Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH TERAPI AKTIF MENGGENGGAM BOLA TERHADAP KEKUATAN OTOT

PASIEN STROKE DI RSSN BUKITTINGGI


1
Andika Sulistiawan, 2 Elfira husna
1,2
STIKes Prima Nusantara Bukittinggi
*e-mail : andikasulistiawan@gmail.com

ABSTRAK
Stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul
secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai
dengan daerah yang terganggu (Irfan, 2012). Sroke termasuk penyakit motorneuron atas yang mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik, disfungsi motorik yang paling umum adalah kelemahan pada satu
sisi karena lesi otak yang berlawanan, kelemahan otot merupakan dampak terbesar pada pasien stroke Pasien stroke
dengan kelemahan akan mengalami keterbatasan mobilisasi. Klien yang mengalami keterbatasan dalam mobilisasi akan
mengalami keterbatasan beberapa atau semua untuk melakukan rentang gerak dengan mandiri. Kelemahan fisik dan
mental akan menghalangi seseorang aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum, ketidakmampuan ada dua macam yaitu
ketidakmampuan primer dan ketidakmampuan sekunder. Ketidakmampuan primer disebabkan oleh penyakit atau trauma
(misal : paralisis gangguan atau cedera pada medula spinalis) sedangkan ketidakmampuan sekunder terjadi akibat
dampak dari ketidakmampuan primer. Dari hasil penelitian didapatkan ada pengaruh antara terapi menggenggam bola
terhadap kekuatan otot pasien stroke di RSSN Bukittinggi (p = 0,000).

Kata Kunci : Alat Pelindung Diri, Petugas sampah

PENDAHULUAN diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000


Berdasarkan data NCHS (National Center penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 %
of Health Statistics) 2010, stroke menduduki atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat
urutan ketiga penyebab kematian di Amerika ringan maupun berat. Secara umum, dapat
setelah penyakit jantung dan kanker (Heart dikatakan angka kejadian strokeadalah 200 per
Disease and Stroke Statistics2010 Update: A 100.000 penduduk. Dalam satu tahun, di antara
Report fromAmerican Heart Association), 100.000 penduduk, maka 200 orang akan
menjelaskan bahwa dari tahun 2008, sekitar menderita stroke. Kejadian strokeiskemik sekitar
795.000 orang di Amerika Serikat 80% dari seluruh total kasus stroke, sedangkan
mengalami kejadian strokehemoragik hanya sekitar 20% dari
stroke setiap tahunnya, dengan 610.000 seluruh total kasus stroke (Yayasan Stroke
orang mendapat serangan stroke untuk pertama Indonesia, 2012). Menurut hasil laporan Riset
kalinya dan 185.000 orang dengan serangan Kesehatan Dasar (RIKESDA) tahun
stroke berulang. menyatakan
2013 terjadinya peningkatan prevalensi
Stroke merupakan penyebab kecacatan stroke di Indonesia dari tahun 2007 ke 2013,
nomor satu di dunia dan penyebab kematian yakni kejadian stroke pada tahun 2007 sebanyak
nomor tiga di dunia. Pada masyarakat Barat, 80% 8,3 per1000 menjadi 12,1 per1000 pada tahun
penderita mengalami stroke hemoragik. Insiden 2013.
stroke meningkat seiring pertambahan usia Angka kejadian Stroke di Sumatera Barat
(Dewanto, 2009). Menurut data statistik stroke masih tinggi. Jumlah penderita Stroke di
diseluruh dunia juga menyatakan sekitar 15 juta Sumatera Barat mengalami peningkatan 4 kali
orang di seluruh dunia mengalami stroke setiap lipat dari sebelumnya. Dari profil dinas kesehatan
tahun. 1 dari 6 orang di seluruh dunia akan provinsi Sumatera Barat tahun 2011 menyebutkan
mengalami stroke dalam hidup mereka. Dua- bahwa stroke adalah penyebab kematian nomor 4
pertiga dari kematian stroke terjadi di negara- setelah penderita usia lanjut, diabetes melitus, dan
negara kurang berkembang (Stroke Assosiation, jantung (Dinas kesehatan provinsi Sumatera
2013). WHO juga memperkirakan 7,6 juta Barat, 2011 dalam Nengsi, 2013).
kematian terjadi akibat stroke pada tahun 2020
mendatang (Junaidi, 2011). Di Indonesia,

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014 30


Serangan stroke sering kali datang secara manfaat yang signifikan bagi mereka yang
mendadak, tidak terduga sebelumnya, namun menderita ketidakmampuan ringan atau sedang
yang menyerupai gejala stroke adalah kelemahan setelah terkena serangan stroke menurut sebuah
pada tungkai atau lengan di sisi kiri atau kanan, studi pada jurnal Clinical Rehabilitation
kesulitan berbicara sefasih biasanya, kesulitan (Rehabilitasi Klinis).Latihan aerobik
berjalan akibat kelemahan tungkai atau adanya mungkin disarankan meliputi latihan berjalan,
yang
gangguan keseimbangan, penderita tiba-tiba latihan melangkah, latihan berlari, atau latihan
seperti orang kebingungan tanpa sebab yang jelas, berbaris.Latihan mengayuh pada sebuah sepeda
tiba-tiba tidak dapat melihat pada salah satu atau statis sangat berguna untuk pasien pasca serangan
kedua matanya, dan penderita merasakan nyeri stroke yang memiliki keseimbangan yang kurang.
kepala yang sangat kuat (Setyarini, dkk, 2014).
Jika gejala sisa setelah stroke tidak segera Latihan Rentang Gerak
disikapi, maka akan mengakibatkan kelumpuhan Fleksibilitas sendi atau rentang gerak tubuh
yang sangat bermakna yang menganggu ADL pada pasien pasca stroke sering berkurang setelah
(Activity of Daily Living), sehingga program terkena serangan stroke sehingga menyebabkan
rehabilitasi sangat dianjurkan bagi penderita pasca rasa sakit dan kehilangan fungsi menurut Merck
stroke (Junaidi, 2011). Manuals Online Medical Library. Ada tiga macam
latihan rentang gerak (range of motion atau ROM)
Pasien stroke dengan kelemahan akan yang meliputi latihan aktif yang membuat pasien
mengalami keterbatasan mobilisasi. Klien yang harus menggerakkan anggota tubuhnya sendiri.
mengalami keterbatasan dalam mobilisasi akan Latihan aktif asistif melibatkan latihan
mengalami keterbatasan beberapa atau semua menggerakkan anggota tubuh pasien dengan
untuk melakukan rentang gerak dengan mandiri. bantuan dari terapis. Selama latihan rentang geraj
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi pasif, seorang terpis akan menggerakkan anggota
seseorang aktivitas hidup sehari-hari. Secara tubuh pasien ketika pasien tidak
umum, ketidakmampuan ada dua macam yaitu menggerakkan anggota tubuh mereka sendiri.
bisa
ketidakmampuan primer dan ketidakmampuan
sekunder. Ketidakmampuan primer disebabkan Latihan Koordinasi
oleh penyakit atau trauma (misal : paralisis Serangan stroke sering berdampak pada
gangguan atau cedera pada medula spinalis) keseimbangan dan koordinasi tubuh pasien pasca
sedangkan ketidakmampuan sekunder terjadi serangan stroke. Latihan bisa dilakukan untuk
akibat dampak dari ketidakmampuan primer meningkatkan keseimbangan tubuh pasien pasca
(misal: kelemahan otot dan tirah baring) stroke dan meningkatkan fungsi sehari-hari seperti
(Mubarak, dkk 2008). Kelemahan otot merupakan berjalan, duduk, atau membungkuk. Sebagai
suatu petunjuk gangguan sistem motor di suatu contoh latihan keseimbangan, pasien berdiri dan
titik atau beberapa tempat dari rangkaian kendali memindahkan bobot tubuh dari satu kaki ke kaki
dari sel motor neuron sampai ke serabut-serabut yang lain. Latihan koordinatif untuk pasien pasca
otot. kelemahan akibat lesi otak area 4 dan 6 atau stroke ini mengutamakan pada aktivitas yang
lintasan proyeksinya, yaitu lesi traktus piramidal melibatkan lebih dari satu sendi maupun otot
bersama dengan serabut-serabut ektrapiramidal seperti mengangkat sebuah benda menurut Merck.
yang berdekatan (Andarwati, 2013). Berjalan di atas treadmill juga boleh dicoba.
Terapi latihan adalah salah satu cara untuk
mempercepat pemulihan pasien dari cedera dan
Latihan Penguatan
penyakit yang dalam penatalaksanaannya Selain berdampak pada keseimbangan dan
menggunakan gerakan aktif maupun pasif. Gerak koordinasi tubuh pada pasien pasca stroke,
pasif adalah gerakan yang digerakkan oleh orang serangan stroke umumnya juga menyebabkan
lain dan gerak aktif adalah gerak yang dihasilkan melemahnya otot, kejang urat, dan juga rasa sakit.
oleh kontraksi otot sendiri. Terapi aktif yang Latihan kekuatan dengan menggunakan beban
dapat dilakukan (Taufik, 2014) yaitu: yang ringan, pembalut resistensi,
peralatan jenis lain bisa membantu membangun
maupun
Latihan Aerobik kembali otot yang melemah dan meningkatkan
Para fisioterapis sering merekomendasikan fungsi otot tersebut. Menurut laporan dari
latihan aerobik yang mampu menunjukkan Reuters, sempat ada kekhawatiran bahwa latihan

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014 31


kekuatan justru bisa membuat kejang otot dan rasa Pada survey awal yang peneliti lakukan
sakit yang bertambah buruk. Akan tetapi, hal ini pada tanggal 20 April 2015 di Rumah Sakit
tidak didukung oleh sebuah review dari beberapa Stroke Nasional Bukittinggi dari 8 orang klien
studi. yang diwawancarai 4 orang menjelaskan bahwa
terapi menggenggam bola diperlukan untuk
Latihan menggenggam Bola dilakukan pada saat kondisi tubuh atau keadaan
Sering saya temui dalam kehidupan sehari- jari-jari tangan mengalami kelemahan, dan 4
hari, seorang. Penderita stroke yang diminta orang klien menjelaskan bahwa
latihan meremas-remas bola, baik itu bola karet tersebutsangat tidak dibutuhkan karena bekerja
terapi
berduri, bola Golf,bola Pingpong sampai bola melakukan aktifitas sehari-hari sama dengan
Tenis. Bahkan mereka begitu telaten dengan melakukan terapi menggerakkan kontraksi tangan
membawa bola tersebut kemanapun mereka pergi. yang mengalami kelemahan. Sebelumnya terapi
Namun banyak juga penderita Stroke yang justru aktif menggenggam bola sudah ada dilakukan
mengalami kekakuan pada jari2 tangan yang oleh perawat, tapi pada 3 bulan terakhir belum ada
dilatih dengan meremas-remas bola. digunakan terapi ini.
Salah satu terapi gerak aktif yang dapat
dilakukan dengan cara latihan Data yang diperoleh dari rekam medik
menggenggam bola. Untuk membantu pemulihan (2016) rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi
bagian lengan atau bagian ekstremitas atas jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap
diperlukan teknik untuk merangsang tangan pasien mengalami peningkatan dalam kurun
seperti dengan latihan spherical grip yang waktu 3 tahun terakhir. Pada tahun 2013 jumlah
merupakan latihan fungsional tangan dengan cara kunjungan rawat jalan pasien stroke sebanyak
menggenggam sebuah benda berbentuk bulat 8,389 dengan jumlah 10,221 pasien stroke
seperti
(Prok, bola pada telapak
Gesal, tangan 2016).Latihan
& Angliadi, iskemik dan 478 stroke hemoragik. Jumlah
menggenggam bola merupakan suatu modalitas kunjungan pasien rawat inap sebanyak 2,389
rangsang sensorik raba halus dan tekanan pada stroke iskemik dan 698 stroke hemoragik. Pada
reseptor ujung organ berkapsul pada ekstremitas tahun 2014 jumlah kunjungan rawat jalan pasien
atas. Respon akan disampaikan ke korteks stroke sebanyak 9, 880 dengan jumlah 11,323
sensorik di otak jalur sensorik melalui badan sel pasien stroke iskemik dan 329 stroke hemoragik.
Jumlah kunjungan pasien rawat inap sebanyak
pada saraf C7-T1 secara langsung melaui sistem
3,276 stroke iskemik dan 1,004 stroke hemoragik.
limbik. Pengolahan rangsang yang ada
Pada tahun 2015 jumlah pasien kunjungan rawat
menimbulkan respon cepat pada saraf untuk
jalan sebanyak 10,752 dengan jumlah pasien
melakukan aksi atas rangsangan tersebut (Prok,
12,290 stroke iskemik dan 398 stroke hemoragik.
Gesal, & Angliadi, 2016). Latihan menggengam
Jumlah kunjungan rawat inap sebanyak 183
bola salah satu upaya latihan Range of otion
sebanyak 3,249 stroke iskemik dan 850 stroke
(ROM) aktif. Salah satu media latihan yang bisa
hemoragik. Dari data diatas dapat dilihat
digunakan yaitu penggunaan bola seperti bola
peningkatan dari tahun 2014 dan 2015, yaitu
karet Irdawati (2008) di dalam Rabawati,
pasien stroke mengalami peningkatan yakni 855
Trisnawati, & Duita (2014). Latihan untuk
pasien. Berdasarkan data yang didapatkan dari
menstimulasi gerak pada tangan dapat berupa
rekam medis RSSN bukittinggi, jumlah penderita
latihan fungsi menggenggam/mengepalkantangan
stroke di RSSN pada bulan pertama sampai bulan
rapat-rapat akan menggerakkan otot-otot untuk
terakhir 2015 mengalami peningkatan (Laporan
membantu membangkitkan kembali kendali otak
Rekam Medik RSSN Bukittinggi, 2016).
terhadap otot-otot tersebut. Menurut Irdawati
(2008) di dalam Rabawati, Trisnawati, & Duita
(2014), latihan menggenggam akan merangsang METODE PENELITIAN
serat-serat otot untuk berkonstraksi, hanya dengan Penelitian ini adalah penelitian
sedikit kontraksi kuat setiap harinya dengan eksperimen
pra dengan one group pretest-posttest
karakteristik latihan yang menggunakan bola tenis desain.. Penelitian ini dilaksanakan di RSSN Kota
hangat dengan tekstur lentur dan halus akan Bukittinggi pada bulan September 2013. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke yang
melatih reseptor sensorik dan motorik.
diberikan terapi menggennggam bola dengan jumlah
10 orang dan sampel berjumlah 10 orang yang diambil

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014 32


secara total Sampling. Data diolah dan dianalisis secara Untuk membantu pemulihan bagian lengan
komputerisasi. Analisis data dilakukan secara univariat atau bagian ekstremitas atas diperlukan teknik
dan bivariat dengan uji T-Test pada CI 95%. untuk merangsang tangan seperti dengan latihan
spherical grip yang merupakan latihan fungsional
Terapi tangan dengan cara menggenggam sebuah benda
Konsep Terapi berbentuk bulat seperti bola pada telapak tangan.
Terapi latihan adalah salah satu cara untuk Terapi latihan dapat dibagi menjadi dua (Prok,
mempercepat pemulihan pasien dari cedera dan Gessal, & Angliadi, 2016) yaitu:
penyakit yang dalam penatalaksanaannya
menggunakan gerakan aktif maupun pasif. Salah Gerak aktif
satu latihan gerak aktif dapat dilakukan dengan Gerak aktif adalah latihan yang dilakukan
cara latihan menggenggam bola (Prok, Gessal, & oleh otot-otot yang bersangkutan dengan melawan
Angliadi, 2016). gravitasi. Tujuan dari latihan ini adalah melatih
Pemberian latihan menggenggam bola elastisitas otot, meningkatkan sirkulasi darah,
merupakan suatu modalitas rangsang sensorik meningkatkan kekuatan otot,
raba halus dan tekanan pada reseptor ujung organ mengembangkan koordinasi dan ketrampilan
serta
berkapsul pada ekstermitas atas. Respon akan untuk aktivitas fungsional. Gerakan aktif dibagi
disampaikan ke korteks sensorik di otak jalur menjadi 2, yaitu gerak yang tidak disadari
sensorik melalui badan sel pada saraf C7-T1 (involuntary movement) dan gerak yang disadari
secara langsung melalui sistem limbik. (voluntary movement). Gerak yang disadari dibagi
Pengolahan rangsang yang ada menimbulkan menjadi 3 yaitu :
respon cepat pada saraf untuk melakukan aksi atas Free Active Movement, yaitu pasien
rangsangan tersebut. Mekanisme ini dinamakan diminta untuk menggerakan persendiannya secara
feedback (Prok, Gessal, & Angliadi, 2016). mandiri. Active Resisted Movement, yaitu pasien
Rangsangan sensorik halus dan tekanan diminta untuk menggerakan persendiannya
akan diolah dalam korteks sensorik yang dengan sedikit tahanan oleh terapis. Active
selanjutnya impuls disalurkan dalam korteks Asissted Movement, yaitu pasien diminta untuk
motorik. Impuls yang terbentuk di neuron motorik menggerakan persendiannya secara mandiri dan
kedua pada nuelei nervi kranialis dan kornu semampu mungkin, kemudian terapis memberi
anterius medulla spinalis berjalan melewati radiks bantuan.
anterior, pleksus saraf (di region servikal dan
lumbosakral), serta perifer dalam Gerak Pasif
saraf perjalanannya ke otot- Gerakan pasif adalah latihan yang tidak
dihantarkan
otot ke sel-sel otot melalui motor end
rangka. Impuls bersangkutan dengan melawan grafitasi, dengan
plate taut neuromuscular kemudian akan terjadi kata lain terapis menggerakan setiap persendian
gerakkan otot pada ekstermitas atas. Mekanisme pasien tanpa harus melawan grafitasi. Tujuan dari
ini dinamakan feed-forward control sebagai gerakan ini yaitu untuk mengetahui end feel,
respon terhadap rangsang tekanan dan sentuhan mencegah atrofi, memperlancar sirkulasi darah,
halus bola karet pada tangan (Prok, Gessal, & mencegah kontraktur, serta memfasilitasi otot.
Angliadi, 2016). Gerakan ini dibagi menjadi 3 juga, yaitu :
Refleks menggenggam merupakan hal Relax passive, yaitu terapis menggerakan
normal pada bayi sampai usia kira-kira 4 bulan. persendian pasien tanpa perlu tenaga yang berarti.
Pada orang normal, bila telapak tangan Force passive movement, yaitu terapis
digores kita tidak mendapatkan gerakan fleksi menggerakan persendian pasien dengan sedikit
jari-jari,
tetapi kadang-kadang terjadi fleksi enteng penguluran (stretching). Terapi manipulasi, yaitu
(ambang refleks ini tinggi). Dalam keadaan gerak pasif yang dilakukanpada pasien yang tidak
patologis, misalnya didapatkan reaksi (fleksi jari) sadar.
yang nyata. Penggoresan telapak tangan Penelitian Kwakkel memperlihatkan bahwa
mengakibatkan tangan menggenggam, dan peningkatan intensitas waktu terapi latihan,
menggenggam alat yang digunakan sebagai khusunya jika penambahannya minimal 16 jam
penggores. Hal ini dinamakan refleks genggam dalam enam bulan pertama memiliki pengaruh
(Lumbantobing, 2010). yang kecil tapi bermakna pada kemampuan
fungsional penderita stroke, terutama
jika
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014 33
dilakukan lebih intensif dan lebih dini. Handgrip sensabilitas pada sebagian anggota tubuh,
dinamometer berguna untuk menguji kekuatan menurunnya kemampuan untuk menggerakkan
genggam tangan. Dapat juga digunakan untuk anggota tubuh yang sakit dan ketidakmampuan
pelacakan perbaikan dengan latihan kekuatan dan dalam hal melakukan aktifitas tertentu. Pasien
selama rehabilitasi (Prok, Gessal, & Angliadi, stroke yang mengalami kelemahan pada satu sisi
2016). anggota tubuh disebabkan oleh karena penurunan
Fisioterapi termasuk gerakkan aktif dan tonus otot, sehingga tidak mampu menggerakkan
gerakkan pasif.Pemberian fisioterapi yang terkait tubuhnya (imobilisasi). Imobilisasi yang tidak
dengan usaha membina kekuatan otot, ketahanan akan menimbulkan komplikasi
dan koordinasi otot dengan anggota gerak yang abnormalitas tonus, orthostatic hypotension deep
berupa
lain adalah jenis mekanoterapi. vein thrombosis dan kontraktur (Prok, Gessal, &
mekanoterapi ini dapat diberikan dengan cara
Jenis Angliadi, 2016).
(Ashadi, 2014): Pada stroke non hemoragik 90% infark
Melatih gerakan pasif, atau gerakan dibantu sering terjadi pada area brodman 4-6 yang
dengan orang lain, anak tidak melakukannya merupakan pusat motorik ini akan
sendiri. menyebabkan tidak ada impuls yang
Melatih dengan gerakan aktif, anak tangan dan tidak
dikirimkan ada gerakkan sehingga kekuatan
kejari-jari
berusaha untuk menggerakan anggota tubuhnya otot jari-jari tangan akan menurun. Sebanyak 55%
sendiri. pasien non hemoragik lebih banyak mengalami
Ada beberapa macam program terapi, kelemahan tangan khususnya pada jari-jari tangan
seperti fisio terapi, terapi akupasi, terapi bermain, (Kadek, Sukawana, Wayan, Ketut, 2014).
terapi musik, operasi ortopedi. Fisioterapi Kelemahan yang terjadi pada jari-jari
adalah
suatu penyembuhan atau pengobatan tangan menyebabkan ketergantungan dalam
penderita kelainan fisik dengan menggunakan
bagi melaksanakan aktifitas sehari-hari
tenaga, daya dan khasiat alam. Maksud kegiatan berpakaian, makan, mengambil bendaseperti dan
penyembuhan dan pengobatan dengan menggunakan kamar mandi. Gangguan pada
menggunakan khasiat alam, terutama tangan seperti kelemahan yang terjadi pada pasien
untuk menjaga gerak sendi, non hemoragik dapat mengganggu pemenuhan
pemendekan otot, mendidik kembali perasaan dan
mencegah terjadinya kebutuhan sehari-hari pasien (disabilitas). Sebesar
gerakan otot-otot, mencegah adanya atropi otot, 70% pasien stroke non hemoragik
serta mendidik gerakan fungsional. Banyak mengalami
akan ketidakmampuan (disabilitas),
macam khasiat alam yang dapat dimanfaatkan sehingga akan membatasi atau menghalangi
untuk usaha penyembuhan dan pengobatan, penderita untuk berperan secara normal, baik
diantaranya dengan menggunakan sinar (light sebagai pribadi, anggota keluarga
therapy) yang menimbulkan panas berguna untuk anggota masyarakat (Gofir, 2009) di
maupun
analgesia, relaksasi otot, dan peningkatan dalam (Kadek, Sukawana, Wayan, Ketut, 2014).
peregangan kolagen (Ashadi, 2014). Salah satu terapi latihan yang dilakukan
Dingin lebih bermanfaat untuk nyeri akut pada kasus ini adalah metode Propioceptif
karena kemampuannya dalam mengontrol Neuromuscular Facilitation (PNF)
pembengkaan. Banyak bentuk panas fasilitasi pada sistem neuromuscular dengan
adalah
tersedia, termasuk kantong pemanas, dietermi
yang merangsang propioceptif (reseptor sendi). Metode
gelombang pendek dan gelombang mikro, dan ini berusaha memberikan rangsangan-rangsangan
ultrasound. Hidrotherapy (menggunakan air) juga yang sesuai dengan reaksi yang dikehendaki, yang
memberikan panas, tetapi merupakan “agen pada akhirnya akan dicapai kemampuan gerak
debriding” yang jauh lebih baik dari pada agen yang terkoordinasi. Dengan pola gerakan aktivitas
pemanas. Pemberian terapi dengan tenaga air ini yang bersifat spiral dan global (Ashadi, 2014).
bisa dengan semprotan air, berenang pada air Gerakan ini menyerupai dengan gerakan-
yang mengairan. Pemberian terapi dengan masase, gerakan yang digunakan dalam olahraga dan
yaitu dengan jalan memberikan gosokan pada aktivitas sehari-hari. Sifat spiral dan
tempat tertentu yang dapat diagonal tersebut juga sesuai dengan karakteristik
ketegangan otot.
mengurangi susunan sistem skeletal sendi-sendi, dan struktur
Stroke dapat menimbulkan berbagai tingkat ligament
gangguan, seperti penurunan tonus otot, hilangnya yang sifatnya juga spiral dan memutar. Tiap
diagonal terdiri dari pola-pola yang
saling
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014 34
berlawanan satu dengan yang lain. Teknik-teknik dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi
yang digunakan pada kasus ini adalah Rhytmical yang bersangkutan (Liyanawati, 2015).
Initiation, Timing For Emphasis, dan Slow
Reversal (Ashadi, 2014):
Rhytmical Initiation Teknik yang dipakai
utuk agonis yang menggunakan gerakan-gerakan 1. Terapi Range Of Motion (ROM)
pasif dan dengan tahanan. tujuan diberikan latihan Suratun, dkk (2008) di dalam Liyanawati
ini adalah : (2015) menjelaskan bahwa Range of motion
Untuk normalisasi kecepatan gerak. Untuk (ROM) adalah gerakan dalam keadaan normal
sebagai permulaan gerak atau mengarah dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan.
gerak. Untuk perbaikan koordinasi gerak dan rasa (Latihan range of motion(ROM) adalah latihan
gerak Untuk relaksasi yang dilakukan untuk mempertahankan atau
Untuk belajar tentang gerak Timing For memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
Emphasis. Bentuk gerakan dimana bagian lemah menggerakan persendian secara normal dan
dari gerakan mendapat ekstra stimulasi lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus
bagian yang lebih kuat. Tujuan dari latihan ini otot (Potter & Perry, 2005) di dalam ( Liyanawati,
adalah : 2015).
Untuk penguatan otot bagian dari satu pola
gerak Untuk mobilisasi Slow Reversal Teknik 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
dimana kontraksi isotonic dilakukan bergantian Range Of Motion (ROM)
antara Menurut Lukman & Ningsih (2009) ada
1. agonis
Untukdan antagonis
perbaikan tanpa terjadi
mobilisasi beberapa faktor yang mempengaruhi
pengendoran
2. Menaikanotot. tingkat
Tujuan relaksasi
diberikan latihan ini ROM sebagai berikut:
adalah
3. : Untuk menambah kekuatan otot a. Pertumbuhan pada masa kanak-kanak
4. Untuk belajar bergerak b. Sakit
5. Untuk memperbaiki koordinasi c. Fraktur
d. Trauma
Proses Fisioterapi e. Kelemahan
Problematika fisioterapi yang ditemukan f. Kecacatan
yang meliputi permasalahan kapasitas fisik dan g. Usia, dan lain-lain
permasahan kapasitas fungsional yang meliputi
(Ashadi, 2014): 3. Manfaat Range Of Motion (ROM)
a. Impairment: Adanya kelemahan otot pada Menurut Potter & Perry (2005) di dalam
ektremitas atas dan bawah disisi kiri. Liyanawati (2015) manfaat dari ROM adalah:
b. Fungtional Limitation: Pasien belum mampu a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang
beraktivitas penuh dengan menggunakan dan otot dalam melakukan pergerakan.
ektremitas atas bawah sisi kiri. b.Mengkaji tulang, sendi, dan otot. c.
c. Disability: Didalam lingkungan kerja, keluarga d. Mencegah terjadinya kekakuan sendi.
dansocial pasien tidak merasa didiskriminasi e. Memperlancar sirkulasi darah.
atau dikucilkan. f. Memperbaiki tonus otot.
Gerakan-gerakan yang kuat g. Meningkatkan mobilisasi sendi.
dimanfaatkan
bisa untuk memperkuat bagian-bagian Memperbaiki toleransi otot
yang lebih lemah, untuk membentuk pola untuk latihan.
gerakmelalui stimulus propioseptor sehingga 4. Klasifikasi Range Of Motion (ROM)
mendapat respon neuromuscular secara benar seb
didalam syaraf karena penerima rangsang Menurut Carpenito (2009) di
berikutnya mempermudah timbulnya Liyanawati
dalam (2015) latihan ROM
reaksi (gerakan) (Ashadi, 2014). dibedakan menjadi 4 jenis yaitu :
a. ROM Aktif adalah kontraksi otot secara
Salah satu bentuk fisioterapi aktif melawan gaya gravitasi seperti
memulihkan
untuk kekuatan otot adalah range of mengangkat tungkai dalam posisi lurus.
motion. Range of motion ( ROM ) adalah gerakan

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014 35


b. ROM Pasif yaitu gerakan otot klien yang 1) Yang terkontrol dengan seksama
dilakukan oleh orang lain dengan bantuan dalam batabatas gerakan yang bebas
oleh klien. nyeri selama fase awal penyembuhan
c. ROM Aktif-Asitif yaitu kontraksi otot akan memperlihatkan
secara aktif dengan bantuan gaya dari luar manfaat terhadap
seperti terapis, alat mekanis pemulihan.
penyembuhan dan
ekstremitas
atau yang sedang tidak dilatih. 2) Terdapatnya tanda-tanda
d. ROM Aktif Resestif adalah kontraksi otot banyak atau terdapat gerakan yang
terlalu
secara aktif melawan tahanan salah, termasuk meningkatnya rasa
diberikan,
yang misalnya beban. nyeri dan peradangan.
b. ROM tidak boleh dilakukan bila respon
5. Indikasi Range Of Motion (ROM) pasien atau kondisinya membahayakan
(life threatening).
Menurut Potter & Perry (2005) di dalam 1) PROM dilakukan secara hati-hati
Liyanawati (2015) indikasi ROM adalah: pada sendi-sendi besar, sedangkan
a. Indikasi ROM Aktif AROM pada sendi ankle dan kaki
1) Pada saat pasien dapat melakukan untuk meminimalisasi venous stasis
kontraksi otot secara aktif dan dan pembentukan trombus.
menggerakkan ruas sendinya baik 2) Pada keadaan setelah infark miokard,
dengan bantuan atau tidak. operasi arteri koronaria, dan lain-lain,
2) Pada saat pasien memiliki kelemahan AROM pada ekstremitas atas masih
otot dan tidak dapat menggerakkan dapat diberikan dalam pengawasan
persendian sepenuhnya, digunakan yang ketat.
A-AROM (Active-Assistive ROM), 7. Macam-Macam Gerakkan ROM
adalah jenis ROM Aktif yang mana Berdasarkan Bagian Tubuh
bantuan diberikan melalui gaya dari Gerakan ROM bisa dilakukan pada leher,
luar apakah secara manual atau ekstermitas atas, dan eksteritas bawah. Latihan
mekanik, karena otot penggerak rentang gerak pada leher, meliputi gerakan fleksi,
primer memerlukan bantuan untuk ekstensi, rotasi lateral, dan fleksi lateral (Lukman
menyelesaikan gerakan). & Ningsih, 2009). Menurut Potter & Perry (2005)
3) ROM Aktif dapat digunakan untuk di dalam Liyanawati (2015), ROM terdiri dari
program latihan aerobik. gerakan pada persendian sebagai berikut :
4) ROM Aktif digunakan untuk
memelihara mobilisasi ruas diatas Latihan rentang gerak
dan dibawah daerah yang tidak dapat a. Bagian kepala dan leher
bergerak.
b. Indikasi ROM Pasif
1) Pada daerah dimana terdapat
inflamasi jaringan akut yang apabila
dilakukan pergerakan aktif akan
menghambat proses penyembuhan.
Ketika pasien tidak dapat atau tidak
diperbolehkan untuk bergerak aktif
pada ruas atau seluruh tubuh, b. Bagian bahu
misalnya keadaan koma, kelumpuhan
atau bed rest total.
6. Kontra Indikasi ROM
Kontra indikasi dan hal-hal yang harus
diwaspadai pada latihan ROM menurut Carpenito
(2009) di dalam Liyanawati (2015) yaitu:
a. Latihan ROM tidak boleh diberikan
apabila gerakan dapat mengganggu
prosespenyembuhan cedera.

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014 36


(Sumber: Rusdi Karepesina)
Latihan untuk menstimulasi gerak pada jari-
jari tangan dapat berupa latihan fungsi
menggenggam dimana gerakan mengepalkan
/menggenggam tangan rapat-rapat akan
c. Siku menggerakkan otot-otot untuk
membangkitkan kembali
membantukendali otak terhadap
otot-otot tersebut (Levine, 2009) di dalam (Kadek,
Wayan, Ketut,2014). Latihan gerakan ROM
dengan bola karet bergerigi akan merangsang
serat-serat otot untuk berkontraksi. Latihan ROM
terutama pada jari-jari tangan yang penting untuk
aktivitas keseharian meliputi latihan-latihan
seperti adduksi, abduksi, fleksi, serta ekstensi.
Latihan ini diberikan 2 kali sehari selama 8 hari.
d. Jari-jari tangan Teknik ini akan melatih reseptor (nosiseptor) -
sensorik dan motorik. Korteks yang menuju ke
otot lain juga membesar ukurannya jika
pembelajaran motorik melibatkan otot- otot ini
(Irfan, 2010) di dalam (Kadek, Wayan,
Ketut,2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN

e. Bagian bokong/panggul Uji Perbandingan Uji-Test


Pretest dan Posttest dengan t-tabel n=10

N Dk t-hitung t-
Tabel
n-1 -19,401 2,021

0,05
f. Lutut Df = 10-1= 9
Sumber Dari tabel
: data diatas dapat
peneltian 2013 dilihat bahwa hasil
uji perbandingan uji t-Test pengaruh terapi aktif
menggenggam bola dapat dilihat t-Hitung -19,401
sedangkan t-Tabel 2,021 menandakan terdapat
perbedaan yang bermakna.
Pada hasil penelitian ini didapatkan semua
pasien stroke yang melakukan terapi
menggenggam bola perlahan-lahan mendapatkan
pemulihan terhadap penyakit stroke yang mereka
g. Jari-jari kaki derita.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,
distribusi responden tentang menggenggam bola
sebelum diberikan intervensi banyak diantara
pasien stroke yang menemukan kesukaran dalam
menggerakkan tangannya. Dari hasil diatas dapat
terlihat pasien masih kurang terpapar dengan
inforamasi tentang terapi menggenggam bola

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014 37


dengan maih adanya ditemukan siswa/i dengan dimiliki siswa/i berpengaruh terhadap berbagai
pengetahuan rendah. Pemberian penyuluhan ini permasalahan yang akan dihadapi pasien salah
bisa memberikan pengaruh bagi pengetahuan satunya masalah informasi kesehatan. Dimana
siswa/i yang tidak tahu menjadi tahu. pasien tidak dapat memahami dan memecahkan
Berdasarkan hasil penelitian suatu permasalahan akibat dari
dilakukan
yangoleh Helvi Novita Sari (2013) . Pada pengetahuan
kurangnya terhadap kurangnya
tahun 2013 terdapat adanya pengaruh yang informasi kesehatan.
signifikan setelah dilakukan pemberian informasi.
Hasil penelitian yang dilakukan sebelum PENUTUP
dilakukan penyuluhan informasi terdapat Berdasarkan penelitian tersebut
pengetahuan pada pasien yang rendah. disampaikan bahwa Pengaruhdapat terapi
Menurut Notoadmodjo (2012) menggenggam bola efektif untuk membantu
aktif
pengetahuan adalah hasil dari tahu manusia yang pasien stroke dalam rehabilitasi otot untuk
sekedar menjawab pertanyaan. Pengetahuan pada pemulihan. Disarankan untuk rumahsakit yang
dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori memiliki pasien stroke untuk dapat melakukan
yang memungkinkan seseorang untuk dapat terapi aktif ini untuk membantu pasien pasca
memecahkan masalah yang dihadapinya. stroke dalam pemulihan kesehatan
dapat diperoleh baik dari
Pengetahuan langsung maupun melalui DAFTAR ISI
pengalaman
pengalamanorang lain. Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya
Notoatmodjo (2012) berpendapat bahwa Dengan Konsep Diri, Bandung : PT.Refika
pengetahuan sangat erat hubungannya Aditama.
pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan Alimul, Hidayat. A. Aziz. 2007. Metode
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan Penelitian Keperawatan dan Teknik
semakin luas pula pengetahuannya. Akan dengan tetapi Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika
perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang Berman, Audrey. 2009. Buku Ajar
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta :
rendah pula. Hal ini mengingat bahwa EGC Bobak, Lowdwermik, Jensen. 2004. Buku
peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 Jakarta :
dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat EGC
diperoleh melalui pendidikan non diketahui, maka Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi
akan menimbulkan sikap makin positif terhadap Revisi, 2014. Bukittinggi : STIKes Prima
objek tertentu. Menurut teori WHO (World Health Nusantara.
Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo Calis, A.K. 2011.
(2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat http://emedicine.medscape.com/article/253 812-
dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari overview# snowwall. Diakses bulan Juni
pengalaman sendiri. Pengetahuan atau kognitif 2014. Disminore
merupakan domain yang sangat penting untuk Dhoni, Kezkiyah, 2010.
terbentuknya tindakan seseorang. http://www.scrid.com/doc/39158086,
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
Dari Diakses Bulan Juli 2014. Pengukuran
perilaku yang didasarkan pengetahuan, kesadaran, Nyeri.
dan sikap yang positif, akan lebih langgeng dari Hastono, Sutanto Priyo. 2006 . Analisis
pada perilaku yang tidak didasari Data.
pengetahuan.
oleh Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Menurut asumsi peneliti, pengetahuan yang Universitas Indonesia
kurang baik yang dimiliki pasien pada penelitian Hurlock B.E, 2007. Psikologi Perkembangan
ini berpengaruh dengan kemauan pasien dalam Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
menggenggam bola sehingga berdampak terhadap Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga
bagaimana pasein tersebut menilai dan meyakini Lane, B. (2009).
suatu permasalahan. Pengetahuan adalah sumber http://www.suite101.com/content/ma
informasi yang kuat untuk dapat mengetahui suatu ssage-
fakta dan fenomena. Berdasarkan hasil penelitian in-childbirth-a164727. Diakses Bulan Juni
ini, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan yang 2014 . Massage in childbirth: How touch
can provide pain relief during labor.
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014 38
Miles, 2009. http://www.google.com, diakses
bulan April 2014. Nyeri dan Fisiologi
Nyeri.
Modul Manajemen Analis Data Kesehatan. 2013.
Bukittinggi : STIKes Prima Nusantara.
Monsdragon. 2004.
http//www.Mondsdragon.org/pregnancy/eff
leurage.html. Diakses Bulan Juni 2014.
Pregnancy information (Efflerage dan
massage).
Mutaqin , Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Ganguan
Sistem Persyarafan . Jakarta : Salemba
Medika
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka
Cipta.
Olso, J. 2004. Belajar Mudah Farmakologi.
Jakarta : EGC
Potter, Patrisia. A, Intensitas Nyeri, Jakarta ; 2006
Potter & Perry. 2006 . Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Konsep, Proses Dn Praktik
Vol 2. Jakarta : EGC
Ratih. 2010.
repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter
%20II.pdf Diakses Bulan Juli 2014. Masase
Effleurage Untuk Disminore : pdf
Riwidikdo, H. 2008. Statistik
Kesehatan.
Yogyakarta : Mitra Cendikia Press
Syamsuni. 2005. Farmasetika Dasar & Hitungan
Farmasi. Jakarta: EGC
Tamsuri, Anas, S. Kep, 2008. Konsep dan
Penatalaksanaan Nyeri, Jakarta : EGC.

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.5 No 1 Januari 2014 39

Anda mungkin juga menyukai