Anda di halaman 1dari 25

Farmakokinetika klinik

PARAMETER FARMAKOKINETIK

Ainun Alfatma 1701047


Alfitrah Ramadhan 1801083
Dinda Putri Utami 1801090
Nurhayati 1801106
R. Pebliana Syahara 1801109
Rizki Wulandari 1801114

Dosen pengampu : Apt. Nesa Agistia, M.Farm

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


2021
CLEARANCE

2
● Klirens adalah volume darah yg bersih dari senyawa obat per
satuan waktu (vol/waktu).

● Klirens merupakan parameter farmakokinetika yang


menggambarkan eliminasi obat yang merupakan jumlah volume
cairan yang mengandung obat yang dibersihkan dari
kompartemen tubuh setiap waktu tertentu.

3
● Secara umum eliminasi obat terjadi pada ginjal dan hati yang
sering dikenal dengan istilah klirens total yang merupakan
jumlah dari klirens ginjal (renalis) dan hati (hepatik).

● Sehingga klirens ginjal dapat menunjukkan kemampuan organ


ginjal membersihkan darah dari obat (fase eliminasi). Dan klirens
hati menunjukan kemampuan hati mengeleminasi obat.
● Klirens renal untuk obat yang bersifat hidrofil
● Kliren hepatik untuk obat yang bersifat lipofil

● Klirens =

4
Contoh
Klirens obat 25 ml/menit pada
pasien dengan Volume Darah 15
liter.

ARTINYA : 25 ml dari 15 LITER


darah dibersihkan dari obat setiap
menitnya

5
VOLUME
DISTRIBUSI

6
• Pendekatan sederhana tentang pemahaman volume
distribusi dapat dijelaskan setelah obat dengan dosis
tertentu diberikan secara intravena. Obat akan
didistribusikan oleh sirkulasi darah ke dalam organ-
organ tubuh
• Setelah distribusi sempurna (kesetimbangan atau
equilibrium dicapai), maka jumlah obat (A) di dalam
tubuh berhubungan dengan konsentrasi obat di dalam
plasma (C).
A = V.C
V = A/C

7
Berdasarkan persamaan, maka mudah dipahami bahwa volume
distribusi:
• merupakan perbandingan antara jumlah obat di dalam tubuh dengan konsentrasi di dalam
plasma atau darah.
• merupakan volume plasma atau darah yang dibutuhkan untuk memberi gambaran distribusi
obat di dalam tubuh setelah
kesetimbangan dicapai.
• merupakan indikator besarnya distribusi obat ke dalam cairan tubuh dan jaringan serta
gambaran/indikasi obat di dalam tubuh.
• jarang berhubungan dengan ukuran tubuh
• berhubungan dengan ikatan protein
• Obat yang bersifat polar cenderung memiliki volume distribusi yang kecil. Sebaliknya, obat
yang bersifat nonpolar cenderung mempunyai volume distribusi yang besar.
• Semakin besar volume distribusi obat, semakin sedikit jumlah obat yang berada di dalam
plasma.
8
×WAKTU PARUH
DALAM PLASMA

9
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
setengah dari obat dibuang dari tubuh. Faktor yang
mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism
dan ekskresi

Fungsi Waktu Paruh :


 Memperkirakan kapan obat akan habis
di dalam tubuh
 Untuk menetapkan seberapa sering
obat harus diberikan
 Mengetahui kapan obat mencapai
keadaan tunak (steady state)

10
×KETERSEDIAAN
HAYATI

11
Ketersediaan hayati atau bioavailabilitas adalah fraksi obat yang
diberikan yang sampai ke sirkulasi sistemik dalam bentuk kimia
aslinya. Faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas yaitu first-pass
metabolisme hepar (metabolisme lintas pertama hepar), solubilitas
obat, ketidakstabilan kimiawi dan formulasi obat. Bioavailabilitas suatu
obat mempengaruhi daya terapeutik, aktivitas klinik, dan aktivitas
toksik obat.

Contoh obat first pass effect yaitu gliseril trinitrat


(obat anti-angina) dan lidokain (anti aritmia),aspirin
(analgetik dan antiinflamasi),Hidralazin
(antihipertensi).

12
IKATAN PROTEIN

13
IKATAN PROTEIN

Ikatan protein adalah formulasi komplek obat dengan


protein plasma, yang mana Ikatan trsebut bersifat
reversibel (menunjukkan bahwa obat mengikat protein
dengan ikatan kimia yang lemah, seperti ikatan hidrogen
dan ikatan van der waals) dan ireversibel (hasil aktivitas
kimia obat yang kemudian berikatan kuat dengan protein
atau makromolekul dengan ikatan kovalen). Ikatan
protein akan mempengaruhi distribusi dan efek
farmakologi.
14
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IKATAN OBAT PROTEIN :

 Obat (sifat fisikokimia, konsentrasi total obat dalam tubuh


 Protein (jumlah, kualitas sifatfisikokimia)
 Afinitas antara obat dan protein
 Interaksi obat
 Kondisi patofisiologi penderita

15
Ikatan obat protein tinggi menyebabkan
obat terpusat berada di sirkulasi, sehingga
volume distribusi rendah.

V = VB + Vt
Volume distribusi dipengaruhi oleh
perubahan fraksi obat terikat dengan V = volume distribusi total
protein plasma. Kenaikan fraksi obat tak VB = volume darah
terikat (bebas)yang akan mengakibatkan VT = Volume jaringan
kenaikan volume distribusi Fb = fraksi obat bebas dalam jaringan

16
Steady State Concentration

17
• Steady state (SS) atau kondisi tunak adalah suatu keadaan yang mana tidak
terjadi perubahan jumlah atau konsentrasi obat di dalam tubuh dengan
bertambahnya waktu. Bila kecepatan masuknya (input rate) obat ke dalam
tubuh adalah konstan (order nol) sedangkan kecepatan eliminasi (output rate)
adalah eksponensial, maka obat akan terakumulasi sampai kondisi tunak
dicapai.
• Tingkat konsentrasi obat meningkat dari konsentrasi nol dan secara bertahap
menjadi konstan ketika mencapai steady-state level atau kadar plateau atau
konsentrasi tunak.

Konsentrasi tunak
suatu keadaan dimana laju obat memasuki tubuh (infusi) = laju obat
meninggalkan tubuh.

18
Laju infusi  kadar tunak , waktu
untuk mencapai keadaan tunak tetap
sama

Peningkatan laju infusi tidak


mempengaruhi waktu untuk mencapai
keadaan tunak. Waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai steady
state (SS):
 Hanya tergantung kepada t1/2
Tidak tergantung kepada dosis atau
kecepatan pemberian infus

Semakin singkat waktu paruh obat


semakin cepat steady state
dicapai.

19
CONTOH
Seorang pasien yang sebelumnya belum menggunakan obat. Lalu diberikan infus IV 100
mg/kg. Kadar plasma mula-mula akan rendah dan kecepatan infus akan lebih besar
daripada kecepatan eliminasi. Kadar plasma akan meningkat relatif cepat yang membuat
konsentrasi meningkat diikuti kecepatan eliminasi juga meningkat.

Karena kecepatan eliminasi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi plasma, maka


kecepatan peningkatan kadar plasma akan lambat. Pada keadaan tunak kecepatan infus
sama dengan kecepatan eliminasi.
Dengan pemberian dosis berulang, konsentrasi akan berfluktuasi disekitar keadaan tunak
yang menimbulkan adanya nilai puncak dan nilai terendah. Tujuannya agar konsentrasi
tetap berada didalam jendela terapeutik, yaitu konsentrasi yang efektif namun tidak toksik.

20
Berdasarkan gambar diatas,
dilakukan pemberian obat sebanyak
8 kali dan pada
pengulangan/pemberian obat ke-4
telah mencapai keadaan tunak.
Konsentrasi pada pemberian 0-3
belum mencapai keadaan tunak.

21
KONSTANTA
LAJU ELIMINASI

22
 Konstanta kecepatan eliminasi merupakan salah satu
parameter metabolisme dan eliminasi obat.
 Konstanta kecepatan eliminasi ditentukan dengan
mengaplikasikan konsep persamaan orde reaksi pertama
dimana tubuh dianggap mengikuti model satu
kompartemen terbuka.
 Kecepatan eliminasi obat berbanding lurus dengan jumlah
obat di dalam

23
• Setelah kesetimbangan dicapai, kecepatan eliminasi adalah sebagai berikut:
dt /dA = k.A
k = A dA/ dt
A = Jumlah obat di dalam tubuh.
 Konstanta kecepatan eliminasi merupakan slope dari persamaan linier
tersebut dan dapat dibaca dari grafik.
 Konstanta kecepatan eliminasi merupakan fraksi obat yang dieliminasi dari
dalam tubuh setiap unit waktu.
 Contoh: Suatu obat mempunyai nilai k sebesar 0,3 jam-1 . Nilai ini bermakna
bahwa 30 persen dari jumlah obat yang berada di dalam tubuh dieliminasi
setiap jam. Satuan k untuk reaksi order pertama adalah waktu-1 .
 Bila k diketahui, maka jumlah obat yang tinggal di dalam tubuh untuk waktu
tertentu setelah diberikan secara intravena (iv) dapat diketahui.

24
THANK YOU !

Anda mungkin juga menyukai