkan O2 dg konsentrasi 100%.
Bahaya: Penumpukan air pada aspirasi bila muntah dan
nekrose, apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat
Kerugian penggunaan sungkup

Harus diikat pada wajah pasien


Lembab
Pasien tdk bisa makan/minum/berbicara
Dpt tjd aspirasi
Pemantauan therapy oksigen

• Warna kulit pasien


• Analisa gas darah
• Oksimetri
• Keadaan umum
Gangguan / masalah kebutuhan oksigen
1. Hipoksia : mrp kondisi tdk tercukupinya pemenuhan kebut O2 dlm tubuh
akibat difisiensi O2 atau peningkatan penggunaan O2.
a. Perubahan pola nTachypnea : frekuensi pernafasan > 24x/menit.
b. Bradypnea : pola pernafasan lambat, ± 10x/menit
c. Hiperventilasi : mrp cara tubuh dlm mengkompensasi peningkatan
jml O2 dlm paru agar pernafasan lbh cepat. Ditandai : nadi
meningkat, nafas pendek, nyeri dada dll
d. Kusmaul : pola pernafasan cepat & dangkal
e. Hipoventilasi : mrp upaya tubuh utk mengeluarkan CO2 dgn cukup yg
dilakukan pd saat tdk tercukupinya penggunaan O2. ditandai : nyeri
kepala, penurunan kesadaran, otot2 pernafasan lumpuh dll
f. Dispnea : perasaan sesak & berat saat pernafasa
g. Orthopnea : kesulitan bernafas kecuali pd posisi duduk
/ berdiri
h. Chyene stokes : siklus pernafasan yg amplitudonya
mulai naik kmd menurun & berhent
i. Stridor : mrp pernafasan bising yg tjd krn penyempitan
pd sal pernafasan
3. Obstruksi jln nafas : mrp suatu kondisi individu mengalami
ancaman pd kondisi pernafasanny terkait dgn ketidak
mampuan batuk scr efektif
4. Pertukaran gas : mrp suatu kondisi individu mengalami
penurunan gas baik CO2 atau O2 diantara alveoli paru &
sistem vaskuler
Sungkup muka sederhana

• Aliran yang diberikan


sebesar 5-8 liter/mnt
Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing

• Aliran yang diberikan 8-


12 l /mnt
• Konsentrasi 40 – 60 %
• Udara inspirasi
bercampur dengan udara
ekspirasi
Sungkup Muka dengan Kantong Non
Rebreathing

• Aliran diberikan 8 – 12 l
/mnnt
• Udara inspirasi tidak
bercampur
• Tidak dipengaruhi udara
luar
Nurcholis, S.Kep.Ns.M.H Kes
 Tujuan : Untuk mengembalikan fungsi sirkulasi
dan mengatasi keadaan gawat darurat lainnya
dengan menggunakan obat-obatan
 Perhatian !
 Pemberian obat-obatan adalah orang yang
kompeten di bidangnya (dokter atau tenaga
terlatih di bidang gawat darurat)
 Mengingat banyaknya jenis-jenis
kegawatdaruratan, maka pemberian obat yang
disebutkan di bawah ini untuk mengatasi
kegawatdaruratan secara umum sedangkan
dalam menghadapi pasien, kita harus melihat
kasus per kasus.
 Lidokain (lignocaine, xylocaine)
 Pemberian ini dimaksud untuk
mengatasi gangguan irama antara lain
VF, VT, Ventrikel Ekstra Sistol yang
multipel, multifokal, konsekutif/salvo
dan R on T
 Dosis 1 – 1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat
diulang dalam 3 – 5 menit sampai
dosis total 3 mg/kg BB dalam 1 jam
pertama kemudian dosis drip 2-4
mg/menit sampai 24 jam
 dapat diberikan intratrakeal atau
transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali
dosis intra vena
 Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat
2 dan 3, sinus arrest dan irama
idioventrikuler
Aminodarone
Obat antiaritmia seperti
amiodarone umum digunakan
pada resusitasi jantung paru
sebagai tata laksana untuk henti
jantung dengan fibrilasi ventrikel
atau pulseless ventricular
tachycardia yang tidak dapat
diatasi dengan defibrilasi.
 Sulfas Atropin
 Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus
vagal dan memperbaiki sistim konduksi
AtrioVentrikuler
 Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B),
bradikardi (kelas II A) selain AV blok derajat II tipe 2
atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada
bradikardi dengan iskemi atau infark miokard),
keracunan organopospat (atropinisasi)
 Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV
blok derajat II tipe 2 atau derajat III.
 Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit
sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg BB, untuk
bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit
maksimal 3 mg.
 dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan
dosis 2–2,5 kali dosis intra vena diencerkan menjadi
10 cc
 Dobutamin (Inotropik)
 adalah obat untuk membantu kerja jantung dalam
memompa darah ke seluruh tubuh pada orang yang
mengalami gagal jantung atau syok
kardiogenik. Untuk mengobati syok kardiogenik,
obat ini bisa digunakan bersama dopamin.  
 Dobutamin bekerja dengan cara merangsang
reseptor beta-1 jantung sehingga meningkatkan
kontraksi jantung dan kemampuan pompa jantung.
Cara kerja ini akan meningkatkan tekanan darah,
denyut jantung, dan jumlah darah yang akan
dipompa oleh jantung (cardiac output).
 Dopamin
 Untuk merangsang efek alfa dan beta

adrenergic agar kontraktilitas miokard, curah


jantung (cardiac output) dan tekanan darah
meningkat
 Dosis 2-10 μg/kgBB/menit dalam drip infuse.

Atau untuk memudahkan 2 ampul dopamine


dimasukkan ke 500 cc D5% drip 30 tetes
mikro/menit untuk orang dewasa
 Morfin
 Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan

untuk edema paru setelah cardiac arrest.


 Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 – 30 menit
 Kortikosteroid
 Digunakan untuk perbaikan paru yang

disebabkan gangguan inhalasi dan untuk


mengurangi edema cerebri
 Natrium bikarbonat
 Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas

I), setelah sirkulasi spontan yang timbul pada


henti jantung lama (kelas II B), asidosis
metabolik karena hipoksia (kelas III) dan
overdosis antidepresi trisiklik.
 Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis

setengahnya.
 Jangan diberikan rutin pada pasien henti

jantung.
.Kalsium gluconat/Kalsium klorida
Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot

jantung, stabilisasi membran sel otot jantung


terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk
mencegah transfusi masif atau efek transfusi
akibat darah donor yang disimpan lama
Diberikan secara pelahan-lahan IV selama 10-

20 menit atau dengan menggunakan drip


Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat

dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium klorida.


Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang
masuk diberikan 1 ampul Kalsium gluconat
 Furosemide
 Digunakan untuk mengurangi edema paru

dan edema otak


 Efek samping yang dapat terjadi karena

diuresis yang berlebih adalah hipotensi,


dehidrasi dan hipokalemia
 Dosis 20 – 40 mg intra vena

.
 Diazepam
 Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang,

eklamsia, gaduh gelisah dan tetanus


 Efek samping dapat menyebabkan depresi

pernafasan
 Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat

diulangi setiap 15 menit.


Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/Keperawatan Kritis 25/01/22

39
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

40
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

41
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

1. Perdarahan postpartum ringan (minor)


 Merupakan suatu keadaan di mana sang ibu kehilangan
sekitar 500-1.000 ml darah dari daerah kemaluan dalam
waktu 24 jam pertama setelah melahirkan.

2. Perdarahan postpartum mayor


 Merupakan suatu keadaan di mana sang ibu kehilangan
sekitar 1-2 liter darah dari daerah kemaluan dalam waktu 24
jam pertama setelah melahirkan. Bila perdarahan yang terjadi
mencapai lebih dari 2 liter, maka keadaan ini disebut dengan
perdarahan postpartum berat.

42
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

1. Atonia uteri
2. Robekan jalan lahir,
3. Retensio plasenta,
4. Sisa plasenta,
5. Inversio uteri dan
6. Kelainan pembekuan darah.

43
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

Definisi
 Pendarahan obstetri yang disebabkan oleh kegagalan uterus
untuk berkontraksi secara memadai setelah kelahiran
Faktor resiko:
 Over distensi uterus oleh karena polihidramnion, hamil
kembar, makrosomia janin ; multi paritas, persalinan cepat
atau lama, infeksi, riwayat atonia uteri, pemakaian obat
relaksasi uterus.
Gejala :
 Uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera
setelah anak lahir.
Penyulit:
 Syok, bekuan darah pada serviks atau posisi terlentang akan
menghambat aliran darah keluar.

44
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

Faktor resiko:
 Persalinan per vaginam dengan tindakan,
makrosomia janin, tindakan episiotomi.
Gejala:
 Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir,
uterus berkontraksi keras dan plasenta lengkap.
Penyulit:
 Pucat, lemah dan menggigil.

45
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

Gejala :
 Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan
segera, uterus berkontraksi dan keras.

Penyulit:
 Tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversio
uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.

46
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

Gejala:
 Plasenta atau sebagian selaput (mengandung
pembuluh darah) tidak lengkap, perdarahan segera.

Penyulit:
 Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak kurang.

47
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

Bagian atas uterus memasuki cavum uteri, sehingga


fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam
cavum uteri. 
Faktor resiko:
 Atonia uteri, traksi tali pusat berlebihan, manual
plasenta, plasentasi abnormal, kelainan uterus dan
plasentasi pada fundus.
Gejala:
 Uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak
tali pusat, nyeri perut akut dan syok (30%).
Penyulit:
 Neurogenik syok, pucat dan limbung.

48
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

Robekan di dinding uterus, dapat terjadi selama periode ante natal


saat induksi, selama persalinan dan kelahiran bahkan selama
stadium ke tiga persalinan(Chapman, 2006;h.288).
Ruptur uteri adalah robekan yang dapat langsung terhubung dengan
rongga peritonium (komplet) atau mungkin di pisahkan darinya
oleh peritoneum viseralis yang menutupi uterus oleh ligamentum
latum (inkomplit) (Cunningham,2005;h.217)
Faktor resiko:
 Riwayat pembedahan uterus sebelumnya, persalinan
terhambat, pemakaian oksitosin berlebihan, posisi
janin abnormal, manipulasi uterus dalam persalinan.

49
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

Faktor resiko:
 Riwayat pembedahan uterus sebelumnya, plasenta
previa, kebiasaan merokok, multi grande para.

50
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

Koagulopati kongenital dapat menjadi komplikasi


pada 1-2 per 10.000 kehamilan.

Penyebab:
 Terapi antikoagulan dan koagulan konsumtif yang
disebabkan oleh komplikasi obstetrik.

51
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

Gejala:
 Sub involusi uterus, nyeri tekan perut bawah dan pada
uterus, perdarahan, lokia mukopurulen dan berbau
bila disertai infeksi.

Penyulit:
 Anemia dan demam.

52
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

53
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

• Selalu siap dengan tindakan gawat darurat.


• Penatalaksanaan manajemen aktif kala III persalinan.
• Meminta bantuan/pertolongan kepada petugas kesehatan lain.
• Melakukan penilaian cepat keadaan umum ibu meliputi
kesadaran nadi, tekanan darah, pernafasan dan suhu.
• Penanganan syok apabila terjadi.
• Pemeriksaan kandung kemih, apabila penuh segera kosongkan.
• Mencari penyebab perdarahan dan melakukan pemeriksaan
untuk menentukan penyebab perdarahan.

54
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/Keperawatan Kritis 25/01/22

Late Post Partum Hemorrhage

55
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

 Pendarahan pasca persalinan adalah


pendarahan atau  hilangnya darah 500 cc atau
lebih yang terjadi antara 24 jam – 6 minggu
setelah anak lahir

56
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

1. Pendarahan terjadi secara terus menerus setelah


seharusnya lokhia rubra berhenti
2. Pendarahan dapat terjadi secara mendadak,
seperti pendarahan post partum primer dan di
ikuti gangguan system kardiovaskuler sampai
syok.
3. Mudah terjadi infeksi skunder sehingga dapat
menimbulkan:
 Lokhia yang terjadi berbau dan keruh
 Fundus uteri tidak segera mengalami involusi, terjadi
subinvolusi uteri.

57
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

1. Terdapat sisa placenta atau kotiledonnya


2. Terdapat sisa membrane sehingga mengganggu
kontraksi dan retraksi untuk menutup pembuluh
darah di tempat implantasinya
3. Terdapat placental polip
4. Pendarahan karena terjadi degenerasi
khoriokarsinoma
5. Pendarahan yang bersumber dari perlukaan yang
terbuka kembali.

58
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

langkah-langkah sistematik untuk


mendiagnosa perdarahan Postpartum:
1. Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan
tinggi fundus uteri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah
lengkap atau tidak
3. Lakukan ekplorasi kavum uteri untuk mencari :
a. Sisa plasenta dan ketuban
b. Robekan rahim
4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada cervix,
vagina, dan varises yang pecah.

59
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/ 25/01/22
Keperawatan Kritis

1. Persiapkan donor darah


2. Infus
3. Siapkan obat – obatan

60
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/Keperawatan Kritis 25/01/22 61
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu
hamil dengan usia kehamilan 20 minggu atau
setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya
tekanan darah menjadi 140/90 mmHg.
(Sitomorang, dkk 2016)

Preeklamsia merupakan hipertensi yang timbul


setelah 20 minggu kehamilan (Praworihadrjo,
2009). Preeklampsia adalah hipertensi pada
kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥
140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu,
disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam
(Nugroho, 2012).

Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/Keperawatan Kritis 25/01/22


62
1. Umur
2. Riwayat melahirkan,
3. Keturunan,
4. Riwayat kehamilan,
5. Riwayat preeklampsia (Sitomorang dkk,
2016).

Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/Keperawatan Kritis 25/01/22


63
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/Keperawatan Kritis 25/01/22
64
1. Hipertensi dan odem klinik preeklampsia mulai dengan
2. kenaikan berat badan diikuti edema kaki atau tangan,
3. kenaikan tekanan darah, dan
4. terakhir terjadi proteinuria (Saraswati, 2016 ).

Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklamsi biasanya yaitu


1. sakit kepala hebat.
2. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh perdarahan
atau edema atau sakit karena perubahan pada lambung dan
gangguan penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan
kadang-kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan
penyempitan pembuluh darah dan edema (Wibowo, dkk 2015).

Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/Keperawatan Kritis 25/01/22


65
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/Keperawatan Kritis 25/01/22
66
preeklampsia merupakan akibat dari keadaan
imun atau alergi pada ibu. Selain itu
preeklampsi diawali oleh insufisiensi suplai
darah ke plasenta, yang mengakibatkan
pelepasan substansi plasenta sehingga
menyebabkan disfungsi endotel vascular ibu
yang luas (Hutabarat dkk, 2016).

Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/Keperawatan Kritis 25/01/22


67
Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/Keperawatan Kritis 25/01/22
68
Preeklampsia dibedakan menjadi dua yaitu
preeklampsia ringan dan preeklampsia berat
Menurut Icemi dan Wahyu (2013) yang
1. Hipertensi gestasional,
 Hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau
kehamilan dengam tanda-tanda preeklamsia namun tanpa
proteinuria.
 TD sistolik ≥140 mmHg atau TD diastolik ≥90 mmHg ditemukan
pertama kali sewaktu hamil dan memiliki gejala atau tanda lain
preeklamsia seperti dispepsia atau trombositopenia.

Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/Keperawatan Kritis 25/01/22


69
2. Sindrom preeklamsia dan eklamsia
 merupakan hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai proteinuria, sedangkan eklamsia merupakan
preeklamsia yang disertai dengan kejangkejang dan/atau koma.
TD sistolik ≥140 mmHg atau TD diastolik ≥90 7 mmHg dengan
proteinuria ≥300 mg/24 jam.

3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklamsia


 Preeklamsia yang terjadi pada ibu hamil yang telah menderita
hipertensi sebelum hamil.

Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/Keperawatan Kritis 25/01/22


70
4. Hipertensi kronik
 Hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg)
yang telah didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau
hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia
kehamilan 20 minggu.

Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/Keperawatan Kritis 25/01/22


71
1. Kejang (eklampsia)
 Keadaan ditemukannya serangan kejang tibatiba yang dapat disusul
dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas yang
sebelumnya menunjukan gejala preeklampsia (Prawirohardjo, 2010).

Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan,


namun pada akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang
yang dikenal eklampsia.

Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat,


terjadilah kegagalan jantung, kegagalan ginjal dan
perdarahan otak yang berakhir dengan kematian
(Natiqotul, 2016).

Cuciati,S.Kep,Ners.,M.Kep/Keperawatan Kritis 25/01/22


72
Pengertian

Syok adalah kumpulan gejala dan tanda


yang diakibatkan oleh karena gangguan
perfusi jaringan, yaitu aliran darah ke
organ tubuh tidak dapat mencukupi
kebutuhan oksigenasi jaringan 
hemodinamik
6 Key steps in oxygen cascade
O2
Uptake in the Lung Oxygenation PaO2
CaO2
Carrying capacity Haemoglobin SaO2 DO2

Delivery Cardiac Output Flow rate - ø

Organ distribution Autoregulation


VO2
Diffusion Distance
O2ER
Cellular use Mitochondria
PaO2= tek parsial O2 dlm plasma (kemampuan paru)
SaO2= O2 yg diangkut Hb 95-100%
ATP = energy
CaO2= O2 dalam arteri
DO2= Delivery O2 75
Cardiogenic
Shock/Acute Distributive/
Heart Failure Septic Shock
ONTRACTILITY
CO Inotropes Vasopressor ( NE,ADR,Dop)
ECHO (Dob,Dop,Adr,Amr
)
2.Pump =3.Pipe = Vascular Blood Pressure/MAP
HeartSYSTEMIC

VASCULAR RESISTANCE
SWAN GAN
• ECHO
Release Cardiac Output x SVR
tamponade,e CONTRACTILITY
tc
PRELOAD
1.Volume =
Obstructive
Shock Blood SYSTEMIC VASCULAR RESISTANCE

PRELOAD
• CVP
Hypovolemic
Fluids Shock
• JUGULAR PRESSURE
Preload atau beban awal yaitu
derajat ketegangan serabut otot
ventikel pada akhir diastoliksesaat
sebelom kontraksi

Afterload adalah atau beban akhir


besarnya tegangan yg hrs di
hasilkan oleh ventrikel selama fase
sistole agar mampu membuka katub
semilunaris dan memompa darah
keluar
Kontraktilitas adalah kemampuan
otot2 jantung utk mengembang dan
Rumus Menghitung MAP
(sistolik + Diastolik):3
ETIOLOGI

Kehilangan cairan
internal atau
eksternal
Gambaran klinis
Contoh

• Syok Anafilaktik
• Syok Septik
• DSS
• Overdosis obat
Contoh
•Trauma dinding dada
•Tension
pneumothorax
•Tamponade jantung
•Emboli paru
Gejala Syok

 Gelisah
 Mual – Muntah
 Haus
 Pusing
Tanda Syok

 Keringat dingin
 Akral dan kulit dingin
 Gangguan kesadaran
 Tachypneu
 Tachycardia
 Tekanan darah rerata yang rendah
 Produksi urin menurun
 Sianosis perifer
Pengenalan syok
 Nadi :
cepat dan kecil, pada syok yang sangat berat
nadi mungkin tidak akan dapat diraba lagi.
 Otak :
bila kekurangan darah, maka terjadi
gangguan fungsi otak.
Sedikit; gelisah dan ketakutan.
Syok berat; kehilangan kesadaran, koma
sebelum meninggal.
Pengenalan syok
Paru-paru :
Terjadi keadaan dimana sel-sel
mengalami hipoksia, kekurangan
oksigen. Tubuh akan bereaksi
dengan membuat pernafasan
menjadi lebih cepat.
Pernafasan juga menjadi lebih
dangkal.
Pengenalan syok
 Kulit :
perabaan akan dinginnya kulit ini dilakukan
terutama pada daerah tangan atau kaki.
Derajat Syok Hemoragik

Klas I Klas II Klas III Klas IV

Darah hilang /cc < 750 750 - 1500 1500-2000 > 2000

Darah hilang /% BV <15 15 - 30 30 - 40 > 40

Nadi < 100 > 100 > 120 > 140

Tekanan darah N N ↓ ↓

Respirasi 14 -20 20 -30 30 - 40 > 35

Produksi urine/cc > 30 20 - 30 5 - 15 Tdk ada

Kesadaran Agak gelisah gelisah Gelisah & Bingung &


bingung letargik

Cairan pengganti kristaloid kristaloid Kristaloid, Kristaloid,


koloid/darah koloid,darah
Penanganan : prinsip

 Atasi syok
 Cari Penyebab
 Hilangkan Penyebab
Jalan napas dan
Ventilasi Sirkulasi
• O2 tambahan • Kontrol perdarahan
• Bantuan • Terapi IV
ventilasi

Posisi Syok
LR NS
LR
Two wide bore iv cannulae 11LL Fast 1L

Raise the legs

O2 via a mask

Monitor BP&Pulse

Catheterise & measure


Urine output
Penanganan : tatalaksana

 Tindakan ABC (BHD)


 Meningkatkan penghantaran O2 ke jaringan
 Meningkatkan curah jantung & TD
 Resusitasi cairan.
 Kontraktilitas  Inotropik, SVR  Vasopresor
 Tindakan atau penanganan sesuai dengan
jenis syok
 Monitoring
Penanganan

 Tindakan atau penanganan sesuai dengan


jenis syok
• Hemoragik  menghentikan perdarahan 
balut tekan
• Anafilaktik  Adrenalin 1:1000 IM
• Tension Pneumothoraks  thorakosintesis
• Tamponade Jantung  cardiosintesis
Penanganan

 Bawa ke Pusat Pelayanan Kesehatan


 Monitoring
* ABC
* Posisi Syok
* Produksi urin
* Kembalinya kesadaran
* Kateterisasi vena sentral
Komplikasi Syok

 Hipoperfusi Multi Organ


 Hipoksia Multi Organ
 Gagal Multi Organ
 Kematian
Prognosis

 Lamanya syok berlangsung


 Beratnya syok
 Kecepatan penanganan yang
benar
 Kondisi sebelumnya
 Penyakit penyerta
TERAPI CAIRAN
PENGANTAR
DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH

15%

40% 5%
T Book of Physiology
Guyton, 2006
PENYEBAB EDEMA JARINGAN

1. Tekanan hidrostatik 

2. Tekanan onkotik 

3. Permeabilitas dinding pb.darah 

4. Gangguan pembuluh limfe


PERISTIWA OSMOSIS
KEBUTUHAN
• AIR:
– Dewasa : 2 cc / kg / jam
– Anak :
• 0 – 10 kg : 4 cc / kg / jam
• 11 – 20 kg : 40 cc + 2 cc / kg > 10 kg /
jam
• 21 – 30 kg : 60 cc + 1 cc / kg > 20 kg /
jam

• Na+ : 2 meq / kg / hari

• K+ : 1 meq / kg / hari
KEHILANGAN AKUT: KEBUTUHAN HARIAN:
•Perdarahan •Air + elektrolit
•Muntaber •Nutrisi
•Hilang ke rongga III
MACAM CAIRAN
(berdasarkan isinya)
1. CAIRAN KRISTALOID
Cairan yg.berisi partikel kecil ( < 30.000
dalton)
sehingga mudah menembus dinding
pembuluh
darah (NaCl , RL , RS)

2. CAIRAN KOLOID
cairan yg.berisi partikel dg.BM besar ( >
30.000
dalton) sehingga tak mudah menembus
dinding
pembuluh darah (dextran, albumin, HES /
voluven®)

3. CAIRAN NUTRISI
Cairan yg.berisi bahan nutrisi KH, lemak,
protein
(sendiri atau campuran)
SIFAT CAIRAN BERDASAR TONISITAS

1. ISOTONIS : osmolalitas : 285


mOsmol / L

2. HIPOTONIS : osmolalitas : < 285


mOsmol / L

3. HIPERTONIS : osmolalitas : > 285


mOsmol / L
SIFAT CAIRAN BERDASAR
TEKANAN ONKOTIK
1. ISO-ONKOTIK :
• Albumin 5 %
• HES 6 %

2. HIPER-ONKOTIK :
• Albumin 25 %
• HES 10 %
DAMPAK PEMBERIAN CAIRAN

tetap berada di dalam pembuluh darah


atau keluar pembuluh darah.

Tergantung jenis dan sifat cairan:
– Kristaloid apa koloid
– Hipotonis apa isotonis atau hipertonis
– Iso-onkotik apa hiper-onkotik
JENIS JENIS CAIRAN INFUS
TIPE CAIRAN
1.BERDASAR OSMOLARITASNYA
 ISOTONIK
 HIPOTNIK
 HIPERTONIK
ISOTONIK
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau
mendekati osmolalitas plasma. Cairan isotonik digunakan untuk
mengganti volume ekstrasel, misalnya kelebihan cairan setelah
muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan meningkatkan
volume ekstraseluler. Satu liter cairan isotonik akan menambah CES
 1 liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan untuk mengganti 1 liter
darah yang hilang.

CONTOH : Nacl 0.9%, RL, albumin 5%, D5,


HIPOTONIK
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada
osmolalitas plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan
cairan seluler, dan menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh.  

Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan


plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki
keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel tersebut akan membesar atau
membengkak. Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler
ke dalam sel.
Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko
peningkatan TIK. Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan
mengakibatkan:
1.      Deplesi cairan intravaskuler
2.      Penurunan tekanan darah
3.      Edema seluler
4.      Kerusakan sel
Contoh:
    dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %
      NaCl  0,45 %
•    NaCl 0,2 %
HIPERTONIK
Suatu cairan/larutan yang  memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada
osmolaritas plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat
menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan dehidrasi. Perpindahan
cairan dari sel ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya
mengkerut.

Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit ginjal dan


jantung serta pasien dengan dehidrasi.

CONTOH : D5% dalam saline 0.9%, D5% daam RL, D 10%, albumin 25
Pemberian cauran berdasar
tujannya penggunaannya
• Nutrient
• Elektrolik
• Alkalizing
• Acidifiying
Pemberian cauran berdasar
tujannya penggunaannya
• Nutrient
• Elektrolik
• Alkalizing
• Acidifiying
Nutrient

• Berisi karbohidrat ( dekstrose, glukosa, levulosa)


dan air. Air untuk menyuplai kebutuhan air,
sedangkan karbohidrat untuk kebutuhan kalori
dan energi. Larutan ini diindikasikan untuk
pencegahan dehidrasi dan ketosis.
• Contoh D5% dalm0,45% sodium Choride
Elektrolit
Berisi elekrolit, kation dan anion. Larutan ini sering digunakan
untuk larutan hidrasi, mencegah dehidrasi dan koreksi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Contoh :
•  Normal Saline (NS)

•  Larutan ringer (sodium, Cl, potassium dan kalsium)

•  Ringer Laktat /RL (sodium, Cl, Potassium, Kalsium dan laktat)


Alkalizing

Untuk menetralkan asidosis metabolic

Contoh :

•Ringer Laktat /RL


Acidifying
Untuk menetralkan alkalosis metabolic

Contoh :

• Dekstrose 5 % dalam NaCl 0,45 %

•NaCl 0,9 %
Blood volume expanders
Digunakan untuk meningkatkan volume darah
karena kehilangan darah/plasma dalam jumlah
besar. (misal: hemoragi, luka bakar berat)
Contoh :
• Dekstran
• Plasma
• Human Serum Albumin
Pembagian cairan berdasar
kelompok
• Kristaloid
• Koloid
Kristaloid

Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi


sejumlah volume cairan (volume expanders) ke
dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat,
dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan
segera.

•Contoh: Ringer-Laktat dan garam fisiologis.


Koloid

Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup


besar sehingga tidak akan keluar dari membran
kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah,
maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik
cairan dari luar pembuluh darah.

•Contoh: albumin dan steroid.

Anda mungkin juga menyukai