Anda di halaman 1dari 70

FRAKTUR CRURIS

Intan Amelia Pratiwi


4151191492
Pembimbing
Prof. Pisi,dr., Sp.B(K)Onk.,Sp.B-KBD

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
IDENTITAS PASIEN
• No. Rekam Medik : 157298
• Nama : Tn. S
• Umur : 34 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Jl. Soekarno Hatta No 15 RT 01 RW 05 Kp. Sukasari Bandung
• No. Hp : 081763762907
• No Hp Wali : 08192836989
• Agama : Islam
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : Buruh pabrik tekstil bagian pemotongan kain
• Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
• Status Perkawinan : Menikah
• Tanggal Pemeriksaan : 20 Mei 2021
MASALAH
Pasien merasa tungkai bawah kanan tidak dapat digerakan
karena nyeri, setelah tertabrak mobil sejak 2 jam Sebelum Masuk
Rumah Sakit
Diagnosis Banding
oC : -
oI : Osteomielitis
oN : Osteosarkoma
oT : Fraktur tertutup
Fraktur terbuka
oA : Osteoartritis
Diagnosis Banding
(Sudah disingkirkan dari masalah)

oC :-
oI :-
oN :-
oT : Fraktur tertutup
Fraktur terbuka
oA :-
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Seorang laki-laki usia 34 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri
pada tungkai kanan tidak dapat digerakkan sejak 2 jam sebelum
masuk rumah sakit
ANAMNESIS LANJUTAN
Nyeri dirasakan setelah tertabrak mobil saat pasien
menyebrang jalan dan tungkai kanan bawah pasien
mengalami benturan keras.
Pasien merasakan tungkai kanan bawah bertambah nyeri
bila digerakan. Tidak ada luka terbuka pada pasien. Kepala
terbentur mobil disangkal. Pasien dalam keadaan sadar, tidak
ada mual muntah, dan tidak ada nyeri kepala hebat.
ANAMNESIS LANJUTAN

Pasien menyangkal adanya demam, lemas, penurunan


nafsu makan. Pasien juga menyangkal adanya benjolan dan
nyeri yang memberat pada malam hari. Pasien tidak
mengeluhkan adanya kaku pada sendi, perubahan bentuk pada
tulang punggung.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat mengeluh sakit tulang atau patah tulang sebelumnya
disangkal. Hipertensi dan diabetes mellitus disangkal

Riwayat alergi obat disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada dalam keluarga yang


mengeluhkan keluhan serupa
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kedaan umum : Compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86 X/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,70C
TB : 170 cm
BB : 65 kg
IMT : 22,4 (normal)
PEMERIKSAAN FISIK
• Kepala :
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : Rhinore -/-
Mulut : t.a.k
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP 5 + 2 cmH20, deviasi trachea(-)

• Thorax :
Paru
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris
Palpasi : Sela iga tidak melebar, vocal fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : VBS kanan=kiri, rhonki -/-, wheezing -/-
• Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V sinistra, kuat angkat
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : soepel, asites (-), nyeri tekan (-), defans muscular (-) hepar lien tak teraba
Perkusi : timpani
• Ekstremitas
Atas: akral hangat +/+, edema -/-
Bawah: akral hangat +/+, edema -/-
PEMERIKSAAN FISIK

Status Lokalis: a/r Cruris dextra 1/3 medial


Look: Edema (+), Memar(+), Deformitas (+)
Feel : Nyeri (+), Krepitasi (+), pulsasi arteri dorsalis pedis dan
poplitea (+)
Movement: Gerak aktif dan pasif terhambat, gerak abduksi
dan adduksi tungkai kanan terhambat, keterbatasan
pergerakan sendi-sendi distal, sakit bila digerakan.
RESUME
Seorang laki-laki usia 34 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri
pada tungkai bawah kanan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.
Nyeri dirasakan setelah tertabrak mobil saat pasien menyebrang jalan
dan tungkai kanan bawah pasien mengalami benturan keras.
Pasien merasakan tungkai kanan bawah bertambah nyeri bila
digerakan. Tidak ada hubungan garis fraktur dan dunia luar. Kepala
terbentur mobil disangkal. Pasien dalam keadaan sadar, tidak ada
mual muntah, dan tidak ada nyeri kepala hebat.
RESUME

Pasien menyangkal adanya demam, lemas, penurunan nafsu makan.


Pasien juga menyangkal adanya benjolan dan nyeri yang memberat pada
malam hari. Pasien tidak mengeluhkan adanya kaku pada sendi,
perubahan bentuk pada tulang punggung. Riwayat mengeluh sakit pada
tulang atau patah tulang sebelumnya disangkal. Riwayat keluarga tidak
ada yang mengeluh keluhan serupa.
RESUME
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang , kesadaran compos mentis
dan tanda vital dalam batas normal. Pada status generalis tidak ada kelainan .
Status Lokalis: a/r Cruris dextra 1/3 medial
Look: Edema (+), Memar(+), Deformitas (+) Tidak ada hubungan garis fraktur dan
dunia luar
Feel : Nyeri lokal (+), Krepitasi (+), pulsasi arteri dorsalis pedis dan poplitea (+),
nyeri tekan sumbu (+), Nyeri tarik sumbu (+)
Movement: Gerak aktif dan pasif terhambat, gerak abduksi dan adduksi tungkai
kanan terhambat, keterbatasan pergerakan sendi-sendi distal, sakit bila digerakan.
Usulan Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan laboratorium: Darah rutin


• Foto AP Lateral tibia fibula
KESIMPULAN
Keluhan tungkai kanan tidak dapat digerakkan karena nyeri setelah
tertabrak mobil 2 jam yang lalu dicurigai disebabkan oleh fraktur
tertutup
DIAGNOSIS

Fraktur tertutup cruris dextra 1/3 medial


DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : Fraktur tertutup cruris dextra 1/3 medial
PENATALAKSANAAN
 Primary Survey : Tanda Vital dan status generalis normal
 Secondary Survey : Tidak ada alergi, Tidak ada riwayat penyakit tulang
sebelumnya (osteogenesis imperfecta) dan tidak ada riwayat minum obat
sebelumnya, Mekanisme trauma : tertabrak mobil saat menyebrang jalan
(AMPLE)
Non Farmakologi: Reduksi : Traksi
Fiksasi
Rehabilitasi : dimulai setelah traksi 8 minggu (dilihat dari
penyambungan tulang)

 Farmakologi : Analgetik: Natrium Diklofenak


Antibiotik: Amosiklav
PROGNOSIS

Quo Ad Vitam: Ad bonam


Quo Ad Functionam : Ad bonam
PEMBAHASAN
MATERI
Definisi

• Hilangnya atau terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis


atau tulang rawan sendi
• akibat: trauma, tekanan pada tulang, stress berulang, atau kelainan
patologis pada tulang
Epidemiologi
Desiartama & Aryana (2017):
WHO: 1,24 juta korban meninggal/tahun
di Indonesia kasus
akibat kecelakaan lalu lintas (urutan Ke-3) • fraktur femur 39%
Depkes RI 2013: • fraktur humerus (15%)
• Kejadian kecelakaan lalu lintas di
• fraktur tibia dan fibula (11%)
Indonesia meningkat 21,8%/tahun dalam
Penyebab Fraktur
waktu 5 tahun • kecelakaan mobil, motor, atau
• 8 juta orang mengalami fraktur/tahun :
kendaraan rekreasi (62,6%)
- ekstremitas atas sebesar 36,9% • jatuh (37,3%) dan
- ekstremitas bawah sebesar 65,2%
Mayoritas adalah pria (63,8%)
Gejala Fraktur
- Nyeri tekan lokal
- Deformitas
- Krepitasi
- Nyeri tekan sumbu
ANATOMI
HISTOLOGI
KLASIFIKASI
Menurut Ada Tidaknya Hubungan
Patahan Tulang Dengan Dunia Luar
( B L A C K & M E TA R S A R I N )

• Fraktur tidak meluas


Fraktur
melewati kulit
tertutup • Patah tulang tidak
(simpleks) mempunyai hubungan
dengan udara terbuka

• Kulit robek dari dalam


Fraktur karena fragmen tulang
Terbuka yang menembus kulit
(Compound) • Bila ada luka, dapat
terjadi kontaminasi atau
infeksi
KLASIFIKASI
FRAKTUR TERBUKA MENURUT GUSTILLO dan ANDRESON

• III A: Tulang yang fraktur masih ditutupi oleh jaringan lunak.


• III B: Terdapat periosteal stripping yang luas dan penutupan luka dilakukan dengan flap
lokal atau flap jauh.
• III c: Fraktur disertai kerusakan pembuluh darah dan saraf.
Derajat Fraktur Terbuka menurut Gustilo Anderson Classification

3
1
Derajat Fraktur Tertutup
KLASIFIKASI FRAKTUR
Menurut garis fraktur & MENURUT GARIS
FRAKTUR
Bentuk garis patah

FRAKTUR FRAKTUR
KOMPLIT INKOMPLIT

MENURUT BENTUK
GARIS PATAH

GREEN STICK TRANSVERSE SPIRAL LONGITUDINAL COMMUNITED OBLIQ


Klasifikasi Fraktur
INKOMPLIT
• Terpisah secara tak lengkap
KOMPLIT • Periosteum tetap menyatu
 Patah menjadi ≥ 2 fragmen
 Melintang/ transverse, • Greenstick: Bengkok/melengkung yang
Oblik, Spiral, segmental, mengenai satu korteks dengan angulasi
kominutif korteks lainnya yang terjadi pada tulang
 Umumnya disebabkan panjang terutama pada anak
karena injuri berkekuatan • Garis patah tidak melalui seluruh
tinggi penampang tulang (tulang tidak pecah
menjadi beberapa fragmen),
Fraktur Complete : Fraktur Incomplete :
(a) Transversal (d, e)
(b)Segmental Buckle/torus/melengkung
(c) Spiral (f) greenstick 
KLASIFIKASI
M E N U R U T J U M L A H PATA H A N

• Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah


lebih dari satu dan saling berhubungan.
• Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah
lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
• Fraktur Multiple : fraktur dimana garis patah
lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama
KLASIFIKASI
FRAKTUR PADA
ANAK
S A LT E R H A R R I S F R A C T U R E
Tipe 1 Terjadi pemisahan lempeng epifisis tanpa adanya patah tulang.

Tipe 2 Garis fraktur di sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis

Tipe 3 Merupakan fraktur intraartikular. Garis fraktur di sepanjang permukaan


sendi menerobos lempeng epifisis lalu memotong garis lempeng epifisis.

Tipe 4 Merupakan fraktur intraartikular dimana garis fraktur menerobos


permukaan sendi ke epifisis, lapisan lempeng epifisis, hingga sebagian
metafisis

Tipe 5 Fraktur akibat hancurnya epifisis.


FRAKTUR
EKSTERMITAS SUPERIOR

Montegia Galeazzi Coles Smith


Fracture Fracture Fracture Fracture

Nightstick Bennet Rolando Boxer


Fracture Fracture Fracture Fracture
Fraktur Ekstremitas Inferior
Hip Fracture Patella Fracture
Schatzker Classification Lauge Hansen
Aviator Fracture Cuboid Fracture
Etiologi
 Cedera Traumatik:
1.)Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap
tulang sehingga tulang patah seacara spontan. Pemukulan
biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan
pada kulit diatasnya.
2.)Cedera tidak langsung berarti pukulan langsungberada
jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan
berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
3.)Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
dari otot yang kuat.
Etiologi
 Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana
dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur, seperti :
1.)Tumor tulang (jinak atau ganas), yaitu pertumbuhan jaringan
baru yang tidak terkendali atau progresif.
2.)Infeksi seperti mosteomyelitis, dapat terjadi sebagai akibat
infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang
progresif, lambat dan sakit nyeri.
3.)Rakhitis, suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh
defisiensi Vitamin D.
4.)Stress tulang seperti pada penyakit polio dan orang yang
bertugas di kemiliteran
Faktor Resiko
• Faktor ekstrinsik yaitu meliputi kecepatan dan durasi trauma
yang mengenai tulang, arah serta kekuatan tulang
• Faktor intrinsik yaitu meliputi kapasitas tulang mengabsorpsi
energi trauma, kelenturan, densitas serta kekuatan tulang.
Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh arah,
kecepatan, kekuatan dari tenaga yang melawan tulang, usia
penderita dan kelenturan tulang. Tulang yang rapuh karena
osteoporosis dapat mengalami patah tulang
PROSES PENYEMBUHAN
FRAKTUR TULANG
FASE HEMATOMA
Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang,
maka pembuluh darah kecil akan mengalami
robekan di daerah fraktur dan akan
membentuk hematoma diantara kedua sisi
fraktur. Tulang pada permukaan fraktur, yang
tidak mendapat persediaan darah, akan mati
sepanjang 1 atau 2 milimeter.
Waktu terjadinya proses ini dimulai saat
fraktur terjadi sampai 2 – 3 minggu.
FASE INFLAMASI DAN PROLIFERASI SELULER
Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak
sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi
karena adanya sel osteogenik yang
berproliferasi dari periosteum untuk
membentuk kalus eksterna dan pada daerah
endosteum membentuk kalus interna
Hematoma yang membeku perlahan-lahan
diabsorbsi dan kapiler baru yang halus akan
berkembang ke daerah itu.
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 – 3
setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada
minggu ke 4 – 8.
FASE PEMBENTUKAN KALUS

Setelah pembentukan jaringan seluler yang


tumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang
berasal dari osteoblast dan kemudian pada
kondroblast membentuk tulang rawan. Tempat
osteoblas diduduki oleh matriks interseluler
kolagen dan perlekatan polisakarida oleh
garam – garam kalsium pembentuk suatu
tulang yang imatur
Pada pemeriksaan radiolgis kalus atau woven
bone sudah terlihat dan merupakan indikasi
radiologik pertama terjadinya penyembuhan
FASE KONSOLIDASI
Woven bone akan membentuk kalus
primer dan secara perlahan – lahan
diubah menjadi tulang yang lebih
matang oleh aktivitas osteoblas yang
menjadi struktur lamellar dan
kelebihan kalus akan di resorpsi
secara bertahap memasuki celah-
celah diantara fragmen-fragmen yang
fraktur
Pada fase 3 dan 4 dimulai pada
minggu ke 4 – 8 dan berakhir pada
minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya
fraktur.
FASE REMODELING
Pada fase remodeling ini perlahan-lahan
terjadi resorpsi secara osteoklastik dan
terjadi osteoblastik pada tulang dan kalus
eksterna yang secara perlahan-lahan akan
menghilang. Kalus intermediet berubah
menjadi tulang yang kompak dan kalus
bagian dalam akan mengalami peronggaan
untuk membentuk sumsum.
Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu
ke 8 – 12 dan berakhir sampai beberapa
tahun dari terjadinya fraktur.
Tatalaksana awal
Emergency
Emergensi, terutama bila fraktura terbuka
ABCDE:
➢Survei primer: waspadai ancaman jiwa  stabilisasi dgn prioritas ABCD, lalu dirujuk
➢Survei sekunder: waspadai ancaman ekstremitas  konsultasi dini bila ada
ancaman
Pertolongan pertama pada fraktura:
➢Balut tekan perdarahan & luka terbuka
➢Bidai: (evaluasi fungsi AVN, bidai, reevaluasi)
Primary
Survey
Airway Maintenance w/ melindungi tulang
belakang
Breathing and Ventilation
Circulation and control perdarahan
Disability (evaluasi neurologis)
Exposure and Environment

*Periksa Tanda-tanda Syok pada Pasien


Secondary Survey

 Anamnesis Mendalam (Biomekanisme Trauma)


• Alergi
• Pengobatan
• Riwayat pengobatan sebelumnya
• Makanan terakhir
• Kegiatan yang dapat menyebabkan cedera

 Head to Toe Examination


 Konsultasi dokter SpOT, SpBS dan/atau SpB
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi: Reduksi
Fiksasi
Rehabilitasi

Farmakologi : Analgetik: Natrium Diklofenak


Antibiotik: Amosiklav
Berbagai Jenis Terapi Fraktur
• Proteksi, tanpa reposisi / imobilisasi.
• Imobilisasi luar, tanpa reposisi.
• Reposisi tertutup diikuti imobilisasi.
• Traksi diikuti imobilisasi.
• Reposisi diikuti fiksator eksterna.
• Reposisi tertutup diikuti pen intrameduler.
• Reposisi terbuka diikuti fiksasi interna (ORIF).
• Eksisi fragmen diikuti prostesis.
Prinsip Penanganan Fraktur
Reposisi
•Tujuan : mengembalikan jaringan/fragmen ke posisi semula
•Cara : 1. Terbuka ( operatif )
2. Tertutup
- Fiksasi ( Imobilisasi )
•Tujuan : mempertahankan hasil reposisi
•Cara : 1. Luar
2. Dalam
-Rehabilitasi
•Tujuan : Mengembalikan kemampuan anggota tubuh yang sakit agar dapat berfungsi kembali
Bidai
Realignment
Evaluasi neurovascular
Pasang 2 buah bidai melalui 2 sendi
Fiksasi dengan elastis verban
Evaluasi neurovascular
Berbagai Jenis Terapi Fraktura

6
3
Hippocrates Maneuver Milch Maneuver
Tatalaksana Farmakologi
Analgetik
Antibiotik: terutama pada fraktur terbuka
Anti Tetanus: tanyakan riwayat imunisasi dan pemberian
ATS
PROGNOSIS

Quo Ad Vitam: Ad bonam


Quo Ad Functionam : Ad bonam
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai