SESSION:
HEAD INJURY
Perseptor: Ahmad Faried, dr., Sp.BS., PhD
I. Identitas
Nama : Tn. Y
Usia : 34 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Cilampeni, Kec. Katapang, Kab.Bandung
Pekerjaan : Kuli Bangunan
Tanggal masuk RS : 17 Oktober 2018
Tanggal pemeriksaan: 23 Oktober 2018
ANAMNESIS
Anamnesis Khusus:
±20 jam SMRS, saat pasien sedang mengangkut satu sak semen (50 kg) di dalam masjid yang sedang dibangun,
pasien terpeleset jatuh dan tertindih semen. Pasien mengangkut semen diatas bahu kanan dan menggunakan tangan
kanan untuk memeganginya. Pada saat kejadian pasien terjatuh ke sisi kanan, tangan tertindih semen dan kepala
membentur lantai. Saat itu pasien tidak menggunakan peralatan pengaman diri seperti helm. Setelah itu, pasien
langsung pingsan dan ditolong oleh pekerja lainnya. Pasien sempat sadar, kemudian pasien muntah dan kembali
pingsan. Pasien mengalami memar di bagian dahi kanan atas. Tidak terdapat perdarahan dari hidung, mulut atau
telinga.
Pasien dibawa ke alternatif di daerah Citapen untuk mendapat pertolongan karena mengalami patah tulang di bagian
tangan. Kemudian saat malam hari pasien dibawa ke RSUD Soreang. Pasien tidak mendapat penanganan apapun dan
langsung di rujuk ke RS Santosa. Setelah di RS Santosa pasien langsung dirujuk ke RSHS dengan alasan diperlukan
pemeriksaan lebih lanjut. Pasien dibawa dengan kendaraan pribadi tanpa didampingi oleh tenaga kesehatan.
Saat di IGD RSHS pasien di gips oleh dokter bedah, dipasang infus dan diberikan obat. Keluarga pasien diberitahu
bahwa kondisi pasien kritis dan harus segera dioperasi. Kemudian hari Selasa(16/10) pasien menjalani operasi dan
setelah itu pasien di rawat di GICU selama 2 hari kemudian dipindahkan ke HCU. Pasien baru sadarkan diri hari
Minggu dan saat hari Senin pasien dipindahkan ke kemuning 2.
30/01/22
Pemeriksaan Fisik
Suhu : 37,5°C
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis
a/r antebrachii dextra :
Status Neurologis
N. V:
Sensorik: N. VIII :
Rasa raba, nyeri, suhu: tak ada kelainan N. Cochlearis : tidak dilakukan
N. Vestibularis : tidak dilakukan
Motorik:
N. IX, X :
M. masseter dan M. temporalis : tak ada
Suara : tak ada kelainan
kelainan
Kontraksi palatum: tak ada kelainan
Refleks kornea: tidak dilakukan
Menelan : tak ada kelainan
N VII: N. XI :
Angkat alis mata : tak ada kelainan Angkat bahu : tidak dilakukan
Sudut mulut : tak ada kelainan Melihat ke kiri dan kanan: tak ada kelainan
Rasa kecap 2/3 lidah bagian depan : tidak
dilakukan N. XII : Keluarkan lidah : (+) deviasi (-)
Atrofi : (-) Tremor : (-)
Gerakan patologis : (-)
Status Neurologis
Motorik Sensibilitas
Atrofi : (-) Permukaan :
Fasikulasi : (-) Rasa raba, nyeri, suhu : stak ada kelainan
Kekuatan otot : 3/4 Dalam :
4/4 Stereognosi : tidak dilakukan
Tonus otot : tak ada kelainan Romberg test : tidak dilakukan
Gerakan involunter : (-)
Status Neurologis
Laboratorium
Kimia klinik
Urinalisis
CT scan kepala
Kesan
tampak perdarahan epidural dextra
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan Radiologis
Foto Thoraks AP
Kesan
Tidak tampak traumatic wet lung atau
contusio paru
Tidak tampak fraktur os clavicula, costae dan
scapulae
Tidak tampak kardiomegali
Pemeriksaan Radiologis
30/01/22
Tatalaksana
Umum:
Observasi GCS, TNRS
Head up 30o
Oksigenasi 6L/menit dengan simple mask
IVFD NaCl (1500 cc/24 jam)
Pemasangan urine kateter
Khusus :
Ketorolac 2 x 30 mg i.v.
Ranitidin 3 x 50 mg i.v.
Ceftriaxone 1 x 1 gr iv
Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
pembahasan
Definisi
Trauma pada kepala yang menyebabkan kerusakan struktural atau fungsional otak. Indikasi trauma kepala adalah
riwayat luka pada kepala, terlihat adanya laserasi, hematoma, abnormal hasil radiologi, tidak sadar, amnesia, defisit
neurologis, atau kejang.
Anatomi
Scalp
1.S : Skin (epidermis, dermis)
2.C : Loose connective tissue
3.A: Epicranial aponeurosis
(galea aponeurotica)
4.L: Loose areolar tissue
5.P: Pericranium (periosteum)
Anatomy
Composed of:
Cranial Vault
Cranial Base
The floor of the cranial cavity is
divided into 3 parts:
- Anterior fossa → frontal lobe
- Middle fossa → temporal lobe
- Posterior fossa → brain stem and
cerebellum
Anatomy
Meninges
1.Dura mater
Subdural space is a potential space, where
hemorrhage can occur
2.Arachnoid mater
Cerebrospinal fluid circulate between the
arachnoid and pia matter in the subarachnoid
space
3.Pia mater
Pia mater connects directly to brain
parenchyme
Fisiologi
I. Identifikasi pasien
II. Keluhan utama, dapat berupa :
- Penurunan kesadaran
- Nyeri kepala
III.Anamnesis tambahan :
- Kapan? ( untuk mengetahui onset)
- Bagaimana? (mekanisme kejadian, bagian tubuh apa
saja yang terkena, dan tingkat keparahan yang mungkin
terjadi)
Berdasarkan mekanismenya, trauma dibagi
menjadi :
#Cedera tumpul :
-kecepatan tinggi (tabrakan)
-kecepatan rendah (terjatuh atau terpukul)
#Cedera tembus (luka tembus peluru atau tusukan)
adanya penetrasi selaput dura menentukan apakah suatu
cedera termasuk cedera tembus atau cedera tumpul.
Komplikasi / Penyulit
1. Primary Survey
A.Airway, dengan kontrol servikal
B.Breathing, dengan ventilasi yang
adekuat
C.Circulation, dengan kontrol
perdarahan
D.Disability
E.Exposure
Pemeriksaan Fisik
2. Secondary Survey
Adalah pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe,
examination), termasuk reevaluasi tanda vital.
Pada bagian ini dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap
yaitu GCS jika belum dilakukan pada primary survey
Dilakukan X-ray foto pada bagian vang terkena trauma dan
terlihat ada jejas.
Trauma Kepala Khusus
c. Perdarahan Intrakranial
Perdarahan intrakranial (hematoma intrakranial) adalah penimbunan darah di dalam otak
atau diantara otak dengan tulang tengkorak
Klasifikasi
Morfologi : Primer
Sekunder
Klasifikasi - Morfologi
Primer : - kerusakan kulit kepala
- Fraktur tulang kepala : linier, basis kranii, depressed
- Luka : penetrasi, perforasi
- Lesi focal : epidural hematom, subdural hematom, kontusio
& laserasi, intraserebral hematom, pendarahan
subarachnoid, pendarahan intraventrikuler, cedera
batang otak
- Cedera otak difus
Sekunder : kelainan sistemik, brain swelling, herniasi
Fraktur Tulang Kepala
Fraktur Linear
Fraktur Basis Kranii
Clinical sign: - Periorbital ecchymosis (Raccoon eye)
- Retroauricular ecchymosis (Battle’s sign)
- CSF leakage (rhinorrhea, otorrhoea)
- defisit saraf kranial (III, IV, dan V)
Fraktur depressed biasanya merupakan dari gaya yang terlokalisir pada satu tempat di
kepala.
Lesi Focal - Epidural Hematom
cedera benturan yang dihasilkan dari trauma tumpul
pada tulang kepala dan meningen.
Gejala : - Lucid Interval
- Gangguan kesadaran
- Pupil dilatasi ipsilateral
dengan hematom
- Hemiparesis kontralateral
dengan hematom
Lesi Focal – Subdural Hematom
Akibat benturan pada kepala yang menyebabkan pengguntingan dan peregangan pada
jaringan otak, mengakibatkan langsung pecahnya pembuuluh darah kecil dalam parenkim
pada saat benturan.
Lesi Fokal – Subarachnoid Haemorhage
Kontusio serebri
Computed tomography (CT) tanpa kontras bermanfaat pada periode awal pasca trauma.
Kontusio tampak sebagai area dengan atenuasi rendah atau yang bersifat fokal atau
multifokal. Area tersebut bercampur dengan area-area kecil berdensitas tinggi yang
menggambarkan suatu perdarahan.
Luas cedera yang sebenarnya menjadi lebih jelas seiring dengan waktu akibat berlangsungnya
proses nekrosis dan edema sel.
Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan modalitas yang terbaik untuk memperlihatkan
distribusi edema dan kontusio.
Perdarahan ekstradural/epidural
Pada CT scan terlihat area hiperdens elips bikonveks dengan batas yang tegas. Densitas
yang beragam menandakan perdarahan aktif.
Perdarahan tidak melewati garis sutura.
Dapat memisahkan sinus venosa atau falks dari tengkorak; hanya perdarahan tipe ini
yang dapat melakukan hal tersebut.
Efek massa tergantung pada ukuran perdarahan dan edema yang menyertainya.
Perdarahan vena lebih bervariasi dalam bentuk.
Garis fraktur yang berhubungan mungkin dapat terlihat
Fraktur Tengkorak
Foto polos tengkorak merupakan pemeriksaan awal dan beberapa dilanjutkan ke pemeriksaan CT.
Fraktur linear akan tampak sebagai garis hitam berbatas tegas. Dapat disalahartikan sebagai garis sutura atau alur
vaskular. Alur vaskular biasanya bercabang, memiliki batas sklerotik dan lokasinya tertentu.
Fraktur depresi seringkali sulit dilihat. Cari adanya peningkatan atau densitas ganda yang berhubungan dengan
tulang yang tumpang tindih, jika fraktur terproyeksi secara tangensial.
Fraktur basis tengkorak tidak terlihat dengan baik pada foto polos. Cari adanya fluid level di dalam sinus sfenoid.
Jika terdapat kecurigaan, pasien harus diperiksa dengan CT.
CT akan memperlihatkan fraktur tengkorak jika menggunakan bone window dan CT juga berguna untuk
menggambarkan komplikasi sekunder.
Perdarahan subaraknoid
CT memperlihatkan koleksi cairan berbentuk bulan sabit antara otak dengan permukaan
dalam tengkorak. Batas dalam konkaf dengan pergeseran substansia otak yang minimal.
Melewati garis sutura, namun tidak melewati lipatan dural.
Pada fase akut, koleksi cairan tampak berdensitas tinggi. Pada fase subakut (2-4 minggu
pasca cedera), koleksi bersifat isodens dengan jaringan otak dan pada fase kronis (>4
minggu pasca cedera), koleksi tampak berdensitas rendah.
Tata Laksana
Prinsip ABCDpenanganan awal
Air Way
Head-Tilt Chin Lift
Breathing
Oksigenasi
Circulation
IV line